🛫 Berantem

46.7K 2.5K 73
                                    

Saira pov.

Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, akhirnya tepat hari ini gue udah di perbolehkan pulang ke rumah. Sumpek banget rasanya tujuh hari ketemu sama makanan yang gak ada enak-enaknya di tambah lagi setiap beberapa jam kedepan gue harus di suntik melulu.

"Gak ada yang ke tinggalan kan?." tanya Captain Rega sembari menge-pack baju-baju ganti selama di rumah sakit.

Gue yang sedang asyik bermain ponsel pun mendongakan kepala sebentar lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Ayok, pulang." ajak Captain Rega sembari menarik tangan gue pelan.

"Iya ish bentar dulu kenapa." ucap gue memberenggut kesal.

"Katanya udah gak betah lama-lama disini?."

"Iya tapi kan Ira lagi asyik main game. Tuh liat tuh kalah kan." jawab gue kesal.

Captain Rega pun hanya menggeleng-gelengkan kepala nya pasrah.

"Saira." tegas Captain Rega.

"Iya-iya." saut gue pasrah sembari menyerahkan ponsel gue ke hadapan Captain Rega.

Setelah itu, kami pun berjalan kearah parkiran untuk pulang ke apartemen.

Selama gue di rumah sakit, gue mempunyai jadwal tersendiri untuk bermain ponsel. Siapa lagi kalo bukan Captain Rega yang buat?. Dengan alasan; 'Nanti anak aku ikutan pusing gara-gara Mama nya main handphone terus'. Nyebelin kan?.

"Kita mampir ke rumah dulu ya." ucap Captain Rega sembari membuka pintu mobil.

"Rumah yang mana?." tanya gue bingung.

"Ke rumah orang tua-ku dulu. Baru abis dari sana kita ke Rumah orang tua kamu." jawab Captain Rega sembari memasangkan sabuk pengaman sendiri.

Di perjalanan, mulut gue gak ada hentinya buat nyeloteh tentang apa aja yang gue rasain selama di rumah sakit. Ya walaupun, gue udah sering ngeluh selama gue bedress di sana.

"Terus ya, Ira itu kesel banget sama suster-suster judes yang pas malem tadi nyuntik Ira. Gak ada perasaan banget tau gak?!." ucap gue kesal.

"Hm.. Terus, si suster-suster itu bilang apa-apa gak?." tanya Captain Rega malas.

Mengingat kejadian semalam, gue pun mengerucutkan bibir gue keatas. Kesel, marah, gedek semua nya jadi campur aduk.

"Dia ngatain aku lebay coba Captain. Padahal kan emang beneran sakit. Coba aja dia ngerasain sakit nya di suntik kek gitu, Ira yakin dia lebih-lebih pasti." cerocos gue panjang lebar.

Terdengar kekehan dari samping gue. Dan benar saja, Captain Rega sedang terkekeh geli tanpa mengalihkan tatapan nya dari jalanan.

"Tuh kan malah ketawa-tawa. Ira marah nih." rajuk gue sembari memalingkan wajah kesamping.

"Gak boleh marah-marah terus ah, nanti cepet tua. Jelek." nasihat Captain Rega sembari mengusap rambut gue pelan.

Gue pun mengangkat kedua bahu gue acuh, dan tepat saat itu juga, gue ngeliat warung tenda pinggir jalan yang menjual sate taichan.

"STOP STOP CAPTAIN." pekik gue keras sembari memukul bahunya Captain Rega.

'Ckittttt'

Terdengar ban mobil yang bergesekan keras dengan aspal. Untungnya aja gue sama Captain Rega pake sabuk pengaman. Jadi kepala gue gak kebentur dashboard mobil.

"SAIRA BAHAYA." bentak Captain Rega sambil menatap gue marah.

Gue pun langsung menciut ketika mendapati tatapan seperti itu.

Marry Me Please Captain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang