☁️ 56. If I Can't See The Sun

1.1K 86 24
                                    

Merelakan bukanlah hal mudah tetapi aku akan berusaha melakukan nya asalkan kamu bahagia bersama nya..

☁️☁️☁️

Happy Reading!

Bulan menunggu lampu hijau di depan ruangan operasi bersama ketiga sahabat Bintang setia menemaninya.

Terkadang Raja menghampirinya untuk menawarkan makanan atau minuman yang dia beli di salah satu kantin sebagai ganjalan menunggu selesainya waktu operasi.

"Apa masih lama operasi nya, Kak?" Tanya Matthew, sudah lelah menunggu. Hampir dua jam mereka menunggu Bintang di ruang operasi degan setia. Sampai Arka mengabaikan pekerjaan nya demi bisa menunggu kabar dari dokter.

Arka memainkan layar ponselnya untuk menghilangkan rasa bosannya, "Seharusnya udah selesai. Tapi kalau emang ada kendala di sana mereka bakalan butuh waktu lebih lama."

Raja menghela nafas berat. Menunggu lampu itu menjadi hijau ternyata lama sekali tidak sebanding dengan lampu lalu lintas yang sering dia langgar karena tidak sabar menunggu.

"Kalau dalam waktu lima belas menit belum selesai gue mau ke asrama Noah dulu. Mau lihat kondisi dia kayak gimana sekarang," ucap Raja, memperhatikan lampu yang menempel di atas ruangan operasi berwarna merah.

Matthew menoleh ke samping, "Kalau gitu gue mau ikut. Gue juga belum lihat kondisi King kayak gimana setelah kejadian mereka."

"Gak ada yang boleh pergi dari sini sebelum operasi nya selesai," sahut Arka dingin, sebenarnya Arka juga ingin ke tempat asrama anaknya untuk melihat kondisi Pelangi tetapi dia tidak melakukannya dan lebih memilih menunggu Bintang di sini. Arka sangat yakin Pelangi pasti baik-baik saja dan Arka juga sudah mengirim bodyguardnya menjaga dari jarak jauh.

Bibir Matthew mengerucut tak suka, "Kondisi terkahir King dia lagi terluka. Gue takut Arden nyelakain King kayak dia nyelakain gue dulu."

"Tenang aja, Arden gak sampai ketahap itu. Dia cuma buat fokus kita terpecah belah. Bukan bermaksud menyiksa anak-anak kita," jawab Arka, tanpa melepaskan matanya dari layar ponsel.

"Syukurlah, kalau Arden sampai nyakitin King sedikit aja. Gue bakalan buka kembali kuburan nya dan ngasih dia pelajaran." Kata Matthew sengit.

"Daripada ngomongin orang yang udah mati lebih baik kita tetap fokus nunggu Bintang," Raja ikut menimpali. Mengubah duduknya mengahadap ke Bulan yang selalu setia menatap pintu ruangan operasi.

"Emang Lo gak penasaran kenapa Arden bisa mati, Bulan?" Tanya Raja, mencoba mengajak Bulan berbicara.

Bulan menoleh ke Raja dengan wajah tanpa ekspresi, "Gue akan nanya langsung ke Bintang nanti. Lebih baik diam, bukan?"

Raja mengangguk setuju dengan tangan terlipat di depan dada, "Lo benar sekali. Jangan berpikiran hal aneh dulu tentang kita semua. Karena apa yang Lo lihat, dengar dan Lo dapat gak akan pernah sama dengan apa yang sudah terjadi."

Bulan tidak menanggapi ucapan Raja yang seperti sedang menyudutkan nya tersebut. Lebih memilih tetap diam daripada menanggapi nya.

Perlahan pintu operasi terbuka bersamaan dengan lampu hijau di atas pintu terlihat. Membuat ketiga orang dewasa itu berdiri serempak mendekati sang dokter.

"Operasi berhasil seratus persen. Gak ada hambatan sama sekali. Berkat doa kalian semua untuk tuan Bintang," dokter tersenyum puas dengan hasil yang dia dapatkan setelah operasi menghabiskan waktu dua jam.

"Kalau gitu apa kita bisa ketemu sama Bintang sekarang?" Tanya Bulan harap cemas. Berusaha mengintip Bintang di balik punggung sang dokter yang berdiri tepat di depan pintu operasi.

If I Can't See The Sun √Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz