Dua Puluh Tiga

1.9K 222 24
                                    

Author's POV

"Apa kau marah?" tanya Greyson. Pat hanya diam.

"Lalu kau mau aku berbuat apa sekarang?"

Pat masih diam.

"Sayang? Jawab aku, please?"

Kini Pat membuang muka ke samping, tapi sikap diamnya tidak menyurutkan usaha Greyson sama sekali. Malah suami hantunya sengaja pindah dan duduk bersila persis didepan kakinya. Pat sendiri tidak bergerak sama sekali dari posisinya di sofa, walaupun sebenarnya dia ingin lari ke kamar dan mengunci diri disana. Sayang Pat tahu bahwa mengunci diri dimanapun tidak ada artinya semenjak Greyson bisa bergerak menembus dinding apapun, jadi percuma saja baginya bersembunyi

Ini bukan pertama kalinya Pat menggerutu dalam hati bahwa nasibnya jadi semakin tidak adil dengan Greyson menjadi hantu.

Wanita tiga puluh satu tahun itu masih tidak menjawab setiap panggilan Greyson. Suasana hatinya masih buruk sejak kemarin malam. Hingga pertanyaan terakhir itu keluar dari mulut Greyson, "Kau marah kan karena aku menghapus pikiran Addo?"

Pat mendengus.

"Bagus kau mengetahuinya," jawabnya malas. Kepala Greyson seketika tertunduk. Suasana berubah hening diantara mereka berdua. Pat tidak mengatakannya, tapi Greyson tahu betapa muak wanita itu kepadanya.

"Aku minta maaf. Benar-benar minta maaf," ucap Greyson pelan, seiring pandangannya kembali ditujukan pada istrinya. Sepasang mata biru Pat hanya menatapnya, sementara itu dia membiarkan pikirannya mengambil kendali kali ini. Sebelum-sebelumnya, Pat adalah orang yang lebih dulu mementingkan perasaan ketimbang pikiran. Sekarang dia sudah belajar dari pengalaman dan sadar, lalu berjanji tidak akan melakukan cara bodoh itu lagi. Seperti apa yang ia katakan kemarin, mungkin Greyson adalah suami sekaligus satu-satunya orang yang Pat cintai. Tapi dilain sisi, sayangnya, hidupnya hancur setelah bersamanya.

Lagipula, bukankah ini benar-benar hal yang bodoh? Untuk apa juga Greyson tetap bertahan tinggal disana jika Addo sama sekali tidak boleh tahu tentang keberadaannya? Bukankah Pat dan Greyson hanya membuang-buang tenaga? Sekali lagi, Pat malu karena sangat terlambat menyadari hal itu.

"Kenapa, Sayang? Apa permintaan maafku tidak cukup? Apa kau ingin membuka rahasia kita pada Addo sekarang?" lanjut Greyson lagi, setelah sekian lama berlalu dengan keheningan lagi. Pat melihat bagaimana tangannya bergerak ingin menggapai tangannya lalu terhenti tiba-tiba, menarik tangannya lagi. Pastinya karena Greyson teringat tidak bisa menyentuhnya. Pat ingat betul itu cara Greyson untuk meyakinkan atau menenangkan perasaannya; dengan menggenggam kedua tangannya kuat-kuat. Dan disaat dia melakukannya, Pat pasti akan merasa tenang dan kuat kembali.

Memejamkan matanya, Pat menarik napas dalam-dalam melalui hidung lalu menghembuskannya kembali pelan-pelan. Apa yang harus kulakukan sekarang?

"Katakan, Sayang. Katakan apa yang kau ingin aku lakukan." sambung Greyson, masih dalam nada penekanan yang sama. "Bahkan jika hari ini kau minta aku pergi selamanya dari kehidupanmu dan Addo pun... akan kulakukan."

Tentunya Pat kaget mendengar ucapannya. "Kenapa kau bilang begitu?" tanyanya penasaran.

"Aku hanya tidak mau kehadiranku melukai perasaanmu dan Addo. Lebih baik aku yang mati dan benar-benar mati, kan?"

Sekali lagi Pat menghembuskan napas berat. Ingin sekali dia membuang semua beban yang selama ini mengganjal dihatinya segampang halnya dia menghela napas. Sayangnya dia tidak bisa. Kemudian dia terenyak lagi, berpikir. Bukannya perkataan Greyson tadi ada benarnya?

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now