{ 19 } Jatuh hati pada Pangeran Cabai

138K 10.6K 617
                                    



— Segala kekurangan yang dia miliki terasa sempurna di matamu. Itulah jatuh cinta. — Zana Pramitha

Happy Reading

Zana merentangkan kedua tangannya sembari menguap. Dia berjalan ke dapur dengan malas. Padahal semalam dia tidak begadang, masalahnya berada di kasur Aura membuat badannya menolak bangun. Harusnya dia mengantar Aura ke sekolah, tapi karena ketiduran lagi akhirnya Aura berangkat sendiri.

Saat dia membuka kulkas untuk mengambil air tak sengaja matanya menangkap sosok Arion. Gadis itu tanpa sadar meremas gagang kulkas. Bibirnya tak bisa menahan senyum ketika melihat Arion duduk santai di meja makan sambil menikmati kopi, rutinitasnya setiap pagi.

Bagaimana cara bibirnya meniup kopi itu, atau saat matanya memejam menghirup aromanya. Lalu, ketika mata itu beralih ke arahnya.

Ya, ke arahnya. Dengan tajam.

Dunia Zana rasanya hancur saat itu juga.

Saking terkejutnya dia sampai menatapkan dahinya di kulkas hingga menimbulkan suara lumayan keras. Arion yang berada di sana meletakkan cangkir kopinya. Dia menengok penasaran.

Melihat Zana sedang mengelus-elus dahinya, dia mendengus. Pagi-pagi sudah ceroboh.

Merasa amat malu Zana tak beranjak dari tempatnya. Dia terus saja merutuki kebodohannya sampai sebuah tepukan mendarat di pucuk kepalanya. Gadis itu terperanjat kaget. Dia segera membalikkan badan dan bertemu pandang dengan Arion.

Jantung Zana nyaris meloncat dari kandangnya.

"Lo ngapain matung di situ?"

"Hah? Gu-gue? Enggak, ini mau ambil minum," Zana menyengir lebar. Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil sesuatu di kulkas. "Gue haus." Dia terkekeh garing.

"Itu yang lo ambil botol sirup."

Zana mengerjap. "Hah?" Dia buru-buru menatap barang di tangannya. Begitu melihat benda apa yang dia ambil, hanya tersisa malu dan umpatan kasar dalam dirinya. Baru beberapa saat dia sudah membuat dirinya bodoh di depan Arion.

"Oh, ini. Gue emang ada niatan buat es sirup." Zana meremas botol sirup sambil melewati Arion. Dia tak berhenti curi pandang ke arah Arion yang masih berdiri di tempatnya.

Jadi, kapan Arion akan pergi dari dapur dan membiarkan kegugupan Zana hilang?

"Woy!"

"Ayam!"

Zana membulatkan matanya ketika botol sirup yang dia pegang jatuh di lantai. Was-was kepalanya menoleh ke Arion yang melayangkan tatapan datar. Gadis itu perlahan menyengir.

"Sirupnya jatuh, Ar."

"Tenaga lo nggak mampu bawa botol seenteng itu? Hah?"

Zana mengerucutkan bibirnya. "Itu juga gara-gara lo ngagetin gue."

"Lah, orang mah dipanggil noleh, bukan teriak ayam!"

Zana dalam hati membetulkan ucapan Arion. Seharusnya dia tidak sekaget itu.

"Awas, awas!" usirnya membuat Zana memundurkan badannya. Dia menatap sebal Arion.

"Ambilin gue sapu di deket kamar mandi."

"Hah?"

Arion membalikkan setengah badannya dengan lirikan sinis. "Budeg. Ambilin sapu!"

"Oh, sapu. Oke sebentar," Zana segera berdiri dan berlari kecil ke kamar mandi. Setelah mengambil sapu diberikannya barang itu pada Arion.

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang