🛫 ILY 3000

41.7K 2.4K 33
                                    

Saira pov.

"Kamu ngerti kan sekarang?." interupsi Captain Rega.

Gue pun terdiam untuk beberapa saat. Jadi kutukan gue gak manjur nih ceritanya?.

"Berarti.. Bukan karena kutukan Ira waktu itu?." tanya gue penasaran.

"Sedikit sih.. Mungkin karna faktor kepikiran terus." jawab Captain Rega sembari menyesap cappucino nya yang sudah mulai dingin.

Gue pun manggut-manggut mengerti. Lalu menatap kembali kearah Kak Arya yang sedang memakan banoffe pesanan gue barusan.

"Kak Arya, itu punya Ira.. Ihhh... Huaaa gak mauuuuu." teriak gue sembari menutup wajah gue menggunakan kedua telapak tangan.

Kak Arya pun mendongakan kepalanya dengan sendok yang masih berada di dalam mulutnya lalu menunjukan cengiran khas-nya seperti biasa.

"Gantiin." rengek gue sembari menendang-nendang kaki Kak Arya di bawah meja.

"Biar aku aja." sela Captain Rega lalu berniat memanggil pelayan kemari.

"GAK." protes gue tak terima.

"Yang makan Kak Arya. Jadi harus di pesenin sama Kak Arya lagi. Sekalian bayarin semuanya. Titik." tegas gue sembari melipat kedua tangan di depan dada.

Kak Arya pun membelalakan matanya, telapak tangannya pun bergerak kekanan dan kekiri guna menolak ucapan gue barusan.

Gue pun memberenggut kesal melihatnya. "Captain... Mau di bayarin sama Kak Arya..." rengek gue dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tuhkan mulai nyebelin nya. Tau gini gak gue samperin." gerutunya pelan.

"Aduduhhh kuping Ira panas." cibir gue sembari memeletkan lidah kearah Kak Arya.

"Fuck--"

'Tuk'

"Jaga bahasa ya lo. Lagi hamil nih istri gue." protes Captain Rega sembari menoyor pelipis Kak Arya pelan.

Gue pun terbahak melihatnya. Sukurin!.

***

7 bulan kemudian...

Usia kandungan Saira sudah memasuki bulan ke-7. Waktu yang berlalu tidak terasa bagi keduanya-- Saira dan Rega. Untuk masalah pendidikan, Saira mengambil homeschooling sampai ia lulus dan UNBK nanti.

Kali ini, Saira tengah menonton televisi sendirian. Tidak ada Captain Rega-nya. Dikarenakan, tiga minggu yang lalu, Rega berangkat tugas lebih dulu dan lebih lama dari biasanya. Katanya sih, agar bisa menemani Saira lahiran nanti.

"Mmm pengen ituuu." ucap Saira sembari meremas kemasan Roti yang sudah tidak ada isinya.

Iklan itu hanya berupa snack-snack biasa. Namun, mampu membuat hormon ibu hamil itu meluap-luap.

"Pengen itu. Tapi Captain bilang gak boleh makan ciki." gumam nya pelan dengan mata yang tak berhenti berkedip memandangi iklan tersebut.

Saira pun menggigit bibir bawah nya kuat-kuat. Keinginan nya untuk memakan snack yang berupa kripik kentang itu masih ada walaupun iklan nya sudah berganti ke iklan yang lain.

"Apa beli dulu aja ya.. Captain kan lagi gak ada di rumah." monolog nya lagi sembari mempertimbangkan ucapannya barusan.

Memang, semenjak usia kehamilan Saira menginjak bulan ke lima waktu itu. Rega melarang dengan keras Saira untuk makan-makanan junk-food ataupun snack-snack yang pastinya berpengawet.

"Mmm.. Pengen." ucapnya sembari mencebik.

'Drtttt... Drtttt'

Ponsel Saira pun bergetar. Buru-buru ia pun langsung mengambil ponselnya berada di atas meja kecil di sampingnya

Marry Me Please Captain (END)Where stories live. Discover now