BAB 3

239K 20.8K 1.5K
                                    

Kalian udah follow wattpad aku belum 😭😭😭

Yuk sebutkan umur kalian!!!

Kangen aku ngak atau cuma Arsena aja?

Seberapa uwu Arsena dan Afiqah?

Setuju Arsena Afiqah?

Atau Afiqah Andreas?

****

Setiap kebohongan yang kita buat pasti akan ada ganjaran yang akan kita terima.
.
.
.

"Tinggalkan dia." Setelah mengatakan itu Arsena berdehem. Ia rasa ia terlalu terburu-buru. Bisa dilihat dari raut wajah gadis itu yang sedang berpikir macam-macam.

"Tidak usah dipikirkan, ayo pulang sebelum hari semakin malam." Arsena bangkit melangkah menuju motor yang ia parkiran tak jauh dari tempat mereka. Afiqah merenggut tidak senang, pria itu bersikap seenaknya. Padahal tadi ia yang mengatakan untuk meninggalkan tapi sekarang ia minta untuk tidak dipikirkan.

Afiqah menurut, ia duduk dengan tenang di belakang Arsena. Angin malam menyelimuti mereka. Dibawah langit malam yang berbintang Arsena mengendarai motornya dengan tenang tanpa terburu-buru. Sekaligus menikmati setiap detik bersama gadis ini.

"Pak." Panggil Afiqah disaat ia baru menyadari suatu hal. Bagaimana caranya ia menjelaskan pada ibunya nanti tentang motornya. Pasti sang ibu akan membombardir dengan berbagai pertanyaan. Ia juga tidak pandai berbohong dengan sang ibu. Apalagi ia hanya pergi sendiri tentu sang ibu tidak akan mempercayai apa yang ia katakan karena pulang sampai larut malam begini.

"Ada apa?"

"Boleh minta tolong."

"Untuk?" Tanya pria yang berusia dua puluh tujuh tahun itu. Afiqah merasa meminta tolong padanya akan menyelematkannya dari wejangan orangtuanya yang tak suka dirinya pulang malam.

"Bapak bisa tidak, jelaskan ke ibu aku kalo motor aku bannya bocor. Tapi jangan bilang kalau aku pergi bersama Andreas. Nanti bapak bilang aja motor saya rusak di tengah jalan terus muter-muter nyari bengkel sampai larut tapi ngak ketemu. Terpaksa deh ke kantor polisi nyari bantuan." Arsena terkekeh mendengar itu. Ia jadi ingat dulu ketika ia SMA, ia sering menggunakan kalimat itu ketika pulang begitu larut setelah main dengan teman-temannya.

"Jadi kamu meminta saya untuk tutup mulut kepada ibu kamu?" Afiqah mengigit bibir gugup, seperti yang ia kira jika polisi ini tidak akan mau membantunya. Kemungkinan besar malah akan menceritakan apa yang ia lakukan dengan Andreas. Ia menyesal karena tadi menceritakan pada Arsena.

"Imbalan apa yang akan kamu berikan pada saya. Jika saya membantu kamu?" Seiring dengan hembusan angin kalimat itu terasa menyeramkan di telinga Afiqah. Arsena sedang menguras dirinya. Pria itu sedang mencari keuntungan dan menyudutkannya.

"Ah----itu.."

"Apa?"

"Aku traktir bapak makan mie ayam." Ucap Afiqah lirih.

"Kamu bilang apa? Saya tidak dengar." Arsena berkata jujur ia tidak mendengar apapun kecuali suara seperti gumaman dari gadis itu.

Afiqah terpaksa mendekatkan diri ke Arsena. Ia memajukan kepalanya dan menegakkan tubuhnya hingga sejajar dengan Arsena walau ia harus sedikit mengangkat tubuhnya. Lalu ia berbisik di telinga pria itu.

"Aku traktir makan mie ayam." Padahal itu hanya kalimat biasa namun memberikan efek yang luar biasa pada Arsena karena diucapkan tepat pada Indra pendengarannya. Jarak gadis itu begitu dekat dengannya, bahkan ia bisa mencium aroma gadis itu, tubuhnya tak sengaja bersentuhan dengan gadis itu menimbulkan aliran listrik di kulitnya. Arsena berdehem setelah dirasa Afiqah beringsut menjauh darinya. Gadis ini luar biasa menguji pertahannya. Bagaimanapun juga ia adalah laki-laki normal.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum