Epilog (END)

415 33 50
                                    

Yey! Akhirnya kita sampai pada epilog SDA!!

Maafkan daku yang membuat endingnya sedih teman2, karena sesungguhnya membuat sad ending itu menyenangkan *ketawa jahat*

Wkwk, yaudah gak usah lama2 lagi. Selamat membaca ^^

***

Tit!

Tit!

Tit!

Bunyi elektrokardiogram setia menemani tidur perempuan tersebut. Nuansa putih juga lekat di kamar yang ia tempati sekarang.

Ya, perempuan itu adalah Alika Naila Putri. Sekarang dirinya hanya bisa terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Ia sudah menjalani proses operasi sejak 3 bulan yang lalu, namun entah mengapa semakin hari dirinya semakin merasa lemah.

Perlahan, Naila mulai membuka matanya. Ia menatap ke arah sekitar dan mendapati seorang perawat sedang mengganti cairan infus-nya.

Perawat itu melirik ke arah Naila. "Alhamdulillah, Mbak sudah bangun ternyata."

"S-sus, udah berapa lama saya tertidur?" tanya Naila dengan suara pelan.

"Mbak sudah koma selama satu minggu."

Dahi Naila berkerut. "Hah, satu minggu?"

"Iya, sejak seminggu yang lalu, Mbak udah koma. Bikin kita semua panik, termasuk orang tua Mbak."

"Terus, orang tua saya dimana, Sus?"

"Mereka lagi makan di kantin. Sudah seminggu juga mereka susah untuk makan, ini juga saya yang maksa mereka untuk makan," tutur perawat tersebut.

"Astagfirullah, ayah dan ibu masih aja begitu," gumam Naila.

Hening.

Suster itu kembali fokus melepas kantung infus yang lama. Sementara Naila terdiam, tampak memikirkan sesuatu.

"Erm, Sus," panggil Naila.

"Ya?"

"Bisa ambilin kertas dan pulpen, gak? Ada di dalem laci itu," ujar Naila seraya menunjuk ke arah nakas.

Perawat itu tampak kebingungan, namun ia tetap melakukannya. "O-oke."

Ia membuka laci itu dan mengambil kertas serta pulpen yang ada di dalamnya. Lalu memberikannya kepada Naila.

"Makasih, Sus."

Naila memandangi kedua benda tersebut, kemudian menghela napas panjang.

Perlahan, jari-jemarinya mulai menuliskan sesuatu di sana.

Assalamualaikum,

Hai, gimana kabar kalian sekarang? Pasti kalian udah jadi orang yang sukses, deh.

Aku mau minta maaf, maafin aku karena pergi begitu aja tanpa pamit ke kalian. Aku yakin kalian pasti marah ke aku, kan?

Aku juga gak mau pisah dengan kalian, tapi ada satu hal yang kalian gak tau tentang aku.

Mengingat bahwa teman-temannya mungkin akan sedih karenanya, membuat ia ingin menangis.

"Gak, kamu gak boleh nangis, Nai," gumam Naila.

Ia menyeka air matanya dan kembali menulis.

Aku punya alasan kenapa aku pergi begitu aja dari kalian. Sebenarnya, aku mengidap penyakit Rhinopharingitis.

Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH TERBIT] ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