15. Ketika Airin Khawatir

Začít od začátku
                                    

Airin tetap tidak menggubris.

"Makin cuek aja sih," Nino terkekeh kecil, "kamu kemana aja selama ini? Kok jarang lihat di kampus."

"Nggak salah nih? Bukannya gue yang harus nanya itu ke elo?"

"Lah, emang aku kemana? Aku tiap hari di kampus kok."

Airin menaikkan kedua bahunya, "Siapa tau aja, lo sibuk di dunia malam lagi."

"Enggaklah, aku aja udah jarang hubungin Chandra sama Farel," jeda sesaat karena pesanan mereka tiba, seketika Nino menyadari sesuatu "kayaknya ada yang cariin aku nih."

Airin mulai mengaduk batagor pesanannya dengan kesal, "Dih jangan geer lo, siapa lagi yang nyariin."

Nino tertawa melihat wajah kesal itu, sejak dulu ekspresi kesal Airin selalu berhasil menghibur Nino. Lelaki itu menusuk bakso pesanannya lalu mengunyah pelan dan menelannya.

Nino menarik napas dalam, keheningan diantara mereka menegaskan bahwa Airin masih marah padanya.

"Sebenarnya kemarin aku mau ke rumah kamu, mau minta maaf karena selama ini selalu repotin kamu. Nggak pernah mengerti kamu padahal aku selalu pengen dimengerti," Airin melirik Nino sekejap, sedikit tertarik dengan kata-kata lelaki itu, "tapi ditengah jalan aku dapat telpon dari Jenny, dia kecelakaan."

Sontak mata Airin terbelalak lebar, ia meminum teh hangatnya lalu menatap Nino lekat, "Serius? Terus sekarang Jenny gimana? Dia baik-baik aja, kan?"

"Kamu tenang dulu," Nino mengusap tangan Airin agar perempuan itu memberinya waktu untuk berbicara, "Jenny baik-baik aja kok. Dia cuma demam biasa aja. Kamu kan tau, Jenny itu gampang jatuh sakit, mungkin efek kecelakaan kemarin."

Airin menghembuskan napas lega, kemudian mendelik pada Nino, "Kok lo nggak ngabarin gue pas Jenny kecelakaan?"

"Aku kira kamu masih marah, makanya Jenny bilang dia cuma hubungi aku. Biasanya kan dia kalo kenapa-napa pasti ngehubungi kamu dulu."

Airin menyandarkan punggungnya, ia jadi merasa bersalah pada Jenny. Biasanya gadis itu akan menceritakan apapun pada Airin lebih dulu, dia sering minta pendapat Airin yang sudah dianggap sebagai Kakak perempuannya, barulah dia berani berbicara pada keluarganya. Tetapi setelah putus dengan Nino, Jenny jadi sering sungkan meminta pendapat padanya. Walau komunikasi mereka masih berjalan lancar, namun sekarang seperti ada sekat 'batas' yang menghalangi keduanya.

"Lo ada kelas lagi nggak?" Nino berpikir sejenak lalu menggelengkan kepala, "hari ini gue mau jenguk Jenny."

*****

Sebenarnya Jenny sudah merasa lebih baik setelah Nino mengirimkan foto Danu yang tersenyum sambil menghitung uangnya tempo hari. Besok Jenny juga sudah berniat masuk sekolah lagi.

Namun siapa sangka, tidak ada angin atau hujan, tiba-tiba ia melihat Airin memasuki kamarnya beriringan dengan Nino.

"Kak Airin!" pekik Jenny girang.

Yang dipanggil tersenyum sambil memeluk Jenny setibanya di sisi kasur, "Kamu baik-baik aja kan?" Airin merenggangkan pelukan, "ada yang sakit nggak?"

Jenny terkekeh geli ketika Airin memeriksa seluruh tubuhnya, "Aku gapapa kok. Cuma demam biasa, tapi udah mendingan soalnya dirawat Abang tersayang."

Sesampainya di rumah tadi, Nino langsung menceritakan kedua orang tuanya yang pergi perjalanan bisnis hingga membuat suasana rumah terasa begitu sepi.

"Aku bisa juga kan rawat Jenny?" bangga Nino.

Airin memutar bola mata jengah, "Paling juga karena terpaksa."

My Precious Girlfriend ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat