Dua

3.2K 281 13
                                    

Author's POV

 Addo memang berniat untuk pulang.

"ADUH SAKIT HENTIKAN!" Suara jeritan Will terdengar sampai taman belakang sekolah, dimana Addo kala itu melintas, dan alhasil jeritan itu pun menghentikan langkahnya. Dia kenal itu suara Will Bright.  Tanpa berpikir panjang lagi, Addo memutar haluan, mengendap-endap mengikuti arah suara. Kakinya mengantarnya sampai di gudang sekolah, yang terletak di pojok utara halaman sekolah.

Saat itu dia beruntung---atau para tukang bully-nya yang bodoh, seperti biasa---karena pintu gudang sekolah dibiarkan terbuka lebar. Addo mengintip dari balik semak-semak tempat persembunyiannya. Namun pemandangan yang dilihatnya sungguh tidak menyenangkan—sungguh. Jason, Brian, Dylan, dan Jake saling menyiksa Will. Jake menginjak-injak seluruh buku Will, sementara Brian dan Dylan mengambil kacamatanya dan menggunting rambut pirangnya hingga cepak tak karuan. Jason? Dia menjadi penonton yang tertawa-tawa, sesekali memberikan perintah. Will yang tidak berdaya hanya bisa menangis.

Addo memperhatikan mereka dengan perasaan miris. Dia masih ingat dengan perban di kepalanya tapi kejadian didepan matanya tidak bisa hanya membuatnya berdiam diri. Aku harus melakukan sesuatu.

Addo melemparkan pandangan ke seluruh tempat, mencari-cari benda apa yang bisa dia pakai untuk mengusir Jason dan kawan-kawannya darisana. Disana ada banyak batu dan cepat-cepat dia mengumpulkannya. Namun bagian terbaiknya bukan itu, tapi sebuah fire extinguisher. Ada tabung pemadam kebakaran menganggur tergantung di tembok samping gudang.

"Berhenti menangis, dasar cengeng!" bentak Jason kasar pada Will.

"Kalian yang harusnya berhenti menyiksa dia!" Addo muncul di ambang pintu gudang. Dia menatap semua orang berani. Jason, Brian, Dylan, Jake dan Will tertegun melihat kehadiran Addo. Sebelum keempat tukang tindas berubah berang.

"Cih! Mau apa kau kesini, Chance?" tanya Jason kasar.

"Menjemput Will." Jawab Addo berubah kalem. "Kau tahu aku bisa melaporkan ini pada ibu---" belum selesai dia menuntaskan kata-katanya, Jake menarik kerah baju kemeja yang dipakai Addo.

"Mau sok pahlawan ya? Hanya karena kau anak kepala sekolah, bukan berarti kau bisa membuat kami takut! Kau tetap tidak ada apa-apanya, Chance!"

"Atau... dia ingin menyusul daddy-nya dengan cara yang sama?" ejek Dylan dibarengi tawa dari ke-tiga temannya yang lain. Terutama Jake. Dia tertawa tepat didepan wajah Addo. "Aduh, kasian sekali anak daddy... HAHAHA!" lanjut Dylan lagi.

Jakemenambahkan, "Greyson Michael Chance, siswa Cheyenne Middle, ditemukan bunuh diri di belakang sekolahnya sendiri karena..."

"SHUT UP!" teriak Addo sambil menendang aset berharga Jake. Seketika ia roboh.

"Kuperingatkan kau, Jake Walterdam, jangan pernah kau menyinggung soal ayahku!" kata Addo keras, kembali marah. Suasana gudang sunyi senyap. Kemudian dia mengalihkan pandangan ke Jason dan yang lainnya. "Itu yang pertama, kalian tau? Sekarang yang kedua, bebaskan Will!"

"Heh, kau kira segampang itu?!" seru Brian.

Jason segera memberi perintah, "C'mon guys, hit him!"

Namun sebelum mereka sempat mengeroyok Addo, cowok itu langsung mengeluarkan tabung pemadam kebakarannya dari balik punggung dan menyemprotkan seluruh isinya ke dalam gudang, membuat keempatnya serta merta berhenti mengejar. Sebagai gantinya mereka terbatuk-batuk dan tidak bisa melihat ke arah manapun—semuanya putih!

"Will, c'mon!" Addo menarik tangan Will yang hanya diam mematung memerhatikan dan menariknya keluar gudang. Sebelum pergi, Addo melemparkan batu-batu yang ia kumpulkan mengenai semua musuh-musuhnya. Suara "Aduh!" dan "Aw!" terdengar berulang-ulang dan Addo tak bisa untuk tidak tertawa. Sejurus kemudian dia menawarkan sisa batunya ke Will seraya berkata, "Mau membantuku?"

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin