Chapter 6 : Problematika

1.1K 84 4
                                    

Salma POV

Sepulang sekolah seperti biasa aku pergi kerja ke kedai.

"Assalamualaikum, bu Koim."

"Waalaikumsalam, ibu ada di belakang masuk aja." Aku pun langsung ke belakang.

Aku mencium tangannya. "Eh, ibu lagi nyuci piring. Mau Salma bantu bu?"

"Gak usah, ini udah mau selesai kok. Oh ya ada apa kok kamu nyari saya? Biasanya langsung ganti baju."

"Ini bu, Salma mau izin libur dulu buat hari ini. Soalnya Salma mau belajar buat seleksi Olimpiade besok. Dan rencananya kalo menang hadiahnya mau Salma pake buat biaya operasi ibu."

"Wah bagus dong, artinya ibu kamu punya kemungkinan untuk sembuh. Oke, kalau begitu ibu akan izinin kamu buat gak kerja sampai ibu kamu sembuh."

"Beneran bu?"

"Iya, kenapa gak? Kan kamu udah ibu anggap sebagai anak ibu sendiri. Tapi kamu harus sungguh-sungguh belajarnya, karena kesempatan gak datang dua kali."

Aku memegang kedua tangannya. "Pasti bu, Salma akan rajin belajar supaya bisa menang Olimpiade itu."

"Yaudah, sekarang kamu pulang terus belajar yang rajin."

Aku segera pulang ke rumah untuk memberitahukan hal ini kepada kedua orang tuaku.

"Assalamualaikum, ayah, ibu, aku pulang."

"Waalaikumsalam. Ayah lagi nonton TV bareng ibu." Aku segera menghampirinya.

"Tumben, kamu pulangnya cepet. Biasanya jam 7 kamu baru pulang." Ayah mematikan TV.

"Ini yah, ada yang mau Salma sampein sama ayah dan ibu."

"Jadi, besok Salma mau ikut seleksi Olimpiade. Kalo lulus, Salma bakalan ikut Olimpiade Tingkat Nasional. Dan kalo menang hadiahnya itu uang 20 juta rupiah. Kan uangnya bisa dipake buat biaya operasi ibu."

"Serius, nak? Ini gak bohong kan?"

"Iya, ini gak bohong, yah. Dan Salma mau minta doa dari ayah sama ibu, supaya selalu dikasih kelancaran."

"Pasti nak, ayah sama ibu akan selalu doain kamu. Ya kan bu?" Ibu hanya bisa mengangguk saja sambil tersenyum.

"Udah kamu sekarang mandi dulu, shalat, baru abis itu belajar." Aku langsung menuju ke kamar dan segera menuaikan shalat.

Salma POV End

***

Kayla POV

"Assalamualaikum, bi Inah. Kayla pulang."

"Waalaikumsalam, eh non Kayla udah pulang. Mau bibi siapin makanan?"

Bi Inah ini sebenernya pembantu di rumah gue, cuman gue udah nganggep dia sebagai ibu gue sendiri.

"Nanti aja bi, Kayla mau mandi dulu. Papa sama mama masih belum pulang ya?"

"Iya, non."

Sampe kapan yah papa sama mama sibuk terus? Emangnya gak ada sedikit aja waktu buat gue. Apa mereka udah gak peduli ya sama gue?

"Yaudah bi, Kayla mandi dulu ya. Baru abis itu Kayla makan." Gue pun langsung ke kamar dan segera ngambil handuk.

Kayla POV End

***

Naila POV

"Alhamdulillah, selesai juga tugasnya," ucapku setelah selesai belajar.

Tiba-tiba ponselku berdering, aku segera mengangkatnya.

Assalamualaikum, Naila. Apa kabar? Ayah sama ibu disini kangen sama kamu. Ternyata ayah yang menelponku.


"Waalaikumsalam. Alhamdulillah yah Naila disini baik-baik aja. Naila juga kangen sama kalian. Ayah sama ibu gimana disana kabarnya?"

Alhamdulillah juga, ayah disini sama ibu baik-baik aja. Gimana sekolahnya? Disana kamu dapet temen baru gak?

"Baik kok yah, Naila juga udah dapet sahabat. Namanya Salma dan Kayla, mereka baik banget sama Naila."

Alhamdulillah deh, kalo kayak begitu. Semoga kamu disana selalu diberi kesehatan dan kelancaran. Ayah sama ibu disini selalu doain kamu.

"Oh iya, ibu dimana, yah? Kok daritadi gak ada suaranya?"

Itu, ibumu lagi ngaji di rumah tetangga. Udah dulu ya nelponnya. Assalamualaikum. Ayah menutup telponnya.

"Waalaikumsalam."

"Astagfirullah, aku kan belum shalat Isya. Shalat dulu deh, baru abis itu tidur." Lalu aku menuju ke toilet untuk mengambil air wudhu.

Naila POV End

***

Fanny POV

"Kenapa sih, kamu itu kalo di sekolah cuman bisa bikin ulah aja?! Papa sama mama mau kamu itu belajar, bukan jadi anak berandalan."

"Tau nak, mama itu mau kamu jadi juara kelas, bukan juara preman. Kalo kamu kayak begitu terus mending gak usah sekolah aja sekalian." Mama juga ikut ngomelin gue.

Gue menatap mereka malas. "Yaudah, bagus malahan. Fanny juga gak mau sekolah kok. Kan papa sama mama yang mau Fanny sekolah."

Papa berniat menampar gue. "FANNY!! DASAR KAMU ANAK DURHAKA!!" Air mata gue langsung ngalir begitu saja.

"P-papa."

"M-maaf nak, papa gak maksud kayak begitu. Papa kebawa emosi tadi."

"Udah! Cukup! Fanny udah capek sama semua ini. Sekarang kalian pergi dari kamar Fanny!" Akhirnya orang tua gue pergi dari kamar gue. Gue pun kunci kamar gue.

Sampe kapan hidup gue begini terus? Gue cuman mau orang tua gue ngertiin gue, kalo gue itu gak bisa menuhin keinginan mereka. Bahkan di sekolah aja gak ada yang mau denger isi hati gue. Mereka semua cuman nilai gue dari kelakuan gue.

Fanny POV End

***

Ketika segala sesuatu terasa begitu berat untuk ditangani, berbaliklah dan hitunglah nikmat yang sudah kamu terima sebagai gantinya.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Där berättelser lever. Upptäck nu