Chapter 20 : Puncak Masalah

665 54 2
                                    

Salma POV

Kringg...kringgg...

Bel pulang berbunyi, menandakan bahwa semua siswa dan siswi boleh pulang.

"Eh, hari ini, jadi ke rumahku?" tanyaku sambil membereskan buku-bukuku.

"Jadi, dong," jawab Kayla yang sudah memakai tasnya.

Naila menoleh kearahku. "Sebelum itu, kita shalat Ashar dulu, ya. Biar enak."

"Iya, ajak Fanny juga, kan?" tanyaku balik.

"Iya," balas Naila lagi.

Kayla melihat kearah meja Fanny sambil berseru, "Weh, Fanny! Ayo ikut shalat lagi!" 

Fanny spontan melihat ke arah Kayla. "Iya-iya, gak usah teriak-teriak, kek." jawabnya kesal.

Kayla menyengir. "Hehe, maaf-maaf."

"Yaudah, yuk! Ke masjid." ajak Naila sambil berdiri dari bangkunya.

"Ayok!" balasku.

Kami berempat pun pergi menuju masjid. Kurasa, semenjak mengenal Naila, aku jadi sering shalat berjamaah di masjid seperti ini.

Dulunya, kupikir tak apa-apa jika hanya shalat di rumah. Toh, aku ini perempuan. Namun, setelah aku melihat Naila. Aku jadi belajar bahwa perempuan pun bisa ikut shalat berjamaah. Dan itu justru semakin bagus dibanding shalat sendiri di rumah.

Semoga persahabatan ini tidak hanya di dunia. Namun bisa sampai akhirat kelak. Amin.

Kami mengambil wudhu, dan segera mengkuti shalat berjamaah. Selesai shalat, kami memulai mengaji seperti biasa.

Naila menutup Al-Qurannya. "Sadaqallahuladzim."

"Akhirnya, selesai juga. Yodah gue pulang, ya?"

Fanny beranjak pergi meninggalkan kami begitu saja. Ya, memang dia lah yang sering pulang lebih duluan.

Kayla mendecak. "Ck, tuh anak. Kalo udah selesai, pasti paling cepet deh pulangnya."

"Namanya juga Fanny. Yaudah, yuk! Kita ke rumah Salma," ajak Naila.

"Ayo!" Kayla beranjak pergi. Namun, ia tiba-tiba berhenti.

"Loh? Kenapa berhenti, Kay?" tanyaku heran.

Ia menatap Naila. "Eh, Nai. Kita gak bawa apa-apa, nih? Masa mau jengukin orang gak bawa apa-apa?"

"Iya juga, ya," ucap Naila sambil berpikir.

Kemudian, ia menatapku sambil bertanya, "Ibu kamu suka buah apa, Sal?"

"Apa, ya? Kayaknya sih dia apa aja suka. Cuma, kata dokter ibu belum boleh makan buah yang asem-asem dulu." jawabku.

"Oh, gitu."

"Yaudah, Kay. Ntar kita mampir ke pasar dulu, buat beli buah. Baru lanjut ke rumah Salma. Di deket rumah kamu ada pasar, kan?" tanya Naila.

"Ada, kok. Nanti mampir kesitu dulu aja." sahutku.

"Oke, deh. Yok, berangkat!" ajak Kayla melanjutkan langkahnya tadi.

Salma POV End.

***

Mereka bertiga pergi ke pasar untuk membeli beberapa buah. Lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Salma.

Salma mengetuk pintu. "Assalamualaikum." Lalu membukanya.

"Ayo, masuk. Anggep aja rumah sendiri," ucapnya seraya memasuki rumah.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Where stories live. Discover now