Akhirnya aku bisa update, yeay!!😻
Voment-nya jangan lupa gais, ntar secepatnya bakal update lagi!!
Enjoy the story, all😻
***
"Hiks..hiks..sakit."
Lia menggebrak pintu kamar Ayu yang tertutup hingga terbuka lebar.
"Disuruh ngerjain pekerjaan sama orang tua, malah mewek! Delit banget lu jadi anak!" Bentaknya menghampiri tubuh Ayu yang masih menyender ditembok.
Lia membungkuk dan menjambak rambut Ayu spontan dengan kencang, membuat Ayu menjerit tertahan. Rasa-rasanya, rambut kepala Ayu seolah akan tercabut dari kulitnya, perih sekali.
Ayu mendongakan kepalanya, berusaha agar rambutnya tidak terlalu tertarik agar mengurangi rasa sakitnya, namun Ibunya menarik lebih kencang rambut sang anak hingga membuat tubuhnya berdiri.
"Bu,..sakit. Lepasin, ampuni aku, Bu.." lirihnya tangisan Ayu pasti membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa iba dengannya, tetapi ntah mengapa Ibunya tidak ada nurani sedikitpun terhadap darah dagingnya sendiri.
Lia membawa Ayu secara paksa dengan menjambak rambutnya menuju kamar mandi. "Behenti nangis, setan!" Umpatnya.
Lia mendorong tubuh sang anak kedalam kamar mandi hingga Ayu yang masih menggunakan seragam sekolahnya tersungkur, "cuci semua piringnya, di rak udah gak ada piring bersih buat makan!"
Ayu menyeka air matanya yang terus menetes dengan lengannya yang lebam akibat pukulan sang Ibu, "iya..hiks."
Setelah ibunya pergi, Ayu menutup pintu kamar mandinya dan mulai mencuci piring. Ia berjongkok, mengambil sebuah piring dan mulai menggosokannya menggunakan spons.
Masih terasa amat sakit sekujur tubuhnya, Ayu tak bisa menahan segala kesakitan yang diberi oleh ibunya. Ia mulai menangis kembali, menangis terisak-isak.
Karna tidak mau membuat ibunya lebih marah akibat ia terus menangis, Ayu membuka keran airnya, berharap suara tangisnya tak terdengar oleh sang ibu.
Lia memang kejam, sangat kasar, dan mungkin sudah gila. Jika melihat anaknya menangis, alih-alih merasa kasihan, dia malah akan marah.
Katanya, tangisan tidak membuatnya merasa iba, justru akan membuatnya semakin ingin melukai orang yang menangis agar menghentikan tangisannya.
Sudah gila, bukan? Mana ada orang yang akan berhenti ketika dia malah disiksa, yang ada tangisannya akan semakin keras.
Saat pekerjaannya akan selesai pun Ayu masih menangis. Dia sudah berkali-kali menguatkan dirinya agar tidak menangis, namun perlakuan ibunya tadi dan yang kemarin-kemarin malah terus berputar dikepalanya.
Semakin dia berusaha keras melupakan hal yang menyakitkan, semakin keras pula memori menyakitkan itu berputar di kepalanya.
Ayu telah menyelesaikan pekerjaan mencuci piring. Sebelum dia keluar dari kamar mandi untuk menata piring di rak, Ayu membasuh muka terlebih dahulu agar wajah sehabis nangisnya tak terlalu kentara.
"Abis itu setrika semua pakaian ceu Cicih," perintah Lia yang baru masuk ke dapur. "Kalo udah disetrika, anterin. Harus rapi, gua mau belanja ke warung," sambungnya.
Ayu hanya pasrah, takut-takut kalau membangkang akan mendapat hukuman yang lebih dari sebelumnya. Ibunya memang selalu begitu, sering ke warung 一tadipun sebenarnya sudah ke warung. Padahal nantinya Lia akan mampir ke rumah bibinya, ngobrolin ntah apa itu.
"Iya, Bu." Jawab Ayu pelan.
***
Setelah semua perintah ibunya telah selesai, Ayu segera masuk ke dalam kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya pada kasur lapuknya.
YOU ARE READING
Introvert [On Going]
Teen FictionIntrovert Kemiskinan membuatnya terpaksa untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Kemiskinan telah merenggut kebahagiaan kecilnya. Ayu Astrellia. Gadis malang yang memiliki segudang mimpi, namun ia harus mengubur mimpi-mimpinya sebelum menggapainya...
![Introvert [On Going]](https://img.wattpad.com/cover/192760269-64-k943419.jpg)