Bagian Dua Puluh Delapan

17.7K 669 43
                                    

Kini kandungan Dira sudah memasuki bulan ke-9, perutnya pun makin membesar dan penyakit nya pun semakin sini semakin mematikan. Sudah hampir tiga bulan juga Dira tak bertemu suaminya, Hafiz. Dira pun sudah keluar dari RS sekitar 2 bulan yang lalu.

Diusia kandungan 9 bulan ini, Dira rajin jalan-jalan di sekitaran rumah Ibunya. Seperti sekarang, dia sedang berjalan-jalan sambil meredakan mules di perutnya.

Ya, Dira mulai merasakan mules di perutnya seperti orang yang akan melahirkan. Hanya baru berapa langkah saja perut Dira terasa sakit sekali, dia duduk di pinggir jalan, dan sayangnya tidak ada orang yang lewat.

Dira terus meringis kesakitan, sampai dia tidak sadar ada orang disebelah nya yang akan menolongnya.

"Dira.." suara itu, suara yang sangat dia kenal, suara yang amat ia benci namun ia rindukan.

Dira mendongkakkan kepalanya. "Maaas Hafiz?" Dira terbata-bata.

Hafiz memeluk Dira dengan erat, Dira mencoba melepaskan, namun sakit yang terasa di perut membuatnya tidak bisa melawan.

"Iya sayang, ini aku Hafiz, suamimu. Selama tiga bulan ini aku mencarimu, namun tidak pernah ketemu. Darimana saja kamu sayang? Aku menyesal dengan semua ini, semenjak kamu tinggalkan aku, separuh jiwaku terasa hilang," ucap Hafiz.

"Jangan banyak bicara! Sekarang tolong bawa aku ke Rumah Sakit, aku akan melahirkan Mas, tolong," ucap Dira lirih

"Baiklah sayang, aku akan membawamu."

Hafiz menggendong Dira ke mobil yang ia bawa. Hafiz mendudukkan Dira di kursi belakang, agar Dira bisa selonjoran. Setekah itu, dia langsung pergi ke Rumah Sakit terdekat.

Untung saja jalanan sangat sepi, sehingga tidak terjadi kemacetan. Hafiz dan Dira pun sampai ke Rumah Sakit, Hafiz langsung membawa Dira ke dokter kandungan.

"Dok, apa saya bisa ikut masuk?"

"Bisa pak," jawab Dokter.

Hafiz pun ikut keruangan bersalin. Dia ingin menemani saat istrinya sedang berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan anak mereka.

Persalinan berjalan normal, tidak melewati proses sesar, saat Dira mengeluarkan bayinya ia mencakar tangan, muka, rambut Hafiz karena saking sakitnya.

Oek, oek, oek

Lahir bayi perempuan yang amat cantik, wajahnya sangat mirip dengan Dira, hanya saja matanya mirip dengan Hafiz.

Semua yang berada ditempat mengucap syukur alhamdulillah. Bayi segera dibersihkan, setelah itu Hafiz segera mengadzani anak pertamanya itu.

Sementara Dira, ia sudah terlihat sangat lemah. Tapi ia berusaha kuat demi anaknya yang baru saja lahir. Ia ingin dulu melihat dan berfoto dengan anaknya. Sebelum ia pergi meninggalkan dunia.

Setelah Hafiz mengadzani putrinya, ia segera menelpon kedua orang tuanya serta mertuanya. Kabar bahagia ini membuat mereka kaget sekaligus bahagia.

"Terimakasih sayang, kau telah memberikan seorang putri yang cantik untukku. Apakah kau sudah mempunyai nama untuknya?" Dira hanya mengangguk.

"Namanya Annisa Alifah, yang artinya perempuan lembut berhati mulia. Semoga saja anak kita nantinya seperti arti namanya menjadi perempuan yang berhati mulia. Aamiin," ucap Dira.

"Aamiin. Nama yang sangat bagus, aku setuju dengan nama itu," ucap Hafiz

"Aku tidak butuh persetujuanmu, terserah kamu mau setuju atau tidak dengan mana anakku," ucap Dira tajam

Serpihan Hati (END)Where stories live. Discover now