Bagian Dua Puluh Tujuh

16.2K 723 43
                                    

Dimalam yang sangat sunyi, masih di tempat yang sama yaitu Rumah Sakit. Sepertiga malam terakhir, dia menunaikan shalat tahajud, ia hanya meminta umur nya dipanjangkan. Karena, dia ingin melihat anaknya lahir kedunia ini.

Dalam sujud terakhir, Dira terus memanjatkan apa yang ia inginkan. Karena tidak ada pengharapan selain Allah.

Selesai shalat, Dira kembali berdoa pada sang Maha Kuasa.

"Ya Allah, hamba yakin atas ketentuanmu. Ya Allah, berilah hamba waktu sedikit lagi, karena hamba ingin melihat anakku lahir ke dunia ini. Terimalah taubatan hamba ini, karena hanya kepadamu hamba meminta dan hanya kepadamu hamba memohon pertolongan,"

"Mungkin dosa hamba sangat besar, sehingga engkau memberikan penyakit yang mematikan, tapi hamba akan terima apa yang engkau berikan. Karena hamba yakin dan percaya padaMu, dan pula setiap yang bernyawa pasti akan mati," doa Dira dengan air mata yang bercucuran.

"Maafkan hamba yang selalu meminta padamu, tapi melalaikan perintahmu. Jika nanti hamba pergi menghadapmu beratkan lah amal ibadahku. Jaga orang-orang yang aku sayangi. Semoga setelah aku meninggal nanti, Sasha dapat memaafkanku, serta Mas Hafiz suamiku dapat menyadari bahwa semua yang dilakukannya itu tidak baik,"

"Ku pasrahkan hidup dan matiku padamu ya Rabb. Terimakasih engkau telah memberiku kehidupan," air mata Dira tak henti menetes.

Setelah menunaikan shalat tahajud, ia menunggu adzan shubuh sambil membaca al-Quran.

Adzan shubuh pun berkumandang, ia menunaikan shalat shubuh segera. Setelah shalat Dira membereskan mukena yang ia pakai. Dira kemudian mengambil buku harian yang ia bawa. Ia mencurahkan segala perasaannya dalam buku tersebut.

Selesai menulis, ia menyimpan kembali buku yang tadi ia gunakan.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, Dira langsung melihat kearah pintu. Airmatanya mengalir deras.

"Ibu.." panggil Dira lirih

Ibu Dira langsung memeluk putri satu-satunya itu.

"Kenapa kamu tidak bilang pada ibumu nak? Apa Ibu tidak berguna bagimu? Sampai masalah sebesar ini kamu sembunyikan dari Ibu," ucap Ibu Dira

"Tidak ibu, tidak begitu. Aku hanya tidak ingin Ibu sedih mendengarkan semua ini," jelas Dira.

"Tapi nak, tidak seharusnya kamu menyembunyikan semua ini. Ingat sekarang hanya kamu satu-satunya yang ibu punya, jika kamu punya masalah sebesar apapun ceritakan pada Ibu. Karena hati seorang Ibu tidak bisa dibohongi," ucap Ibu Dira.

Dira langsung memeluk ibunya dengan erat, tangisnya tidak reda. "Ibu maafkan aku. Aku hanya tidak ingin menjadi beban untuk ibu, maafkan aku. Aku pun sekarang tidak punya siapa-siapa lagi kecuali ibu."

Keduanya saling memeluk erat,

"Suami kamu sekarang dimana?"

Pertanyaan ibu sungguh membuat Dira bingung, ia ingin mengatakan yang sejujurnya tapi takut ibunya sedih.

"Emm.." jawab Dira terbata-bata

"Ibu sudah tahu semuanya dari Hanif," ucap Ibu

"Ibu sudah tahu? Apakah ibu marah?" Dira menunggu jawaban Ibu dengan harap-harap cemas.

"Marah? Tentu saja ibu marah, ibu tidak terima anak ibu diperlakukan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, semua itu sudah terjadi. Sekarang keputusan kamu bagaimana?"

"Aku akan berpisah Bu, aku menginginkan perceraian, lagian aku tidak hanya meninggalkan Mas Hafiz saja, tapi aku akan meninggalkan Ibu, Mamah dan Papah serta dunia ini. Usia aku kan tinggal 1 bulan lagi, mungkin sesudah anak ini lahir," ucap Dira dengan nada parau.

