05.4

1.3K 70 4
                                    

"Sana?", kata Raka terkejut dengan kehadiran Angsana di teras rumahnya. Raka segera turun dari mobilnya menghampiri sahabatnya yang terduduk dengan wajah sembab akibat air mata yang telah mengering.

Melihat Raka mendatanginya, tanpa ragu Angsana berlari dan memeluk Raka erat. Air matanya kembali tumpah. Melihat Angsana yang menangis dengan masih memakai pakaian formal, Raka mengira Angsana hanya baru saja ditolak dari sebuah perusahaan yang dicobanya.

"Ssshhh....kenapa? Ditolak kerja?", Angsana menggeleng dalam pelukan Raka. 

"Seto, Raka.....Seto itu Dimas."

"Hah?? Maksudmu?"

"Iya, Seto itu Dimas, anaknya Ratna Arum!!!"

Raka tak kalah terkejut mendengar penuturan Angsana.

"Angsana?"

Belum kering air mata Angsana, terdengar suara khas yang telah lama hilang dari kehidupannya. Angsana melepaskan diri dari pelukan Raka. Dirinya tidak menyangka tentang siapa yang sedang berdiri di belakang Raka. Jansen. Lengkap dengan istri dan kedua anaknya.

"Raka....", kata Amanda, istri Jansen.

Angsana menatap Raka dengan tatapan tidak percaya. Dia tidak pernah siap untuk menghadapi hal semacam ini. Matanya kembali berkaca-kaca. Raka tak bisa bicara apa-apa. Pun juga Jansen. menyisakan Amanda yang dipenuhi tanda tanya apa yang sedang terjadi. 

Tanpa pikir panjang dan tanpa banyak kata, Angsana berlari sejauh mungkin dari tempat itu. Satu-satunya tempat yang dia pikir bisa menenangkannya kini berubah menjadi tempat menyeramkan untuknya. 

Bukan salah Raka bila keluarga Jansen ada di situ. Karena memang mereka bersaudara. Namun Angsana tidak siap dengan cobaan bertubi-tubi seperti ini. Pada akhirnya dia memutuskan untuk menuju ke sebuah hotel. Beruntung hari ini dia membawa laptop dan dompet yang berisi kartu atm miliknya. Sehingga tak perlu dia kembali ke rumah, mengambil resiko Dimas akan menemuinya. Atau Raka. Dan Jansen.

Untuk sementara waktu ini, dia hanya ingin menghilang.

--**--

Sepeninggal Angsana, Raka mempersilakan keluarga Jansen untuk masuk ke rumahnya. Mereka ke Jakarta untuk berlibur. Pikiran Raka menjadi tidak tenang. Apa yang terjadi dengan Angsana dan Seto? Dan juga, bagaimana perasaan Angsana sekarang, pada akhirnya bertemu dengan Jansen dan Amanda langsung. 

"Manda sama anak-anak istirahat dulu. Aku mau ke tempat temenku tadi."

"Kenapa dia, Raka? Koq nangis."

"Mungkin lagi ada masalah dengan pacarnya. Aku ke sana dulu ya, Nda."

Amanda menyetujuinya.

"Sama Jansen boleh? Dia teman Jansen juga dulu pas masih kuliah. Mungkin kalau ramai sama teman-teman bisa sedikit menghiburnya." Amanda mengangguk setuju.

Raka sengaja berbohong agar tidak membuat Amanda curiga mengapa Jansen mengenalnya. Raka selama ini memang menutup rapat cerita tentang Angsana pada keluarganya, terlebih pada Amanda. Di satu sisi, dia juga menyayangi sepupunya itu. 

"Jancuk!!"

Umpat Raka kasar ketika melajukan mobil bersama Jansen yang sedari tadi hanya terdiam.

"Kon kenal Angsana? Sejak kapan?"

"Sejak diusir keluargamu seko hotel. Arek iku mlaku mulih ora nduwe duit. Keguguran."

"Keguguran?"

"Kon ora ngerti arek iku keguguran?"

"Anakku...keguguran?"

Angsana (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang