Bab.8 Gelap

96 19 6
                                    


Bagas berlari menghampiri Reynard, laki-laki itu tampak mondar-mandir tidak jelas sambil sesekali memeriksa handphonenya.

"Gimana?" Tanya Bagas khawatir. pakaiannya urak-urakan, sepertinya Bagas langsung pergi ke sekolah tanpa memedulikan dirinya yang hanya memakai baju dengan lengan pendek dan celana levis selutut.

"Nihil, gue belum berhasil nemuin Rina."

Bruk.

"Brengsek! Lu harusnya jagain ade gue, sekarang dia ngilang kan?! Kalau sampe ade gue kenapa-napa, gue hajar lu!"

Reynard mengusap tepi bibirnya yang terasa perih dan mengeluarkan darah, pukulan Bagas benar-benar membuat bibirnya robek.

"Gue juga ngga bakal rela kalau Rina sampe kenapa-napa," balas Reynard bersungut-sungut.

Bagas membuang muka, dia kembali berkata. "Lu udah periksa ruang cctv?"

Reynard menggeleng, entah kenapa tiba-tiba otaknya buntu dan tidak terpikir kalau sekolah ini mempunyai cctv.

"Ikut gue, gue tau dimana lokasinya." Bagas berlari di depan, memimpin.

Bagas menyelinap masuk ke sebuah ruangan kecil dengan ukuran 4×3 m menggunakan kunci cadangan, entah dari mana Bagas mendapatkan kunci itu.

Bagas menyerahkan sepenuhnya komputer di depan kepada Reynard, karena memang dirinya tidak ahli dalam komputer. Reynard dalam waktu sebentar dapat mengendalikan komputer di depannya. Di layar monitur tampak terlihat Rina yang sedang duduk memegang payung, sebelum kemudian datang seorang perempuan yang tampak terlihat berbicara dengannya.

Reynard mengklik pause pada layar.

"Lu kenal cewek itu?" Reynard menoleh ke arah Bagas. Wajah pada monitur itu memang sedikit buram, tapi mungkin Bagas masih mengenalinya.

"Gue ngga terlalu yakin sih, tapi kayaknya itu Lita, kelas XII Ips-1." Bagas menyipitkan mata, sesekali menggosok matanya yang perih.

Reynard mengangguk, kembali mengklik Play pada layar monitur.

Sesaat setelah berbicara dengan Lita, Rina berjalan sendirian meninggalkan lapangan menuju ke arah Aula sekolah, ia tampak sedang mencari keberadaan seseorang. Sampai akhirnya ia berjalan menuju tempat yang tidak terjangkau oleh cctv lagi.

"Oke, kita udah dapetin lokasi terakhir. Setidaknya itu bakalan ngasih kita sedikit petunjuk." Reynard menonaktifkan komputer itu, menghapus jejak penggunaan komputer beberapa detik lalu.

Bagas mengangguk, mereka lantas berlari menuju Aula sekolah sebelum malam datang menyelimuti.

***

Rina membuka matanya perlahan-lahan, bau apek tercium di mana-mana membuat Rina sedikit terbatuk-batuk, gelap menguasai saat ini.

"Hai, udah bangun ternyata?" Suara itu langsung menghipnotis Rina, suasana gelap membuatnya sedikit kesulitan mencari keberadaan sumber suara.

"Lu... gue ada di mana?" Sedikit membentak, Rina tetap menajamkan pandangan matanya.

"Lu tenang aja, kita berada jauh dari lingkungan sekolah." Jawaban itu benar-benar membuat jantung Rina berpacu cepat.

Rina meraba-raba kantong seragam sekolahnya. Syukurlah handphonenya masih ada di sana.

Terdengar derap langkah mendekat, perempuan itu ternyata juga memakai baju seragam sekolah yang juga sama dengannya, apa-apaan ini? Apa mau perempuan yang wajahnya masih terlihat samar-samar itu?

Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang