04

901 32 0
                                    

"Lo itu kuat, jangan mau ngalah. Kalau kalah, bangkit! Berjuang lagi Qi!"
~Aqillah Sabila Rahman~

Satu minggu berjalannya waktu

Tidak terasa, sudah satu minggu Aqisha menduduki bangku SMA, tidak ada satu hari pun yang ia lewati tanpa mengunjungi kelas X IPA 1 kelas Naufal. Ini adalah hari Jum'at.

Sekarang Naufal tidak terlalu susah diajak berkomunikasi, berbeda dengan awal masuk SMP, yang jika mau bertanya kepada teman sekelas yang lainnya dia harus melalui perantara yaitu teman dekatnya.

Walaupun begitu, Naufal tetap Naufal, dia hanya berbicara seperlu nya saja. Namun dia harus ekstra sabar dengan orang-orang yang selalu memandangnya dengan tatapan yang  menurutnya aneh, bahkan setiap berjalan di koridor ada saja yang berteriak-teriak tidak jelas.

Hari ini, mungkin hari biasa bagi Naufal, tapi tidak bagi Aqisha, hari ini dia harus berhadapan dengan masalah.

"Eh ada yah anak kelas sepuluh beraninya ganjen-ganjen. Masih kelas sepuluh udah caper sama kakak kelas," sindir salah satu siswi sambil menatap tidak suka pada Aqisha. Setau Aqisha, mereka seangkatan, hanya saja beda jurusan.

"Iya ih, murahan banget, ngincar anak kelas smart sama kakak kelas sekaligus," timpal salah satu kawan siswi tadi.

Walaupun Aqisha dan Aqilah tetap berjalan, tapi mereka masih mendengar ucapan kedua siswi tadi. Aqilah tidak terima dengan perkataan kedua siswi itu, sontak langsung berbalik dan mendatangi siswi tersebut.

Aqilah mendatangi kedua siswi tersebut dan mendorong tangan mereka yang memegang gelas plastik minuman, sehingga minuman itu tumpah pada muka mereka.

"Kalian kalo ngomong dijaga! Gak ngotak yah? Kalo gak tau apa-apa diam aja! Lagian mau orang murahan kek, apa kek, bukan urusan kalian! Yang ada mulut kalian tuh murahan! Keluarin kata yang gak penting aja! Segitu lempengnya tuh mulut, ha?" ujar Aqilah dengan ngegas.

Kedua siswi pun terkejut, tapi sedetik kemudian langsung marah-marah karena wajahnya yang sudah basah.

"Eh lo! Kurang ajar banget! Gue basah tau, emang apa hak lo nanggepin gue? Gue juga gak bilang itu lo kok!" ujar siswi itu dengan kesal.

"Kurang ajar mana sama lo yang ngomongin orang yang bahkan lo gak kenal? Oh ya, apa hak gue nanggepin lo ya? Sekarang gue balikin dulu deh, apa hak lo nyindir kayak gitu ke sahabat gue? Lo tau kakak kelas yang sering di- -" Aqilah belum sempat melanjutkan perkataannya tapi tangan salah satu siswi tadi sudah melayang.

"BACOT- -" belum sempat melanjutkan perkataannya dan perbuatannya menampar Aqilah, sudah ada yang mencekal tangannya dan merangkul Aqilah.

" JANGAN. PERNAH. SENTUH. DIA!" kata Aqisha dengan penuh penekanan, tak lupa tatapan tajam dan kemarahannya.

"Atau lo mau tangan lo ini gak bakalan bisa berfungsi lagi," lanjutnya dengan berbisik, dan sedikit memutar tangan siswi itu.

Setelah mengucapkan itu, Aqisha menghempaskan tangan siswi tadi, lalu merangkul Aqilah dan berjalan dengan santai menelusuri koridor.

"Lo yang terlalu berani, cari masalah sama mereka berdua" ujar seorang siswi tiba-tiba, yang mereka ketahui adalah kakak kelasnya.

NAQISHA ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang