Suasana berubah menjadi sangat tegang dan mencekam, Paman Will mengambil langkah maju untuk berhadapan dengan Jayden lalu dengan amarah yang begitu kental di balik suaranya  dia menodong Jayden dengan pertanyaan, "Who the fuck are you?"

Jayden melirikku yang hanya dapat bungkam, ia terlihat kebingungan mendapati sambutan Paman Will yang tidak menyenangkan tapi dengan lihai ia berusaha untuk tetap terlihat tenang. Jayden mengulurkan tangannya kepada Paman Will dengan sopan, "Jayden McHugh, teman kampus Sasha"

"And what are you doing here, boy?"

Ya, sialan.

"Aku datang untuk menjemput Sasha, Mr Grissham aku berjanji akan menjaganya—"

"Aku sialan tidak peduli dengan janjimu!" sela Paman Will, menggeram. Ia melirikku dan aku dapat merasakan ia sangat ingin melenyapkanku sekarang juga, "Sasha tidak pergi, dia tetap di rumah malam ini untuk mengerjakan tugasnya"

Sontak aku menatap Paman will dengan kedua bola mata yang membulat, "Tapi—"

"I said, you stay at home tonight."  tekannya. Ia kembali menatap Jayden dan berkata, "Kau bisa pulang sekarang, Sasha tidak pergi ke mana-mana"

Kedua alis Jayden terangkat naik, pemuda itu menatap aku yang tidak berdaya dan merasa kasihan. Kami berdua sama-sama tahu, tak ada seorang pun dari kami yang bisa membujuk Paman Will agar membiarkanku pergi menghadiri pesta penyambutan itu. Jadi tak punya pilihan lain, Jayden pamit dari hadapan kami dan meninggalkan pekarangan rumah William Grissham dengan mobilnya yang melaju kencang.

Setetes air mata jatuh dan mengalir di pipiku. Mungkin aku salah karena telah berbohong, tapi aku tidak akan berbohong jika Paman Will tidak terlalu mengekangku. Aku muak dengan sikapnya yang terus mengaturku seperti anak kecil. Jangan melakukan ini, jangan melakukan itu, jangan pulang larut malam, jangan mabuk, dan bla bla bla. Aku benar-benar jenuh menuruti semua perintahnya.

Kami saling melemparkan tatapan yang membunuh hingga akhirnya aku tidak mampu lagi memendam rasa kesal yang menyelimutiku, "I hate you!" aku berteriak, "I fucking hate you!"

Paman Will menarikku masuk ke dalam rumah lalu ia menutup pintu dengan kuat sehingga bunyi pintu yang terbanting terdengar memekakkan telinga. Aku menepis tangannya dan berhasil melepaskan diri darinya. Sambil berusaha menahan amarahnya Paman Will bersedekap lalu berkata, "Aku sudah mengizinkanmu pergi sebelum kau membohongiku"

"Kau tidak berhak mengaturku!" aku membalasnya dengan berteriak.

"Dan kau telah memanfaatkan kemurahan hatiku Sasha" sahutnya.

"Aku bukan anak kecil" desisku.

Lelaki itu tampak acuh, "Kau memang masih kecil Sasha, kau terlalu polos untuk mengerti apa yang sebenarnya pemuda itu inginkan darimu. Dia ingin tubuhmu, setelah pesta berakhir dia akan membawamu ke hotel lalu menidurimu di sana!"

Nafasku tersentak, "Kau menjijikkan" kataku, "Tidak semua pria brengsek sepertimu Paman William, Jayden jauh lebih baik dari yang kau kira, dia tidak pernah memperlakukan wanita dengan kasar seperti yang kau lakukan kepada Nancy!"

Oh, terkutuklah mulutku....

Air muka Paman Will yang diselimuti amarah luntur seketika itu juga. Dia menatapku dengan raut wajah yang tidak terbaca, kakiku seperti terpaku pada lantai ketika ia datang mendekatiku lalu meraih kedua pundakku yang rapuh dengan kedua tangannya.

"Apa yang telah kau lihat, Sasha?" tanya lelaki itu, suaranya terdengar tajam dan mengancam.

Hening....

Aku diam dan hanya terdengar suara nafas hembusan nafas kami  yang sama-sama memburu. Aku tahu aku memang tolol karena tidak bisa mengontrol mulutku dan sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menarik kembali kalimat yang telah kulontarkan di depan wajah Pamanku.

"Katakan, apa yang telah kau lihat?" tanya Paman Will sekali lagi tapi aku tetap bergeming. Merasa tidak sabar, Paman Will meremas kedua bahuku dengan erat dan menarikku untuk lebih dekat, "Sasha!" bentaknya.

Aku tersentak oleh bentakan itu dan juga rasa sakit dari genggaman Paman Will yang cukup kuat pada bahuku, "Kau menyakitiku"

Seolah-olah terbangun dari mimpinya, Paman Will segera melepaskanku. Aku menatap lelaki itu dengan penuh rasa takut kemudian melangkah mundur perlahan-lahan sebelum berlari kencang menuju ke kamarku. Aku mengunci diri di dalam kamar, takut Paman Will datang untuk menagih jawaban dariku.  Kulemparkan sepatu dan tasku ke sembarang arah lalu aku berbaring tengkurap di atas ranjang dan menangis sepanjang malam.

William Fucking Grissham!

Sejak aku tinggal bersamanya aku berubah menjadi gadis yang cengeng dan tidak berdaya. Aku benci mengakui bahwa rasa kesalku tidak sebanding dengan rasa takut yang kusimpan untuk lelaki itu.

Oh, ini adalah hari yang kacau.

Saat Paman Will melihat seorang pemuda berdiri di depan rumah untuk menjemputku, keberuntunganku lenyap seketika itu juga. Dan yang lebih kacau lagi, tanpa sengaja aku mengaku bahwa aku telah mengintip kegiatannya bersama Nancy di ruang kerja. Kegiatan yang tak sepatutnya kusaksikan dan seharusnya kusimpan diam-diam. Namun apa daya, emosi yang meledak dan tak terkendali membuatku membongkar apa yang kulihat pada hari itu.

— TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apapun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!


His Little Niece (Completed)Where stories live. Discover now