{ 15 } Mendadak bawel

138K 10.9K 351
                                    

Happy Reading!

"Yon, cari makan dulu deh. Laper gue." Andra mengelus perutnya berulang kali. Dia memasang ekspresi semelas mungkin. Gara-gara Arion meminta mengantar beli perlengkapan kafe di pagi hari, Andra belum sempat sarapan.

"Nanggung. Gue beli cat dulu—"

"Plis, tolong, gue mohon. Kasihanilah perut gue."

Arion berdecak sambil melirik Andra. "Lemah banget lo."

"Gue belum sarapan, Yon. Tadi lo nglarang gue ikut sarapan, padahal si Aura sama Zana masak enak."

"Bawel. Buruan mau kemana?"

Apa saja yang Andra katakan ujung-ujungnya dibilang bawel. Sebenarnya mengeluh, mengumpat, atau marah pada Arion tidak ada gunanya. Lelaki itu tidak akan peduli.

Andra tersenyum lebar. Dia mengelus perutnya dengan sayang. "Nyari restoran makanan laut aja. Enak tuh dimakan jam segini,"

Tanpa babibu Arion memutar stir mobilnya menuju restoran terdekat. Padahal membeli cat tak butuh waktu lama. Tapi lebih baik dia mengamankan telinganya agar tidak rusak karena rengekan Andra yang seperti bocah SD.

Mereka masuk ke restoran yang dipilih Andra. Lelaki itu sangat suka makanan laut. Arion sendiri bukan pemilih makanan, jadi mengiyakan saja. Dia hanya memesan satu porsi karena sudah sarapan. Berbeda dengan Andra yang mejanya penuh dengan makanan.

"Lo nggak mau udang ini, Yon? Sedep banget asli. Ini restoran emang jago masakannya."

Arion mengunyah daging kepitingnya dengan wajah masam. "Lo kalo bacot mulu nggak bakal selesai. Urusan gue masih banyak."

Andra menatap kesal Arion. "Biar gue menikmati makanan dulu, Yon. Tenaga lo sama gue beda. Lo mau gue pingsan di tengah jalan gara-gara kurang energi?"

Arion jadi meragukan apakah Andra lelaki. Sifatnya tak beda dengan Aura.

"Ngomong-ngomong cewek yang ada di rumah lo gimana?"

"Gimananya apanya?"

"Dia udah nemuiin keluarganya belum? Kata Aura dia tinggal di rumah lo sementara sampe keluarganya ketemu."

"Nggak tau gue." jawabnya acuh.

"Bantu lah, anjir. Itung-itung lo bantu adek lo. Jangan tega-tega gitu lah, nyet."

"Lah, gue harus bantu apa? Masalah dia nggak jelas gitu."

Andra nampak berfikir. Sepertinya memang mustahil bagi Arion mau repot membantu masalah orang lain. Pada orang terdekatnya saja kadang Arion tidak peduli. Perlu diakui nasib Zana memang memprihatinkan. Dia sendiri tidak mengerti jelas apa masalah gadis itu.

"Bantu cari informasi kek. Karena cuma dapet bantuan dari Aura rasanya nggak cukup. Nyari keluarga bukan nyari celana dalem lo yang ilang."

Arion diam. Sementara Andra tak melanjutkan bicaranya. Setelah mereka selesai makan Arion memberikan kunci mobilnya untuk diambil selagi dia membayar tagihan di kasir.

"Total dua ratus tiga puluh tiga ribu, ya."

Arion yang sebelumnya sibuk mencari dompet di saku seketika menghentikkan pergerakannya. Dia seperti mengenali suara barusan. Lelaki itu sontak mengangkat kepala sehingga bertemu pandang dengan pegawai kasir di depannya.

Bisa dia lihat dengan jelas ekspresi terkejut dari orang di hadapannya. "A- arion, lo?"

Lelaki itu diam. Dia hanya memberikan kartu rekeningnya untuk membayar dan pergi tanpa mengucap sepatah katapun. Seolah orang di depannya bukan siapa-siapa sehingga responnya biasa saja.

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang