Bab. 11 Menjadi Tuan Puteri

84 17 9
                                    


Setelah dirawat di rumah sakit hampir seminggu, akhirnya hari ini Rina diizinkan pulang. Reynard yang ikut-ikutan bolos untuk menemani Rina di rumah sakit hari ini juga berkemas untuk pulang. Bagas dan teman-teman yang lain juga datang menjenguk beberapa hari yang lalu. Membuat ruangan rumah sakit kembali ramai karena kehadiran mereka.

"Gue ngga tau deh, gimana kalau misalnya Reynard sama Bagas ngga nemuin Rina." Tomi memasang wajah sendu, sambil sesekali memandang Rina yang terbaring lemah namun masih bisa tersenyum.

"Tom, lu tau ngga? Wajah lu bikin gue pengin muntah." Bagas memakan buah pisang dan melempar kulitnya sembarang ke arah Tomi.

"Emang muka gue kek tong sampah, hah?!" Tomi mengambil kulit itu dan membuangnya sembarang ke belakang.

Hening.

Semua mata tertuju ke arah Tomi, mereka bahkan tidak berani buka mulut sama sekali.

Karena merasa bingung, Tomi pun berbalik dan mendapati kulit pisang yang dilemparnya mendarat tepat di dahi dokter yang akan memeriksa Rina. Ia pun melangkah ragu dan mengambil kulit pisang itu sambil membungkuk.

"Maaf, Pak dokter. Kirain tadi ngga ada orang di belakang," ucap Tomi cengengesan melawan ketakutan di hatinya.

"Kamu demam? Wajah kamu pucat?" Dokter itu bertanya sambil mengangkat alat suntikan, memandang alat suntikan itu dengan Tomi bergantian.

"Kaburr!!" Tomi sudah berlari begitu dokter itu selangkah mendekatinya.

Semua yang ada di dalam ruangan itu tertawa terbahak-bahak.

"Ngapain senyum-senyum, heh?" Reynard baru saja datang dari kantin membelikan Rina sarapan.

"Ngga papa," jawab Rina santai sambil berselunjuran di atas kasur rumah sakit.

"Kebiasaan deh, senyum-senyum mulu." Reynard mengacak-acak rambut Rina gemas.

"Lu bawa apa?" Tanya Rina sambil menjulurkan kepala melihat isi nampan.

"Sup iga. Lu pasti bosen makan bubur rumah sakit, lagian lu juga pulang hari ini." Reynard duduk di samping Rina, menyuapkan satu sendok sup ke mulutnya.

"Aaa...." Satu sendok lolos masuk ke mulut Rina.

"Bentar lagi ujian ya, lu pasti sibuk. Lu juga ikut-ikutan bolos, bentar lagi kan lu mau lulus."

Hening, Rina menundukkan kepalanya dalam.

"Gue kan pinter, Na. Gue belajar malam sebelum ujian juga pasti nilai ujian gue bagus," ucap Reynard menenangkan, ia tahu jika Rina cemas dan merasa besalah.

"Oiya, gue juga udah copy semua salinan catatan dari Kesya selama lu ngga sekolah," lanjutnya.

"Makasih banyak, Al."

Reynard mengelus puncak kepala Rina dan mengecupnya pelan. "Apapun buat lu, Na."

Rina cengengesan.

"Pagi, Rin."

Rina dan Reynard kompak menoleh ke arah pintu di mana seorang Alex berdiri sambil menentang sekotak coklat.

"Hai, Alex." Rina melambaikan tangan menyuruh mendekat.

"Gue bawain lu coklat," ucap Alex sambil meletakkan coklatnya ke pangkuan Rina.

"Seenggaknya lu ngga keduluan sama Alex, gue tau Rina suka sama dia dari dulu."

Ucapan Bagas terngiang-ngiang di kepala Reynard. Alex tampak selalu gesit bergerak satu langkah di depannya. Ia mulai risau, entah untuk hal apa.

Senja حيث تعيش القصص. اكتشف الآن