Bab. 17 Malam Mingguan

82 13 5
                                    


Setelah rutin melakukan latihan berjalan, Rina akhirnya sudah tidak memakai kursi roda. Meskipun ia belum bisa berjalan terlalu cepat dan dan jauh.

Ujian sudah di depan mata, Rina sudah terlalu sering libur sekolah sehingga banyak tertinggal pelajaran. Untungnya Reynard selalu datang tiap malam dan mengajarinya setiap mata pelajaran yang tidak ia mengerti. Seperti malam ini, Reynard dan Rina kembali berkumpul di balkon kamar Rina.

"Susah banget sih, gue ngga ngerti." Rina melipat tangan di dada, bersandar di pagar balkon.

"Ya udah, kalau belum bisa ngerti ga papa, ga usah dipaksain ya ntar pusing," ucap Reynard sambil melemparkan sebungkus coklat.

"Keluar yuk," ajak Reynard.

"Ngapain?"

"Jalan-jalan."

"Ke mana?"

"Ke taman."

"Lama?"

"Tergantung."

"Tergantung apa?"

"Suasana."

"Tapi kan."

Reynard langsung menarik tangan Rina menuju kamar, diambilnya jaket dan langsung bergegas turun.

"Tapi kan gue belum siap-siap, Al. Rambut gue berantakan, gue juga belum ganti baju." Rina mulai cerewet dengan penampilannya yang awut-awutan.

"Mau lu gimana pun, lu itu tetep cantik, Na. Gue ngga peduli lu mau berantakan atau apa, gue ngga peduli apa kata mereka." Reynard memakaikan switer berwarna pink kepada Rina. Memang sedikit agak kebesaran di badan Rina tetapi cocok dengan rok selutut yang dipakainya.

"Lu emang ngga secantik Ayu, tapi lu cewek paling manis yang berhasil gue temuin. Lu tau, Na? Secantik apapun cewek, pasti bakalan kalah sama cewek manis."

Reynard menarik tangan Rina dan berjalan menuju bagasi untuk mengambil sepeda yang sudah jarang dipakai.

"Ngapain?" Rina mengamati Reynard yang membawa sepeda miliknya keluar dari bagasi.

"Gue pikir-pikir nih, kalau jalan pasti lu capek. Mending kita pake sepeda."

Rina menurut dan mengikuti langkah Reynard.

"Ayo naik!" Reynard sudah duduk di atas sepeda, sedikit terlihat lucu namun Rina berusaha untuk menyembunyikan tawanya.

Jadilah malam itu, tepat di malam minggu Rina dan Reynard berboncengan sepeda menyusuri sepanjang jalanan yang ramai. Suara kendaraan yang berlalu-lalang bahkan tak mengganggu aktivitas mereka berdua.

"Seneng ngga?" Ucap Reynard setengah berteriak, mengingat mereka berada di keramaian jadi ia harus berbicara sedikit kencang.

"Seneng banget, udah lama ngga keluar malam buat jalan."

Rina merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara malam kuat-kuat.

"Terima kasih, Tuhan. Engkau telah pertemukanku dengan orang-orang yang menyayangiku dengan sepenuh hati," bisik hati Rina.

"Kalau seneng, peluk dong." Tawa Reynard pecah seketika itu juga.

Awalnya Rina mencubit pinggang Reynard, namun pada akhirnya ia memeluknya juga. Rasanya ia tidak ingin kehilangan sepupunya itu.

"Erat banget meluknya, ciyee...."

Rina kembali mencubit pinggang Reynard, tetapi tidak melepas pelukannya.

"Aw, aduh sakit, Na. Lu nyubitnya pake perasaan dikit kek," goda Reynard.

"Mau dicubit lagi, hm?"

Senja Onde histórias criam vida. Descubra agora