21.

3.9K 278 56
                                    

Atribut sudah melekat pada pemeran drama kolosal yang sebentar lagi akan ditampilkan oleh murid-murid di bawah didikan Pak Demi. David tak henti-hentinya mengumpat karena kostum yang dia kenakan menurutnya sangatlah kuno dan membuat tubuhnya berkeringat terus.

"Hei! Berhenti mengumpat Vid, telingaku mulai panas mendengar umpatan kotor lo itu!" seru Marvin yang bosan mendengar David yang mengumpat tanpa henti.

David tak merespon ucapan Marvin masih setia dengan umpatannya yang meluncur lancar dari bibirnya, baru berhenti saat salah satu teman sekelasnya mengumumkan bahwa saatnya mereka menaiki panggung.

Mereka mulai memerankan drama dengan penuh penghayatan hingga tibalah di adegan saat Thena yang memerankan tokoh utama wanita, di bawa oleh pangeran ke hadapan orang tuanya. Penolakan keras di berikan oleh kedua orang tua pangeran saat mengetahui pangeran ingin mempersunting seorang gadis dari kalangan rakyat jelata untuk di jadikannya istri.

"Keluarga kita tak sudi memiliki menantu seperti dia! Yang miskin dan jelek! Buang angan-angan mu untuk menikahi dia pangeran!" seru ibunda pangeran yang langsung pergi setelah mengatakannya. Suara musik berdentum keras di iringi suara petir yang menyambar. Thena berjalan pergi meninggalkan kediaman pangeran dengan sedih.

Pangeran berlari mengejarnya dengan kencang, gadis tersebut juga menambah kecepatan larinya hingga sampai di ujung jurang gadis tersebut berhenti. Dia membalikan badan menghadap pangeran yang beberapa meter di hadapannya menatapnya dengan penuh cinta dan kesedihan.

"Kumohon jangan tinggalkan saya sendiri, kembalilah kepadaku. Akan kuberikan kebahagian di dunia ini untukmu saya akan melepaskan gelar saya sebagai pangeran jika itu bisa membuatmu kembali kepada saya. Kumohon kembalilah kepada saya. Saya mencintaimu setulus hati." David mengatakannya penuh penghayatan walaupun di dalam hatinya dia merasa bahwa kalimat yang ia katakan sangat menggelikan.

Thena yang berdiri di ujung jurang buatan, mulai melantunkan sederet kalimat yang dia hafal dari naskah yang Pak Demi berikan.

"Jika anda benar-benar mencintai saya, maka izinkan saya untuk pergi pangeran. Seluruh rakyat membutuhkan anda di masa depan, jangan mengorbankan mereka hanya untuk kebahagiaan hamba pangeran. Di kehidupan selanjutnya saya harap kita berdua dapat bertemu kembali. Saya mencintai anda pangeran." Thena melompat kebawah setelah mengatakan dialognya, melompatinya Thena di iringi teriakan Sang Pangeran dan juga backsound yang mendukung.

Tepuk tangan meriah di berikan para penonton, semua pemeran berdiri di atas panggung membungkukkan badan seraya mengucapkan terimakasih.

Drama musikal yang sukses itu membuat Pak Demi sangatlah senang hingga beliau mengajak para murid-murid nya untuk merayakannya. Thena yang awalnya ingin langsung pulang terpaksa harus ikut dengan ancaman nilai oleh dosen yang di juluki dosen gila oleh Vero.

"Gak nyangka ternyata drama musikal yang gue tolak dulu bakal berhasil seperti ini... Pasti ini berkat gue iya gak?" semua murid yang mendengar perkataan Vero menyorakinya. Pasalnya sifat PD gila yang dia miliki itu tak hilang-hilang hingga sekarang.

"Iya-in biar lo seneng," sahut Oji teman sekelasnya.

"Thena!" panggil Byan berdiri di pintu masuk.

Yang di panggil lantas langsung berdiri dan menghampiri Byan setelah berbincang singkat, Thena kembali ke kerumunan menghampiri pak Demi untuk pamit pulang duluan.

"Kok buru-buru Thena? Kita baru sampai loh, kamu aja belum makan apa-apa," tanya pak Demi.

"Iya pak ada urusan," jawab Thena.

"Baiklah hati-hati di jalan, dan terimakasih atas partisipasi kamu Thena."

"Sama-sama pak."

Thena berjalan keluar bersama Byan, yang akan mengantarkannya pulang pasalnya dia kali ini tak membawa kendaraan sendiri. Ada sepasang mata yang memperhatikan Thena saat berjalan pergi, mata seseorang yang mengatakan kalau dirinya membenci Nerd, siapa lagi kalau bukan David.

"Woy! Kenapa lo liatin pintu keluar terus?" ucap Marvin menepuk pundak David.

"Gak ada," jawab David singkat.

***

"Kamu beneran mau kembali ke rumah itu?" tanya Byan saat di sela-sela dirinya menyetir.

"Bukan kembali hanya memberitahu mereka jika aku kembali," jawab Thena datar tanpa ekspresi.

Byan sudah menduga itu, Thena yang saat Byan bujuk kembali tetapi terus menolak tetapi kini memintanya untuk menemaninya kembali ke rumah itu.

"Lalu apa untungnya jika kamu hanya memberitahu mereka?"

"Satu Minggu lagi merupakan hari-nya. . . Hari yang ku tunggu."

"Satu Minggu? Konferensi pers?"

Thena mengangguk sebagai jawaban tanpa ada penjelasan lainnya, setelah 30 menit perjalanan mereka memasuki halaman rumah itu. Rumah yang kian lama kian menjadi besar dan megah bak istana.

Kenapa Thena kembali ke rumah itu dia meminta Byan untuk menemaninya? Kenapa tak pergi sendiri? Karena jika ada Byan orang-orang di dalam tak akan mencari keributan dengan Thena, dengan adanya Byan di sampingnya Thena akan tenang mau keluar ataupun masuk ke rumah itu.

"Lihat siapa yang datang. . Byan apa kabar?" sambutan ramah di berikan oleh penghuni rumah saat Byan yang masuk duluan.

"Baik tante, saya disini karena mengantar seseorang," seru Byan menunjuk Thena yang berdiri di belakangnya.

Dua orang penghuni rumah menatap Thena dengan pandangan yang sulit di artikan raut wajah mereka berdua pun sama. Entah antara acuh, kaget, dan lainnya. Thena tak heran lagi dengan itu dia sudah tau respon apa yang akan di berikan oleh ayah kandungnya dan juga ibu tirinya itu.

"Oh kau sudah kembali?" tanya Ayah Thena yang terkesan acuh, Thena tak menjawab dia berjalan begitu saja melewati mereka berdua.

"Ck! Tak punya sopan santun!" gumam ibu tirinya dengan suara sangat lirih agar tak di dengar oleh Byan.

"Kemana saja kau selama ini?" tanya ayah Thena berjalan mendekat.

"Bukan urusan anda tuan," jawab Thena dengan nada rendah, Ayahnya mulai menggeram marah mendengar jawaban acuh tak acuh Thena.

Thena tersenyum sinis melihat ayahnya yang kesabarannya mulai menipis. Tetapi dia tau Ayahnya itu tak akan melampiaskan emosinya di depan Byan, anak dari seseorang yang bahkan lebih berpengaruh dari dia sendiri.....

NERD or PERVECT Where stories live. Discover now