Aku menatap Paman Will lalu memohon, "Please don't...."

Geraman kecil lolos dari bibirnya dan ia berhasil menyingkirkan jasnya dari tubuhku sehingga udara yang dingin menusuk kulitku yang hanya ditutupi oleh sepasang pakaian dalam. Mata Paman Will menelusuri tubuhku—lebih tepatnya bekas-bekas gigitan dan ciuman yang Jayden McHugh tinggalkan di sekitar dada dan leherku. Aku tahu malapetaka akan terjadi apabila ia melihat jejak kemerahan ini, amarahnya menjadi semakin tak terkendali dan ia bisa saja gelap mata kemudian menghabisiku di luar akal sehatnya.

Namun yang terjadi dia justru memandangku dengan rendah seakan-akan aku adalah pelacur yang paling murah yang pernah ia temui. Aku merasa malu ketika tawanya yang sumbang terdengar, wajahku perlahan tertunduk tapi Paman Will segera menangkap daguku dan membimbing mataku untuk kembali bertemu dengan manik kelabunya, "Such a slut" cibirnya, "Such a dirty slut"

Entah mengapa aku dapat mendengar rasa sakit di balik kalimatnya yang merendahkanku. Sehingga tanpa alasan yang jelas aku berpikir bahwa aku harus meminta maaf kepada lelaki itu, "I'm sorry"

"Sorry for what, Sasha? For being a slut, huh?"

Aku menggeleng, "No, i'm sorry because i hurt you"

Aku tahu Paman Will tidak benar-benar menghinaku. Ia hanya sedang tenggelam di dalam kemarahan dan rasa kecewa setelah menemukanku nyaris tidur dengan seorang pria. Oleh karena itu aku tidak merasa tersinggung, justru sebaliknya aku merasakan ada sesuatu yang kuat yang mencekikku dari dalam melihat William Grissham terluka karena kebodohanku.

Paman Will mendengus, "Do you really think that you can hurt me babygirl?"  satu lengannya merengkuh pinggangku dengan erat sementara satu yang lain meremas tengkukku, "You can't hurt me Sasha, that's not the deal. The deal is i'm the only one who can hurt you so bad. So fucking bad, Sasha did you hear me?"

Selanjutnya yang terjadi adalah ia menyumpal mulutku dengan lidahnya. Ia menghisap dan mencium bibirku seperti orang yang kesetanan. Aku meremas erat sepasang lengannya yang kekar untuk bertahan, aku tidak menolak ciuman itu sebab aku sudah sangat menginginkannnya sejak pertama kali aku merasakannya. Aku menginginkan Paman William.

Telepak tangan Paman Will yang sebelumnya memeluk erat pinggangku kini bergerak mengusap perutku dan menyelinap masuk ke dalam celana dalamku. Dia mengumpat di sela-sela ciuman kami mendapati milikku amat basah di bawah sana. Dengan kasar ia menarik bibirnya lalu bertanya, "Why this thing so fucking wet, babygirl?"

Aku menggigit bibir bawahku dan masih berpegangan pada lengan Paman Will agar tidak terjatuh. Kedua kakiku dengan sendirinya terbuka lebih lebar saat jemarinya  mengeksplor lebih jauh.

"Jawab aku Sasha, apakah kau basah karena Jayden McHugh?"

Heck no! Aku basah karena sentuhannya, aku basah setiap kali berada di dekatnya dan aku tidak bisa mencegah hal itu. Tapi aku terlalu malu untuk mengakuinya di hadapan Paman Will, sebagian kecil dari diriku masih menganggap bahwa ini tidak pantas tapi sebagian besar yang lain menginginkannya  dengan sangat buruk.

Tidak mendapatkan jawaban Paman Will melesakkan jari tengahnya ke dalam celahku. Perutku mengencang, aku menggigit bibir bawahku untuk menahan desahan yang nyaris lolos dari bibirku.

"No...."

Penolakan kecil masih kuberikan dan itu membuat Paman Will semakin kesal. Ia menambahkan dua jemarinya yang lain untuk membelah celahku dan mulai bergerak kasar mengacak-acak milikku.

"Stop, please....ahh!!"

"You really want me to stop, baby girl?" ancamnya. Bodohnya, aku malah menggeleng. "Now tell me, who is your owner Sasha?"

Aku memejamkan mata dan menolak untuk menjawab pertanyaannya. Tapi Paman Will adalah pria yang cerdik, ia mencengkeram rahangku dan berhenti menyiksaku dengan jemarinya di bawah sana sehingga aku merasa gusar oleh kebutuhan yang tak terpenuhi, "Who owns you, Sasha Grissham?"

Tatapan itu menusukku hingga ke tulang. Aku tahu jawaban apa yang ia inginkan, jawaban yang sama yang terbesit di benakku kala pertanyaan itu ia utarakan.

"You...." ucapku dengan suara yang amat pelan, nyaris seperti sebuah bisikan.

"Hm?" Paman Will tidak menerima jawaban itu, ibu jarinya menggoda klitorisku dan memberikan tekanan yang kuat agar aku segera memberikan jawaban yang dia mau.

"Dad....Daddy Will....." sialan aku benar-benar menyebut namanya sambil mendesah.

Paman Will terlihat puas. Ia mendorong tubuhku dengan kasar sehingga aku terjatuh mulus di atas ranjangnya yang empuk. Lelaki bersurai gelap itu menarik celana dalamku kemudian ia membuka lebar kedua tungkaiku dan menatap lekat sesuatu yang bersembunyi di bawah sana.

Lagi-lagi aku merasa bahwa ini salah. Tidak seharusnya aku berakhir di ranjang pria yang telah kuanggap sebagai paman kandungku. Ini tidak pantas.

Paman Will mencegahku saat aku hendak merapatkan kedua kakiku. Ia menatapku tajam lalu berkata, "Jangan melawanku, Sasha"

"That's not right" lirihku, putus asa.

"And i dont give a fuck! Aku harus membuatmu mengerti bahwa tubuh ini adalah milikku, tidak ada seorang pun yang bisa menyentuhmu selain aku Sasha."

Aku tidak bisa memberikan perlawanan lebih saat ia mulai mendaki tubuhku dan melahap milikku dengan rakus layaknya puding yang lezat. Pinggulku bergerak gelisah dan air mataku mengalir begitu saja mendapatkan siksaan nikmat dari mulut Paman Will yang luar biasa.

Sorry darl, you missing the text— Bagi kalian yang ingin membeli versi Ebook bisa kalian cari di google playstore or playbook dengan kata kunci HIS LITTLE NIECE RERE. Thank you.

— TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apapun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

His Little Niece (Completed)Where stories live. Discover now