"I'm sorry...i—"

"Don't be sorry" sela Paman Will, "Hubungan kami tidak seserius yang kau kira Sasha"

Oh, baguslah.

Sekarang aku merasa konyol karena bahagia atas berakhirnya hubungan Paman Will dan Nancy. Sejak awal aku tidak menyukai wanita itu tanpa alasan yang pasti dan aku juga tidak peduli bersama siapa Paman Will menjalin hubungan, tapi mendengar kabar bahwa ia putus dari Nancy membuatku merasa lega.

"Bagaimana denganmu? Cliff mengatakan kalau pemuda itu sering mengantarmu ke tempat parkir setiap kali kau ingin pulang"

Sepasang alisku terangkat naik merasa agak terkejut dengan reaksi Paman Will yang tampak tenang saat ia menanyakan Jayden. Aku mendengus pelan, Tuan Cliff melakukan pekerjaannya dengan baik ia tidak melewatkan sedikit pun informasi mengenai diriku untuk ia sampaikan kepada atasannya.

"Jayden dan aku hanya berteman" kataku.

Aku sialan berkata jujur tapi Paman Will tampak tidak percaya. Jayden dan aku hanya berteman—setidaknya untuk sekarang. Hubungan kami semakin hari semakin dekat meski Jayden belum pernah mengajakku pergi berkencan. Yeah, mungkin dia tahu aku tidak akan pernah bisa pergi selama aku tinggal bersama Pamanku.

"I don't like that guy"

Oh, ini dia....tolong, jangan mulai lagi!

"Bisakah kita tidak membahas hal ini? Aku tidak ingin kita bertengkar lagi" sahutku.

Aku tidak tahu darimana keberanianku muncul untuk berkata seperti itu kepada Pamanku, tapi aku benar-benar jenuh bertengkar dengannya. Aku jenuh tak bisa melakukan apa-apa untuk melampiaskan rasa kesalku setiap kali kami berdebat.

Paman Will yang aku pikir akan marah mendengar kalimatku yang lancang justry tersenyum, senyum yang tidak menyentuh mata lalu dia mengangguk setuju. Aku melanjutkan makanku sementara itu Paman Will sibuk mengaduk-aduk pasta yang ada di piringnya sejak tadi. Sepasang matanya senantiasa memandangiku, dan aku hanya bisa bertingkah acuh seakan-akan tidak merasa terganggu padahal jantungku berdebar kencang tak karuan ditatap olehnya seperti itu.

"Apakah kau masih ingat Sasha? Dulu kau memanggilku Daddy, Daddy Will" ucapnya, tiba-tiba.

Aku yang nyaris tersedak segera menegak air yang ada di gelasku. Sungguh, aku tidak tahu apa yang salah dengan Paman Will malam ini, ia terlalu banyak bicara tidak seperti biasanya kemudian tiba-tiba saja membahas panggilan yang tidak lagi kugunakan untuknya. Daddy Will....bagaimana mungkin aku bisa lupa? Tapi kini panggilan itu terasa aneh semenjak aku mendengarnya dari bibir Nancy. Panggilan itu terdengar nakal dan tidak pantas, aku pikir aku harus menghindari perbincangan ini.

"Maaf Paman Will aku sudah selesai, permisi"

Aku hendak bangkit dan meninggalkan meja makan saat Paman Will menangkap pergelangan tanganku. Sentuhannya bagaikan arus listrik yang menyengat tubuhku, memompa jantungku untuk berdetak dengan lebih cepat dan membuat sekujur tubuhku terasa lunak terutama sepasang kakiku yang tak bisa bergerak.

"Apa yang kau lihat malam itu, Sasha? Katakan kepadaku"  dengan suara yang mendadak menjadi serak dia bertanya sambil menarikku untuk duduk mengangkang di atas pangkuannya. Tubuhku tidak bisa kukendalikan sama sekali, pikiranku menjadi buyar, aku sialan sangat terkejut dengan pertanyaan yang baru saja ia lemparkan sehingga tidak dapat melakukan apa-apa selain mendaratkan bokongku di pangkuannya.

Ini aneh, di satu sisi aku merasa nyaman namun di sisi lain aku merasa bahwa ini salah. Aku duduk di atas pangkuan pamanku, merasakan kedua lengannya yang besar memeluk pinggangku dan hembusan nafasnya yang segar menerpa wajahku.

His Little Niece (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang