Bab.23 Menghindar

59 11 6
                                    


Rina menutup kedua wajahnya. Perlahan rintik hujan mulai turun, semakin lama semakin deras hingga menutupi tangisnya dengan guyuran hujan deras.

"Rin, ngapain hujan-hujanan." Alex menarik tubuh Rina ke pelatar kelas.

"Lu nangis?" Alex memerhatikan wajah Rina lekat.

Rina tidak menjawab.

"Lu tau, Reynard bicara apa sama gue tadi pagi?"

Rina melotot tidak percaya, ia menggeleng.

Alex mulai menceritakan percakapannya, dari awal sampai akhir.

Alex berbalik dan melangkahkan kakinya menuju tangga sebelum akhirnya seseorang menepuk bahunya.

"Gue mau bicara sama lu," bisik Reynard dan melangkah lebih dulu.

Alex mengikuti Reynard hingga mereka berada sudah di belakang belakang gedung sekolah.

"Mau bicara apa?" Tanya Alex to the point.

"Jaga Rina."

"Maksud lu apa? Tanpa lu suruh pun gue pasti ngejaga dia."

Reynard mendekat, sekarang mereka sedang berhadap-hadapan dengan jarak hanya 50 centimeter.

"Gue sekarang udah ngga bisa selalu ada di dekat dia buat jaga dia. Jadi gue minta sama lu buat ngejagain dia."

Alex merasakan ada sesuatu yang aneh, apa ini ada hubungannya dengan Elline. "Kenapa?"

Reynard berjalan meninggalkan Alex sambil berkata, "Lu ngga perlu tau, lu cuma perlu ngelakuin tugas lu."

"Rina kemarin gelabakan nyari lu!" Alex berteriak, berharap Reynard menjelaskan sesuatu.

Reynard menghentikan langkahnya. "Gue sibuk."

"Setidaknya lu kabarin dia. Dia rela hujan-hujanan ke rumah lu."

Reynard tidak menjawab, ia mempercepat langkahnya dan menghilang di telan tembok pembatas sekolah.

Rina menunduk, bukan lagi untuk menangis, hanya saja ia tidak kuat. Sesibuk apa Reynard sampai ia melakukan itu, tidakkan Reynard memikirkannya atau merindukannya sedikit saja?

Ah, sudahlah. Lupakan!

"Ayo pulang, Lex." Rina menarik lengan Alex dan berjalan menerjang hujan bersama-sama.

Mereka berdua berjalan pelan, Alex melepaskan jaketnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi agar kepala Rina tidak terkena air hujan. Mereka berdua berhenti berjalan tepat di tengah lapangan. Hujan masih turun dengan lebat dan seragam mereka hampir basah kuyup.

Rina mendongak menatap wajah Alex, haruskah ia belajar memilih dan mendaratkan hatinya pada Alex. Cowok itu begitu baik dan perhatian kepadanya.

"Lex, seandainya ada cewek yang mencintai lu dengan tulus. Apa lu akan berhenti mencintai gue?" Suara Rina hampir ditelan suara hujan yang turun semakin deras.

"Gue ngga akan pernah berhenti mencintai lu sampai gue benar-benar menghalalkan seorang cewek. Dan gue mau cewek itu adalah lu, biar gue ngga usah repot mencintai lu lagi. Karena urusan gue saat itu adalah ngebahagiaan lu."

Rina tersenyum, rasa dingin yang dikirimkan oleh hujan benar-benar musnah dengan kehangatan Alex.

Murid-murid yang menonton adegan mereka menutup mulut terpesona, ada juga yang bersiul-siul menggoda. Sebagian cewek-cewek malah berteriak-teriak histeris, menunjuk-nunjuk sambil berkata Rina cewek yang sangat beruntung.

Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang