13

24.9K 1.4K 44
                                    

Meriahnya pesta ulang tahun Lauren tak mampu mengusir kekacauan yang berperang di dalam diriku. Di sepanjang pesta yang ramai dan riuh itu aku menyendiri di meja yang paling sudut bersama segelas bir di tanganku. Gemerlap lampu dan berisiknya suara musik yang membuat para tamu menari di lantai dansa juga tidak membuatku bernafsu untuk berbaur bersama mereka.

Lauren dan Ashley sudah lelah membujukku untuk bergabung dan bersenang-senang menikmati pesta seperti tamu-tamu yang lainnya, tapi tak ada sedikit pun semangat yang tersisa di dalam diriku. Semangat itu telah habis dikuras oleh William Grissham, pamanku yang merasa menyesal karena telah menciumku beberapa hari yang lalu.

Aku tahu ada yang salah dengan diriku dan aku benci untuk mengakui hal itu, tapi biar bagaimana pun aku hanyalah seorang gadis malang yang naif. Aku memang sedikit nakal, tapi aku sama sekali belum pernah merasakan bagaimana jatuh hati kepada seorang pria sebelumnya. Aku bahkan tidak pernah berciuman apalagi bercinta meski aku diam-diam memiliki tindik di puncak payudara.

Dan jelas saja pengakuan Paman Will dan ciumannya adalah sebuah kejutan yang besar bagiku, tapi kejutan itu terpatahkan tepat setelah ia meminta maaf dan merasa menyesal karena telah mencium keponakannya sendiri.

God, seharusnya aku merasa lega sebab kegilaan ini tidak berlanjut tapi yang terjadi aku malah merasa kecewa bagaikan ditolak oleh cinta pertama. Aku kecewa mendengar permintaan maaf Paman Will dan juga janjinya untuk tidak melakukan hal yang sama lagi.

Sekarang aku hanya dapat termenung di tengah-tengah pesta ulang tahun yang meriah sambil memikirkan kalimatnya berulang kali. Aku sudah lelah mencoba untuk mengalihkan pikiranku dari semua itu tapi aku tidak bisa, wajah Paman Will yang penuh rasa penyesalan terus terbayang-bayang di kepalaku dan suaranya terngiang-ngiang di telingaku.

Tidak ada yang dapat mengusir lelaki itu dari pikiranku, tidak ada, bahkan diriku sendiri pun tak mampu.

"Pamanmu lagi?"

Aku menoleh saat mendengar suara itu dari arah belakang. Jayden McHugh datang menghampiriku dan mengambil duduk tepat di sisiku sambil memesan minuman.

Oh please Jayden, not now....

"Apakah kau pergi dari rumah diam-diam, Sasha?" tanya Jayden.

Aku menggeleng lesu, "Tidak, dia tahu"

"Lalu mengapa kau terlihat gelisah?"

Menghembuskan nafas pelan, aku melemparkan senyum kecil kepada Jayden McHugh, "Aku baik-baik saja" kataku.

Jayden mendekat dan tanpa merasa sungkan ia menaruh satu tangannya di lututku. Tubuhku membeku menerima sentuhan yang mendadak itu, aku menatap Jayden heran dan lelaki itu terlihat tenang seakan-akan kami sudah biasa berada di jarak sedekat ini sebelumnya.

"Kau tidak bisa membohongiku Sasha, aku tahu kau sedang merasa gelisah sekarang" ucapnya.

Aku bergerak merasa tidak nyaman. Entah mengapa perasaan yang kumiliki untuk Jayden mendadak berubah sekarang, aku tidak berdebar seperti dulu, tidak pula merasa tertarik oleh interaksi fisik dan kata-kata romantis penuh perhatian yang ia ucapkan kepadaku. Justru sebaliknya aku merasa aneh karena dapat membaca isi pikiran Jayden dengan mudah. Seakan-akan mataku yang selama ini tertutup mendadak terbuka dan dapat melihat langsung sikap Jayden yang genit dan tidak sopan yang tak kusadari sebelumnya.

Mendorong tangan Jayden dengan perlahan, aku tetap memasang sebuah senyuman di bibirku agar lelaki itu tidak merasa tersinggung, "Jayden sungguh, aku baik-baik saja"

Jayden mengernyit tidak suka mendapatkan respon yang tidak menyenangkan dariku, "Apa yang terjadi kepadamu Sasha, mengapa kau berubah?"

Berubah?

His Little Niece (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang