Ayu telah sampai dirumahnya.
Mereka berempat diberi tumpangan gratis oleh Cinta. Diantara mereka berenam, Cinta memang yang paling terkaya. Pulang-pergi kemana-mana pasti diantar oleh driver pribadinya.
Sebelumnya, mereka menyempatkan pergi ke mall, sekadar berkeliling melihat-lihat barang namun tak membelinya, makan, lalu menonton bioskop.
Mereka menghabiskan waktu kebersamaan sebelum hari perpisahan datang.
Saat perpisahan datang, pasti mereka akan mengalami hari-hari berat karna tak melewati dengan bersama lagi. Mereka masing-masing harus membiasakan diri beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya, kecuali Ayu seorang.
Tapi kali ini, Salwa dan Putri tidak ikut serta karna dilarang oleh orangtua masing-masing untuk berpergian.
"Makasih, mang Ujang." Ucap Ayu kepada driver Cinta yang dibalas anggukan kepala lewat spion dalam mobil.
"Cin, makasih, ya. Hati-hati lo."
"You're welcome," balas Cinta.
Mereka berdua bersalaman sebelum Ayu turun dari mobil Cinta. Ayu yang terakhir diantar karna rumahnya yang paling jauh.
"Dadahh," Ayu melambaikan tangannya hingga mobil Cinta tak terlihat oleh pandangannya.
***
Dia masuk kedalam rumahnya. Rumahnya sepi bak tak berpenghuni, namun ada suara TV dari arah ruang tengah.
Saat diruang tengah, Ayu melihat adiknya yang bernama Dewi sedang menonton sambil rebahan. Tampaknya Dewi baru pulang sekolah karna masih memakai seragam putih merahnya.
"Dek, ibu mana?"
Pertanyaan klasik sebenarnya, dimana sebagian besar anak akan menanyakan keberadaan ibunya terlebih dahulu dibanding yang lain.
"Di warung palingan lagi ngerumpi, bilangnya sih tadi mau belanja." Jawab Dewi tak mengalihkan atensinya.
Ayu tak bertanya lebih lanjut, ia langsung masuk ke kamarnya yang tepat berada disisi kiri ruang tengah. Rumahnya tak besar, hanya ada tiga kamar tidur, ruang tengah yang menyatu dengan ruang tamu, kamar mandi dan dapur yang sejajar. Teras rumahnya pun tak begitu luas, tak memiliki halaman.
Ayu merebahkan tubuhnya pada kasur yang telah lapuk dimakan usia. Ia membuka seluruh kancing seragamnya yang memperlihatkan kaos putihnya.
Bisa dibilang, Ayu adalah gadis setengah tomboy. Sejak kecil, ia selalu membuntuti kakaknya yang bermain dengan temannya.
Jika saat kecil teman perempuan sebayanya bermain congklak, engklek, lompat tali, bola bekel dan sebagainya. Dia cenderung ikut bersama teman kakak laki-laki nya bermain sepak bola, sepak babi, bentengan, layangan dibawah terik matahari.
"Haduh gerah amat sih, perasaan tadi pas didalem mobil si Cinta adem banget. Kenapa pas masuk rumah langsung panas?"
" Apa ini karna kamar gue jarang dipake buat sholat?" Ia teringat akan jokes yang pernah ia baca di Time line sosmed "Bhaks jokes bapak-bapak" Ayu tertawa sendiri.
Sebenarnya dia tertawa bukan karna jokesnya yang lucu, tapi sebaliknya. Jokes tadi menurutnya cringe, tapi jutru hal itu yang membuatnya tertawa.
"Haduh mana kipas angin rusak lagi, aelah." Ayu mengipas-ngipasi wajahnya pake jari-jari tangannya.
Ia bangkit dari kubur, eh salah maaf.
Ia bangkit dari kasur usangnya dan membuka jendela. Seketika kenikmatan duniawi langsung menerpanya hingga terbang kelangit ke tujuh, maksudnya pas Ayu buka jendela langsung ada angin menerpa wajahnya yang membuatnya merasa segar.
Namun kenikmatan itu hanya sekejap, setelah itu angin entah pergi kemana meninggalkan hawa hawa hareudang.
"Hareudang, hareudang, hareudang. Panas, panas, panas." Ayu bernyanyi hingga merebahkan perutnya pada lantai, yang disambut hawa tiis menjalar pada tubuhnya.
"AYUUUU!"
Rasanya baru beberapa menit Ayu memejamkan matanya, sudah terdengar suara teriakan dari sang Ibu tercintah yang mengguncang dunia beserta isinya.
Tapi... Ayu menutup mata kembali setelah 2,78 detik ia terjaga saking kagetnya. Ia sangat kelelahan karna telah berkeliling mall walau gak beli apapun.
"Coba atuh, kalo udah balik sakola tèh ulah langsung sarè. Bebenah imah, nyapu, ngepel, ngumbah piring, nyeseh. Unggal poè siah teh gawè na nang ukur sakola, sarè, dahar wèh. Èmangna jalma ngeunah taina? Kalo enak tai manusia mah, gak pa-pa lu tidur-makan, tidur-makan juga!" Omel Sang Ibu tanpa jeda.
(Coba lah, jika sudah pulang sekolah itu jangan langsung tidur. Beresin rumah, nyapu, ngepel, nyuci piring, nyuci baju. Setiap hari lo tuh kerjanya hanya sekadar sekolah, tidur, makan saja. Memangnya manusia enak eeknya? Kalo manusia enak eeknya sih, gak pa-pa lu tidur-makan, tidur-makan juga .)
"Bu, aku capek abis dari mall tadi sama temen," ucapnya parau masih dengan mata terpejam.
"Geura hudang! Kamu tèh awèwè ¹, harus bisa ngerjain pekerjaan rumah! Bukan tidur aja kerjanya. Siang tidur, malem begadang jiga kalong.²"
(¹Cepat bangun! Kamu itu perempuan.
²Siang tidur, malem begadang macem kelelawar.)
"Lima menit lagi, bu..."
Setelah mengatakan itu, tidak terdengar lagi suara aduhay menggelegar dari ibunya. Ayu pun kembali terlelap dibuai mimpi.
一To Be Continued 一
Gimana, masih sehat?
Semoga selalu diberi kesehatan utk kita semua, aamiin!😇😸
Juga, semoga suka cerita ini!😻
Selalu sertai dukungannya, ya sahabat!😹
Sankyu!
240720,
Qfervau_
YOU ARE READING
Introvert [On Going]
Teen FictionIntrovert Kemiskinan membuatnya terpaksa untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Kemiskinan telah merenggut kebahagiaan kecilnya. Ayu Astrellia. Gadis malang yang memiliki segudang mimpi, namun ia harus mengubur mimpi-mimpinya sebelum menggapainya...
![Introvert [On Going]](https://img.wattpad.com/cover/192760269-64-k943419.jpg)