7. Yaelah Galak Amat

2.1K 159 20
                                    

Terhitung sudah hampir lima belas menit mereka duduk berhadapan di sofa. Fraha terus menatapnya seolah tidak berkedip dan jangan tanyakan bagaimana Farah merasa gugup sekaligus takut. Farah hanya bisa meremas-remas tangannya sendiri.

"Belum juga mau bicara?"

Pertanyaan Fraha terdengar aneh menurut Farah. Harusnya ia yang bertanya ada apa? Mau bicara apa? Tapi ini malah sebaliknya, tentu saja Farah tak ingin bicara apapun.

"Jadi loe ada hubungan sama Geral."ucap Fraha seperti sebuah pertanyaan sekaligus tuduhan.

"Tidak, gue gak ada hubungan apapun sama siapapun termasuk Geral."Farah mencoba meyakinkan Fraha yang terlihat curiga.

"Gue gak peduli loe sama Geral atupun enggak, tapi sekarang loe istri gue. Jangan lupa itu."

"Gue paham kok."Farah benar-benar tidak berani melihat mata Fraha.

"Sekarang ganti baju, orang tua loe tadi telfon, suruh datang ke rumah."Fraha menyalakan koreknya dan mengapit batang candunya di sela jari.

"Iya."balas Farah senang, ia memang sudah kangen sama orang tuanya. Ia bergegas untuk berganti baju. Rasanya sudah tak sabar.

Setelah beberapa menit Farah keluar dengan dress selutut bermotif bunga kecil-kecil dan rambutnya di jepit dengan jepitan bunga senada dengan bajunya.

Fraha melihatnya persekian detik kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Gue udah siap."ucap Farah dengan senyum manis di bibirnya.

Fraha hanya mengangguk mematikan rokoknya."Mau beli sesuatu?"tanya Fraha tanpa menoleh ke arah Farah.

"Bapak sama ibu suka nasi Padang."

"Nanti beli di depan."Fraha berjalan keluar terlebih dahulu dan menunggu Farah yang sedang mengunci pintu. Tanpa mereka tau, ada Remon yang sedang terheran-heran. Tapi Remon pikir, ia sedang berhalusinasi karena lapar.

Fraha menyalakan motornya dan Farah pun naik. Farah sedikit kesusahan karena motor Fraha lumayan tinggi.

"Pegangan!"perintah Fraha.

Tangan Farah rasanya gemetaran dan memegang ujung jaket Fraha.

"Loe mau jatuh heum?"Fraha meraih tangan Farah dan melingkarkan di pinggangnya.

Jantung Farah rasanya mau copot, ia tak pernah sedekat ini dengan cowok manapun.

"Pegangan yang kuat."belum sempat Farah menjawab Fraha sudah memacu motornya kencang yang otomatis membuat Farah berteriak dan memeluk Fraha erat sambil menutup matanya.

Farah bukanya modus, sebenarnya ia sering di antar naik motor oleh bapaknya. Tapi tidak pernah kebut-kebutan seperti Fraha.

Entah mengapa, bibir Fraha tertarik ke atas membentuk senyuman, rasanya sangat nyaman dan tenang. Padahal Farah sedang ketakutan bukan niat dia ingin memeluk Fraha.

Sebelum sampai rumah, mereka mampir terlebih dahulu untuk membeli nasi Padang.

"Buset...."Remon terkejut bertemu Farah dan Fraha lagi saat ia sedang makan. Berati yang ia lihat tadi bukan halusinasi."Wah....wah...wah..."Remon  menggoda Fraha.

Fraha sebenarnya terkejut juga saat melihat Remon tapi ia berusaha setenang mungkin.

"Habis ngapain kalian?"Remon memicingkan matanya.

"Bukan urusan loe,"jawab Fraha.

"Loe cantik juga ternyata."Remon melihat Farah dari atas sampai bawah membuat Farah risih di tatap seperti itu.

Fraha menarik Farah untuk sembunyi di belakangnya. Untuk menutupi Farah dari tatapan mesum Remon.

"Ck... kenapa loe umpetin, padahal dia ok banget bro."protes Remon.

"Loe berani nyentuh dia, gue patahin tangan loe."Ancam Fraha.

"Yaelah galak amat, bagi dikit dong. Gue yakin masih ori."

Fraha yang geram pun langsung menarik kerah baju Remon kuat-kuat."Gue bialngin loe sekali lagi, kalau loe berani nyentuh dia, gue patahin tangan loe."ucap Fraha terdengar dingin dan menakutkan membuat bulu kuduk Remon berdiri.

"Ok, ok...santai bro."Remon tak berani melawan Fraha. Dan kini Remon yankin ada sesuatu di antara mereka berdua.

"Fraha, udah."Farah mengusap punggung Fraha  mencoba menenangkannya.

"Awas loe."Fraha menunjuk wajah Remon.

Remon hanya bisa manggut-manggut antara ngeri dan bingung. Ada apa dengan Fraha dan Farah.

Fraha membayar pesanannya dan segera ke rumah orang tua Farah yang pasti sudah menunggu mereka sejak tadi.

Farah sendiri, wajahnya bersemu merah saat Fraha begitu melindunginya. Ia merasa sangat senang dan si hargai.


FRAHA & FARAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang