17. Kebenaran Dalam Kejahatan

Start from the beginning
                                    

*****


Airin sudah akan memulai pembelajaran ketika ia melihat Nino datang bersama Danu. Kenapa pula lelaki itu datang? Padahal Airin tidak minta dia datang.

Tapi tunggu dulu, matanya perlahan melebar saat beralih melihat kaki Danu. Tanpa sadar Airin menjatuhkan spidol karena terburu-buru menghampiri Danu.

"Ya ampun Danu, kamu kenapa?" Airin jongkok untuk meneliti tiap jengkal tubuh Danu.

"Danu gapapa Kak, cuma kecelakaan kecil aja." jawabnya sambil menunjukkan deretan gigi kecilnya.

"Tapi kamu bisa belajar? Kalo nggak bisa kamu boleh izin minggu ini."

"Nggak usah Kak. Danu cuma masuk sekolah seminggu sekali, sayang kalo harus izin. Nanti Danu ketinggalan pelajaran."

Melihat raut cemas Airin, membuat Nino tak tahan untuk tidak ikut berkomentar, "Kamu tenang aja, ada aku yang bakal jaga Danu."

Airin berdiri kala Danu pamit menuju bangkunya yang ada di belakang.

"Lo ngapain sih di sini? Perasaan gue nggak minta bantuan lo." Airin bersidekap dada, merasa jengah karena Nino lancang datang ke sekolah alternatifnya tanpa izin terlebih dulu.

"Aku mau nawarin bantuan. Sekalian nunggu Danu pulang."

"Gue nggak butuh. Kalo lo mau nunggu Danu pulang, mending lo tunggu di luar."

Mood Nino pagi ini terlalu bagus untuk dihancurkan hanya karena bertengkar dengan Airin, Nino pun memilih keluar dan menunggu Danu di motornya.

Setelah mendapat ketenangan yang diinginkan, Airin memulai pembelajaran dengan hitung menghitung. Sebenarnya pelajaran matematika paling menguras tenaga menurut Airin, karena ia harus sabar mengajari murid didiknya satu per satu.

Airin menghembuskan napas panjang, diam-diam ia menyesal sudah menolak bantuan Nino tadi. Ia menoleh ke luar dan masih mendapati Nino di atas motor sembari memainkan ponsel.

Apa Airin harus menarik kata-katanya dan menurunkan harga dirinya untuk meminta bantuan cowok itu?

"Kak Airin!" panggil Danu, ia menyodorkan bukunya, "Danu udah selesai. Danu boleh pulang sekarang, kan?"

"Kamu pulang sama siapa? Nggak mungkin jalan, kan?"

"Kak Nino masih di luar, kan? Danu bareng Kak Nino aja."

Seperti biasa, Airin tidak punya kuasa untuk menahan Danu karena materi minggu ini sudah dia berikan dan seluruh jawaban yang Danu tuliskan benar semua.

Danu pamit, lalu mata Airin mengikuti pandang langkah Danu yang terseok-seok hingga tiba di depan Nino. Setelah menaruh ponsel ke saku dan membantu Danu naik ke motor, Nino langsung menyalakan mesin dan mengendarai motornya menjauh dari sekolah alternatif.

Tunggu sebentar!

" Sejak kapan Nino dan Danu sedekat itu?" gumam Airin.

Bukankah kedekatan mereka terlalu tiba-tiba? Atau Airin yang ketinggalan berita? Tapi sejak kapan mereka dekat?


*****


"Jadi kita mau mulai darimana?" tanya Nino setibanya mereka di kota tua.

"Dari arah timur aja, soalnya Danu belum pernah jualan lagi di sana sejak kecelakaan."

Kedua manusia berbeda generasi itu berjalan ke arah timur sesuai permintaan Danu. Sepanjang perjalanan, Nino dan Danu meneriaki dagangan balonnya, berharap ada pembeli yang tertarik. Namun suara mereka tiba-tiba tertelan oleh teriakan yang lebih ramai dan nyaring, suara-suara itu kompak menyerukan kata 'copet'.

My Precious Girlfriend ✔Where stories live. Discover now