CHAPTER SANGO😆

14 3 0
                                    

Selamat membaca! ☺

Maafkan aku yang belum revisi ini chapter😢 Wattpad ngadat gabisa nyimpen. Daripada nanti ini ilang yaudah deh aku publish aja😣

Iya. Lo nggak seharusnya gitu ke cewek. Safina baik anaknya. Meskipun dia bodoh tapi gue salut sama keberanian dia.

Ucapan David tempo hari terngiang kembali di telinga Oxta. Cowok itu kembali mengingat kembali apa yang telah ia lakukan belakangan hari ini.

Oxta mendesah lelah. Ucapan itu ternyata benar. David benar. Safina memiliki rasa manusiawi yang sangat besar. Ia tak segan bergaul dengan siapapun itu. Bahkan Safina sama sekali tak merasa risih ketika anak jalanan yang menurutnya berpenampilan lusuh itu memeluk erat dirinya. Bahkan dengan rasa sayang yang dimilikinya, Safina mengusap-usap pucuk kepala anak kecil itu.

Jika dirinya jadi Safina, mungkin ia akan dengan segera menjauh ketika anak kecil itu hendak memeluknya. Ck!

Oxta mengingat senyuman tulus Safina tadi. Ya, Oxta melihat bagaimana interaksi Safina dan anak jalanan yang entah siapa dan apa hubungannya dengan Safina. Oxta terkesan dengan perlakuan Safina. Memberi roti kemudian berinteraksi layaknya dua orang yang telah lama saling kenal.

Namun Oxta tahu dari awal anak kecil itu masih sangat enggan berinteraksi dengan Safina, hingga ia menerka bahwa mereka baru pertama kali bertemu.

Untuk pertama kalinya, Oxta mengetahui ada seseorang dengan mudahnya bersama meskipun belum saling kenal. Baru kali ini Oxta mengetahui ada manusia berhati nurani yang mau menolong oranglain yang membutuhkan. Apalagi Safina tak mengharapkan apapun.

Oxta menetukkan jarinya pada stir mobil. Tadi, setelah Safina pergi dan berpamitan pada anak kecil itu, Oxta segera berlari ke arah mobilnya.

Awalnya, Oxta ingin mampir ke toko kue langganan mamanya yang berada di sebelah kafetaria tadi. Namun entah bagaimana caranya, matanya justru menangkap Safina yang hendak menyeberangi jalan. Karena rasa penasaran yang tak tertahankan, Alhasil Oxta lebih mengikuti rasa penasarannya dibanding rasa laparnya akibat menahan godaan kue brownies. Oxtapun mengikuti Safina. Lalu ketika Safina menghampiri anak kecil itu, Oxta berhenti mengikuti dan mengamati dari kejauhan.

Meski tak tahu apa yang mereka perbincangkan, namun Oxta cukup mengerti bahwa pertemuan mereka merupakan yang pertama.

Mulai detik ini, gue berhenti mengagumi lo!

Ingatan Oxta beralih pada saat Safina mengatakan untuk berhenti mengaguminya. Kala ingatan itu beroutar dikepalanya bagaikan sebuah film, rasa sakit menyerang dadanya. Mengapa rasanya agak nyeri, ya?

Oxta merasa tak rela jika Safina berhenti mengaguminya. Namun kenapa? Kenapa Oxta merasa tak rela? Apa alasannya.

Bodoh! Seharusnya lo senang karena cewek goblok kayak dia berhenti suka sama lo, Ucap Oxta dalam hati.

Benarkan?

Daripada pusing memikirkan Safina, lebih baik Oxta pulang ke apartementnya yang sudah ia tinggalkan beberapa hari ini karena ia harus pulang ke rumah mamanya.

Berbicara tentang apartement, sebenarnya Oxta tinggal sendiri di apartement yang ia beli dari jerih payahnya sendiri. Tentu saja dari agency yang membayarnya untuk sekedar berjalan di catwalk.

Apartementnya memang tak seberapa. Namun, Oxta nyaman berada dalam apartementnya. Hanya memiliki kamar 2, kamar mandipun 2 dan ruang lainnya. Bukan apartement mewah atau seharga miliaran rupiah, bukan.

Oxta menstarter mobilnya. Lalu perlahan, mobil ronge rover berwarna putih itu melajukan dirinya membelah jalanan Jakarta yang padat akibat terpenuhi oleh kendaraan lainnya.

STUPID GIRL✔Where stories live. Discover now