WAS #12

848 73 5
                                    

Happy Reading :)
Typo bertebaran, mohon dimaklum ya😂

*******

Aku butuh penjelasan langsung dari mulut kamu, Daf! Bukan dari benda mati itu!

Kamu gak tahu apa-apa, Key! Justru kamu yang gak pernah paham sama keadaan aku, kamu hanya orang asing!

🌲🌲

"Dafa, aku gak papa, kan, pulang sama Rais?"

Dafa terpaksa menganggukkan kembali kepalanya. Ini sudah hampir kesepuluh kalinya Key bertanya dengan pertanyaan yang sama. Sepanjang lorong, Key terus saja bertanya membuat Dafa menghela napas sampai akhirnya ia berhenti lalu mengeluarkan ponselnya, Key juga ikut berhenti.

Dafa memberikan ponselnya pada Key, dan perempuan itu menerimanya.

Gak usah nanya lagi, apalagi dengan pertanyaan yang sama. Kalau iya, ya iya.

Key menunduk sambil memberikan kembali ponsel itu pada Dafa.

"Maaf ..." lirih Key.

Dafa mengembuskan napasnya sejenak, lalu tangan kanannya terangkat dan menepuk pundak Key dua kali. Perempuan itu mendongak setelah merasakan perlakuan Dafa, sederhana namun mampu menghilangkan rasa khawatirnya.

Key pun akhirnya tersenyum, "Yaudah, sampai ketemu di rumah, ya. Dadah ...." Key melambaikan tangannya seraya pergi dari sana meninggalkan Dafa sendirian.

Dafa menatap kepergian Key, perempuan itu terlalu sering memastikan jawaban dari pertanyaannya. Dafa ingat sesuatu, ia harus segera pulang untuk menemui Reva. Ia merindukan gadis kecilnya, sejak kejadian kemarin Dafa menjadi lebih khawatir dengan Reva. Mamanya terlalu keras mendidik Reva, bahkan kasih sayang pun mungkin tidak dirasakan oleh Reva.

Dafa menatap Key yang tengah naik ke atas motor Rais, raut wajah perempuan itu tampak tidak senang. Dafa tahu, Key melakukannya karena rasa kasihannya pada Rais. Bahkan untuk menerima tawaran Rais pun, Key terlebih dahulu izin dengannya. Kenapa dengan Key?

Dafa menaiki motornya lantas melajukannya, mengikuti motor Rais dan Key dari belakang. Dafa takut terjadi apa-apa dengan Key, meskipun Dafa yakin bahwa Rais adalah anak yang baik, bahkan Dafa yakin bahwa Rais memiliki ketertarikan terhadap Key. Dilihat dari tatapan dan sikapnya sudah jelas bahwa cowok itu tertarik dengan Key.

Key terus saja menoleh ke belakang, memastikan bahwa Dafa ada di belakangnya. Ia tahu hal itu karena Rais memberitahunya, Key senang karena Dafa ternyata masih peduli dengannya. Jauh dalam hati Rais, ia merasa sedikit kesal dengan Dafa. Ia tidak suka dengan hadirnya Dafa yang selalu mengganggu acara kedekatannya dengan Key, kenapa Dafa selalu ada tiap ia bersama Key? Kenapa harus Dafa?

"Makasih, Rai."

"Sama-sama," jawab Rais.

Key menoleh saat suara motor Dafa terdengar sampai akhirnya masuk ke garasi. Rais yang melihat itu tentu kaget, kenapa bisa Dafa ada di sini?

"Key, dia satu rumah sama lo?" tanya Rais dengan raut wajah bingungnya.

"Nggak kok, kita kebetulan ada kerja kelompok bareng."

Rais mengangguk-anggukkan kepalanya paham, sedangkan Key mengembuskan napas lega karena Rais sepertinya percaya dengan apa yang dikatakannya. Key tidak ingin jika jawabannya hanya akan menyakiti hatinya, Key tahu bahwa Rais sebenarnya tidak suka dengan Dafa, Key bisa lihat itu dari tatapan matanya. Tapi Key tidak tahu kenapa Rais seperti itu.

Why Always Silent?Where stories live. Discover now