8

15.2K 1.3K 311
                                    

Hentakan suara sepatu dengan hak yang tidak bisa di bilang rendah menggema di lorong sebuah villa yang terlihat lenggang. Hanya ada beberapa pekerja yang terlihat membungkuk. Sengaja memberi hormat pada seorang Madam yang sangat mereka segani.

Wanita dengan dress ketat di atas lutut bewarna merah terang yang membalut tubuh hanya melenggang acuh, tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sesekali jari dengan kuku berpoles cat warna maroon menyingkirkan anak rambut yang menjuntai indah, menyelipkan di belakang telinga.

Tubuh tinggi semampai itu berhenti di depan sebuah kamar dengan dua daun pintu berhias ornamen klasik pada struktur bidangnya. Sedikit mendengus sebelum mengetuk pintu.

Lima menit wanita cantik itu menunggu dengan sabar setelah ritme tiga ketukan yang ketujuh, tapi tidak ada sautan ataupun suara lainnya dari dalam kamar. Dia mendengus dan sedikit mengumpat saat tau lagi-lagi di acuhkan oleh si penghuni kamar.

"Tunggu." ucapnya pelan saat ekor matanya melihat seorang pelayan melintas dengan kepala tertunduk di belakang tubuh.

"Ya, Madam."

"Jam berapa dia pulang?" tubuh indah itu berputar menghadap lawan bicara.

"Pukul 4 subuh Madam."

"Baiklah. Terimakasih. Kau boleh pergi."

Atensi wanita itu kembali ke pintu sebuah kamar di hadapannya. Karna tidak mendapat respon apapun, dia berinisiatif langsung masuk ke dalam. Selain merasa di abaikan, dirinya juga penasaran akan apa yang terjadi pada pemilik kamar.

Dengan perlahan, dua daun pintu terdorong ke arah dalam. Remangnya ruangan menyambut sang wanita saat melangkahkan kakinya masuk. Walau pun matahari telah berada di titik tertinggi, sang pemilik kamar masih membiarkan gorden setinggi tiga meter itu tertutup menghalangi radiasi sang surya.

Di sana, diatas ranjang dengan tirai menjutai, bergelung satu tubuh yang masih terlihat pulas. Tidak terganggu sedikit pun akan suara-suara yang berasal dari luar kamarnya.

Wanita itu seketika kesal bukan main saat melihat bokong berbalut bokser iron man-karna selimut yang di kenakan telah terangkat sampai bagian punggung- itu menungging seraya memeluk bantal gulingnya nyaman.

Emosi yang memuncak membuat si wanita tergesa dan segera mendaratkan telapak tangannya dengan keras di atas bongkahan kenyal milik target incaran.

PLAKKK

"SHIT!! AWW!!"

Mata milik lelaki itu terbuka paksa saat merasakan sengatan nyeri secara mendadak diatas bagian pribadinya. Tubuhnya dengan cepat berbalik menghadap si pelaku pemukulan.

"What the fuck Jess!!" dan segera melontarkan umpatan kekesalan padanya.

"Berani kau mengumpatiku?" suaranya terdengar merdu tapi yakinlah, sorot mata miliknya menyiratkan ancaman yang luar biasa.

"Ck!" decakan malas keluar dari belah tipis miliknya. "Keluarlah, aku masing mengantuk~" renggeknya kesal.

"Kau mau ku pukul lagi? Sudah jadi masokis ya sekarang?"

"Fuck you!" pekikan nyaring sarat kekesalan di hadiahkan pada si wanita. "Apa mau mu Jess?!"

"Anak ini! Panggil aku Noona! Tidak sopan sekali!" mata milik Jessica-nama si wanita- melotot kesal.

Lelaki yang di pelototi mengerucutkan bibir nya diiringin aksi menedang selimut, sebagai bentuk protes pada lawan bicaranya.

"Tapi kan kita tidak berada di Korea~"

EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang