☁️ 52. If I Can't See The Sun

979 88 30
                                    

Aku pernah mencintaimu tapi itu dulu di saat sebelum semua kebohongan kamu terbuka..

☁️☁️☁️

Happy Reading!

Arden tertawa puas melihat Bintang yang sudah tidak bisa berkutik lagi di bawah kakinya setelah perkelahian sengit di antara mereka berdua. Yang pada akhirnya Arden memenangkan perkelahian tersebut dengan mudah.

"Butuh waktu lama untuk bisa ngalahin gue Bintang," Arden menginjak dada Bintang kencang. Mengabaikan teriakan kecil dari bibir Bintang sebagai rintihan sakit.

Tubuh Bintang sudah babak belur dengan wajah penuh luka akibat pukulan Arden yang tidak ada tandingannya tersebut. Mengambil kelas bela diri ternyata membuahkan hasil seperti ini dan Arden sangat suka musuhnya tertindas tanpa bisa melakukan perlawanan lagi.

"Dengan gak tahu dirinya kaki kotor Lo ini nginjak tubuh gue," umpat Bintang, menahan dadanya yang terasa begitu sakit.

Arden merendahkan sedikit kepalanya agar Bintang bisa melihat jelas matanya yang menyiratkan kebencian. "Lo mau mati aja masih belagu ternyata?"

Bintang tertawa di sela rasa sakitnya. Mengambaikan bibirnya yang pedih akibat luka robekan dari pukulan Arden. "Sebentar lagi yang akan mati itu Lo! Bukan gue,"

Arden menggeram marah. Semakin menekan luka di dada Bintang. Menikmati setiap teriakan kecil dari bibir Bintang yang seperti melodi indah di telinganya.

"Lebih baik Lo sekarang mati!

Dor!

Arden menatap tangannya yang kini di lumuri banyak darah dari dadanya. Seseorang telah melepaskan peluru tepat di dadanya sebelum Arden mengeluarkan pistolnya di balik kemejanya.

Memundurkan tubuhnya ke belakang dengan mata menatap lurus ke depan. Arden terkejut melihat sosok Arka yang berdiri begitu tegap menghadap nya dengan pistol mengarah ke arah dirinya.

"Setelah Lo bermain-main dengan gue. Lo sekarang mau bermain-main dengan sahabat gue?" Arka melangkah perlahan tanpa melepaskan pistolnya yang sengaja di arahkan ke Arden. Akan sangat fatal jika dia datang terlambat. Nyawa Bintang hampir saja melayang karena pria di hadapannya tersebut.

Arden justru tertawa puas dengan kemeja yang sudah di penuhi darahnya. Mengabaikan rasa sakit yang tak ingin dia tunjukkan ke musuhnya, "Gue gak nyangka kalau Lo bisa datang ke tempat ini dengan selamat,"

Arka menekan kembali pelantuk pistolnya. Siap akan melepaskan sang peluru jika Arden memancing emosinya kembali.

"Diam Lo! Karena Lo gue harus buang-buang waktu," gertak Arka tertahan. Mendekati Bintang yang masih terbaring di lantai. Sahabatnya itu mengalami luka cukup parah dan itu mampu membuat emosi Arka kembali terpancing. Tidak ada yang boleh menyakiti sahabatnya atau orang itu akan menghadapi kemurkaan Arka sebenarnya.

Tawa Arden semakin kencang dengan air mata keluar perlahan. Menikmati setiap hembusan nafas yang sebentar lagi akan hilang darinya dikarenakan Arden sadar kalau nyawanya sudah tidak bisa di tolong lagi jika Arka melepaskan pelantuk nya tersebut.

"Apa Pelangi udah Lo selamat, kan?" Arden menghentikan tawanya tanpa menghilangkan suara angkuhnya tersebut. Perlahan-lahan tangan kanannya bergerak ke belakang untuk mengambil pistol yang sengaja dia sembunyikan.

Gigi Arka gemerlatuk menjadi satu. Menahan diri agar tidak melepaskan peluru nya tersebut, "Omong kosong Lo ini benar-benar gak berguna!"

Dor!

If I Can't See The Sun √Where stories live. Discover now