"Jangan berkata seperti itu Dira, ayo kita berjuang sama-sama melawan penyakit kamu ini. Ingat, Ibu akan selalu bersamamu dan ibu tidak akan membiarkanmu seorang diri saja," ucap Ibu

"Tapi Bu, bukannya aku ingin mendahului ketentuan Allah. Tapi sekarang saja aku sudah tidak kuat dengan semua ini, bukan hanya fisik yang sakit Bu, tapi batin aku pun terasa sakit," ucap Dira yang tidak bisa berhenti menangis.

"Kamu harus kuat sayang, kita serahkan semua pada Allah, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Biarlah Allah yang menentukan." Ibu memberikan nasihat.

"Iya Bu, itu pasti. Aku terus-menerus berdoa pada Allah, agar aku bisa berjumpa dengan anakku saat dia lahir nanti," ucap Dira.

"Iya nak, pokonya kita serahkan semua ini pada Allah," ucap Ibu, Dira hanya mengangguk paham.

"Sekarang kamu tinggal dimana?"

"Aku tinggal disebuah kontrakan kecil, disana hanya ada satu kamar. Untungnya aku masih mempunyai uang untuk membayar kontrakan itu," jawab Dira.

"Pulang dari sini kamu tinggal saja dirumah Ibu, Ibu tidak akan membiarkan anak Ibu menderita seperti ini," perintah Ibu

"Tapi bu,,"

"Tidak ada tapi-tapian Dira," ucap Ibu final.

"Baiklah Bu. Ibu aku mau bertanya, apakah Mas Hafiz pernah mencariku kerumah Ibu?"

"Tidak, dia tidak pernah mencarimu sampai saat ini. Bahkan, ibu melihatnya dengan seorang perempuan saat ibu akan pergi ke pasar," jawab Ibu

"Bagus kalau begitu, dengan ini aku semakin yakin untuk berpisah dengannya," ucap Dira.

"Jika itu terbaik untukmu, Ibu ikut mendukung."

"Terimakasih Ibu atas semua yang telah ibu beri, dari mulai mengandungku sampai aku sebesar ini, mungkin sampai aku mati nanti. Maafkan aku belum bisa membalas semua yang Ibu beri untukku. Aku hanya ingin berpesan pada Ibu, jika nanti anakku lahir sedangkan aku pergi tolong jaga anakku baik-baik. Jika Mas Hafiz ingin mengurus atau melihat, biarkan saja. Karena bagaimanapun anak itu anak Mas Hafiz juga," ucap Dira

"Itu sudah tugas Ibu sayang untuk menjagamu, terimakasih kembali karena tekah berbakti pada Ibu. Jika saja Ibu bisa meminta pada Allah, biar ibu saja yang mengalami penyakit mematikan itu, maka Ibu akan siap menerima. Tapi takdir berkata lain, penyakit itu telah bersarang ditubuhmu," ucap Ibu sambil memeluk erat anaknya.

"Eh Ibu aku lupa, dimana Bang Hanif?"

"Tadi sih mau ke kantin dulu katanya, tapi belum datang-datang juga," jawab Ibu.

"Ohh begitu, kirain aku dia tidak kesini," ucap Dira.

"Kesini kok, yaudah sekarang kamu makan dulu terus tidur. Kamu perlu banyak beristirahat," ucap Ibu.

Tanpa mereka tahu, Hanif mendengarkan percakapan keduanya dengan airmata yang berurai, sungguh ia tidak tega melihat adiknya yang sangat ia sayangi, mempunyai penyakit yang mematikan.

Tbc:)

Selamat siang semuaa🤗

Aku up lagii🎉 semoga sukaa dan terhibur ya teman-teman. Terima kasih buat semua yang udah baca cerita aku dan udah ngasih vote dan komen, semoga gak bosen ya sama cerita aku:). Jangan lupa vote, komen🤗. Jika tidak suka, tidak usah dibaca🙏🤗

Maaf jika cerita aku tidak menarik, dan sangat membosankan🙏 karena aku masih belajar:)

Serpihan Hati (END)Where stories live. Discover now