• p r o l o g •

559 46 67
                                        

"Yu, lo mau lanjut kemana?"

Mereka berenam sedang duduk lesehan di lantai paling pojok, diapit oleh dua baris kursi tempat mereka duduk. Mereka berenam biasa berkumpul seperti ini saat jam kosong atau istirahat.

Saling lempar candaan, hingga mengghibahkan orang lain.

Sekolah Menengah Pertama telah berakhir, yang seharusnya dilanjut lagi ke jenjang yang lebih tinggi.

Ayu, gadis yang sedaritadi hanya  obrolan temannya tersentak saat Vinka melemparkan pertanyaan yang membuatnya bingung harus menjawab apa.

"Mmm gue gak tau, tapi kemungkinan besar gue gak bakal lanjut SMA." Jawabnya lirih, ia tersenyum yang justru membuat wajahnya terlihat menyedihkan.

Pernyatannya tentu saja membuat kelima temannya terkejut. Mereka melayangkan pertanyaan secara bertubi-tubi, karna yang mereka tahu, Ayu adalah sosok yang memiliki jiwa ingin belajar dan semangat menggapai cita-cita yang tinggi.

"Lah, kenapa?"

"Dih, bercanda lo gak lucu."

Ayu hanya menundukan kepala, matanya sudah berkaca-kaca. Ia tak mau menunjukan kesedihannya kepada orang lain. 

"Gue lagi gak bercanda," ucapnya bergetar.

"Lo gak sayang emang atas semua pencapaian lo selama ini?" Kali ini pertanyaan dari Vinka, teman sebangku selama tiga tahun terakhir di masa putih biru ini dan juga teman SD.

Sebenarnya, ia pun tak ingin putus sekolah, ia ingin menggapai angannya yang selama ini dicita-citakan olehnya.

Menjadi seorang dokter. Cita-citanya sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Ayu mengangkat kepalanya tegak, yang membuat temannya lebih terkejut. Karna sekarang keadaan Ayu benar-benar berbeda dari yang biasanya. Ayu yang selalu tertawa lebar saat berhasil membuat temannya tertawa karna tingkah konyolnya, kali ini berbanding balik. Matanya sudah penuh dengan kumpulan air mata yang  siap meluncur dengan satu kedipan saja.

"lo semua tau, 'kan? Keluarga gue ini kurang mampu." Tentu saja temannya tahu akan hal itu.

"Keadaan ekonomi keluarga gue makin hari makin memburuk. Kakak gue juga sampe sekarang belum dapat kerja. Belum lagi adek gue yang SD lulus tahun ini dan harus masuk SMP.

Orangtua gue lagi gak ada duit banyak, buat makan sehari-hari aja susah. Ayah gue dipecat dan sampe sekarang nganggur, Ibu gue cuma usaha nyuci-nyetrika pakaian tetangga."

Ayu meneteskan air matanya. Ia benci keadaannya saat ini, bukan. Ayu bukan membenci kehidupannya, tapi dia benci kalau harus menunjukan kelemahannya di hadapan orang lain.

Namun, fakta bahwa Ayu tidak akan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi membuat mereka terkejut, tak menyangka.

Mereka tak mengetahui bahwa keadaan temannya sesulit itu. Sudah berteman selama tiga tahun, tapi mereka tidak saling mengenal. Walau terlihat selalu bersama, tapi nyatanya tidak banyak yang mereka bahas mengenai kehidupannya masing-masing, terutama Ayu.

Seringnya mereka hanya bercerita tentang hal-hal yang sedang hitz pada masa itu, gosip terbaru di sekolah, petugas kebersihan sekolah yang mereka sebut 'pak supreme', atau penjaga sekolah yang diberi julukan 'pak Gucci', dan hal random lainnya.

Kalaupun mereka sedang membicarakan kebersamaanya dengan keluarga masing-masing, seringnya Ayu hanya menyimak, atau sesekali menimpali dengan lelucon.

"Tapi, Yu 一"

"Gue gak pa-pa, kok." Ayu memotong ucapan Vinka. Dia menghapus air matanya kemudian tersenyum.

"Yu, gue pengin bantu lo, tapi gue aja masih ngegantungin kebutuhan gue sama orang tua," kata Vinka lagi.

Sedangkan yang lainnya hanya mendengarkan saja. Mereka tidak tahu lagi harus bagaimana selain ikut menguatkan temannya itu.

"Gak pa-pa, Vin. Santuy elah, gue juga gak mau ngerepotin ortu lo, kok." Ayu tetap tersenyum. Emosinya sudah terkontrol dengan baik.

"Eh katanya, malam kalo dibalik jadi malam, ya?" Ayu melempar pertanyaan untuk menghindar dari topik sebelumnya, takut-takut dia akan menangis lagi jika terus-terusan membahasnya.

"Malam kalo dibalik jadi siang lah, bego." Balas Salwa sewot.

Obrolan mereka terus berlanjut hingga lupa akan masalah pendidikan Ayu, mereka tertawa menikmati jokes recehan dari Ayu.

Namun, Vinka terus menatap Ayu yang sedang tertawa lebar. Temannya itu.. pasti sedang menutupi kesedihannya, selalu saja begitu.

Padahal, ketika dia atau yang lain tengah bersedih, Ayu selalu menghiburnya. Sekarang, ketika dirinya sendiri yang sedih, Ayu tetap menghibur temannya.

Lo kuat banget, Yu. Gue salut sama lo, ucapnya dalam hati.

"WOY, INI KELAS BERESIN. KALIAN INI DISURUH GLADIRESIK SAMA PAK KEPSEK BUKAN MALAH PADA NGERUMPI!" Teriak Tegar sang ketua kelas yang baru masuk ke dalam kelas dan langsung disuguhi pemandangan penuh dosa yang sedang dilakukan temannya, yang tak lain tak bukan ialah ngerumpi.

"Kelas lain udah pada bubar, lo semua baru dah ngerjain. Dasar murid teladan!" Lanjutnya.

"Lo juga baru dateng, Gar. Dasar ketua kelas teladan!" Balas Resa savage, Tegar terdiam beberapa saat.

"Yaudah buruan kerjain semuanya sama-sama!" titahnya lagi, " Yang cowok boleh maen bola dilapangan sama gue, kuy!" Tegar menaik-turunkan alisnya jahil.

"TEGARRR!" teriak perempuan sekelas serentak.

Dasar ketua kelas teladan!

一To Be Continued 一

Introvert pindah lapak, awokaowkawkk.

Selalu tinggalkan jejak, plis!

Sankyu!

060620,
Qfervau_

Introvert [On Going]Where stories live. Discover now