3.Bukan Urusan Loe

2.1K 156 23
                                    

Semua acara berjalan lancar. Para tamu juga sudah pulang. Kini semua berkumpul di ruang tengah.

"Fraha bapak titipkan putri bapak padamu, tolong jaga dia sebaik mungkin."ucap Abdullah.

"Insyallah."balas Fraha yang tak yakin bisa menjaga Farah.

"Kamu sudah menikah sayang, sekarang Farah tanggung jawabmu, jangan buat kami kecewa."Sambung Dara mamah Fraha.

Fraha hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Dan ini kunci rumah kontrakan untuk kalian berdua."Abdullah menyerahkan kuncinya kepada Fraha dan memberitahukan alamatnya.

Setelah mendapatkan wejangan dari orang tua, Fraha dan Farah menuju rumah kontrakannya. Farah sedikit lega, ternyata Fraha anak yang sopan, sepertinya kejelekan Fraha hanya gosip.

Tapi......

Farah terkejut saat sampai di kontrakan, Fraha melempar kemeja putihnya asal, menyisakan kaos putih dan duduk sambil menyalakan rokoknya.

"Sini loe duduk...!!"perintah Fraha sembari menunjuk kursi di hadapannya.

Farah hanya mengikuti perintah Fraha dengan kepala menunduk takut karena Fraha yang sekarang ada di hadapannya berbeda dengan Fraha tadi saat di rumahnya. Tatapannya dingin dan wajahnya datar tanpa expresi.

"Loe satu sekolah sama gue?"tanya Fraha.

Farah mengangguk.

"Kelas berapa loe?"

"11 A."

Fraha hanya berohria.

"Loe beresin semuanya, gue cabut."Fraha mengambil jaket miliknya yang masih ada di dalam tas.

"Kemana?"

"Bukan urusan loe."

Farah cuma bisa diam tak banyak bertanya lagi. Dan mau tak mau, ia harus membereskan kontrakannya sendirian.
___________

Sekarang sudah jam sembilan malam tapi belum ada tanda-tanda Fraha akan pulang. Apalagi perut Farah sudah keroncongan setelah bekerja seharian beresin kontrakan.

Farah memilih menenggak air putih sebanyak-banyaknya untuk menahan rasa laparnya. Belum ada satu hari menikah, ia sudah kelaparan di tambah lagi, suaminya tak pulang-pulang. Bisa saja ia ke rumah orangtuanya dan numpang makan di sana tapi tentu saja itu tidak akan mungkin Farah lakukan. Farah takut orang tuanya cemas. Karena tak kuat lagi menahan lapar, Farah memilih untuk tidur dengan lampu dinyalakan,ia takut sendirian.

Fraha melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Ia berpamitan untuk pulang. Apalagi ia juga harus sekolah besok pagi.

Fraha berhenti di warung nasi goreng di pinggir jalan. Uangnya tak cukup banyak, ia hanya membeli satu porsi nasi goreng karena besok pagi pun ia masih butuh makan dan tentu saja ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, sekarang ia harus memikirkan Farah juga. Jadi ia harus lebih berhemat.

Fraha mengetuk pintu beberapa kali namun belum juga di bukakan pintu.
Hingga membuat ia dongkol dan menggedor pintu cukup keras.

Farah kaget dan segera beranjak bangun untuk membukakan pintu.

"Loe tidur apa kebo sih."kesal Fraha.

"Maaf, gue ketiduran."

"Makan tuh."Fraha menaruh bungkusan nasi goreng di atas meja.

"Apa itu?"

"Udah loe tinggal makan. Gak usah banyak tanya. Gue mau mandi."Fraha masuk ke dalam kamar.

Farah membuka bungkusan itu. Ia sangat senang dan menaruhnya di piring. Baru saja ia hendak memakan nasi gorengnya, ia teringat Fraha. Apalagi hanya ada satu bungkus.

"Kak...."Farah masuk ke dalam kamar, ia melihat Fraha sudah berbaring di atas tempat tidur. Padahal belum ada lima menit. Entah Fraha jadi mandi atau tidak tapi bajunya sudah ganti.

"Kak."Farah memanggil Fraha lagi." Nasi gorengnya."ucap Farah.

"Loe makan aja, gue mau tidur, jangan ganggu gue."Fraha menutup wajahnya dengan bantal.

Farah hanya bisa garuk-garuk rambutnya yang tidak gatal. Kemudian mengedikan bahunya dan duduk di kursi belajar sembari menyantap nasi gorengnya dengan lahap.

Setelah selesai makan, Farah hendak tidur karena malam sudah sangat larut. Tapi ia bingung, cuma ada satu kamar dan satu tempat tidur berukuran sedang.

Akhirnya Farah mengambil bantal dan selimut dan tidur di sofa ruang tamu.

FRAHA & FARAH Where stories live. Discover now