Bagian Delapan Belas

11.6K 445 3
                                    

Hafiz Pov.

Setelah kemarin kita bertemu dengan Baim, keesokan harinya, tanggal 17 Mei istriku tercinta berulang tahun yang ke-21 tahun. Istriku ini usianya masih sangat muda, berbeda denganku yang sudah hampir kepala 3.

Aku berencana memberikan kejutan pada Dira. Aku akan memberikan kejutan disebuah tempat yang mungkin bisa dibilang tidak romantis.

Aku dan keluargaku yang lain termasuk Ibu Dira sudah sekongkol untuk mengerjai Dira, aku kan membuatnya badmood seharian ini. Disini aku akan berpura-pura mendiamkannya. Ini itu semacam prank gitu loh, aku gatau sih ini bakalan berhasil atau ngga.

Sekarang aku berbohong pada Dira jika ada acara dirumah kedua orangtua ku. Aku dan Dira akan pergi kesana. Sekarang dia sedang bersiap-siap.

"Sayang, cepet dong! Lama banget sih." Aku berteriak, disini aku mulai untuk mengerjainya.

"Iya Mas bentar," jawabnya dari kamar

"Kamu tuh lelet banget sih jadi cewek! Bentar lagi acaranya dimulai," ucapku dengan nada sedikit kesal.

"Iya Mas, udah kok. Ini aku turun,"

Benar saja, Dira turun kebawah namun dia terlihat belum terlalu siap.

"Ayo cepet, malu aku kalau yang lain udah kumpul sedangkan kita baru dateng."

"Iya Mas, maaf. Lagian acaranya juga masih lama kan?" ucap Dira sambil membenarkan kerudungnya.

Sebenarnya aku kasihan sih, tapi mau gimana lagi ya hehe.

"Kamu tuh kalo dikasih tau suami, ngebantah mulu. Heran aku,"

Gak tega sumpah liat mukanya yang mau nangis, tapi dia itu gemesin banget pengen cubit jadinya. Tapi tahan.

"Maaf Mas, aku tahu aku salah," ucap Dira tertunduk.

"Udah gak usah nangis! Cengeng banget jadi cewe. Harusnya kamu tuh kuat, jadi kalo ada yang nyakitin kamu, kamu gak perlu nangis."

"Iya kan kamu yang suka nyakitin aku," ucap Dira sangat pelan, namun masih terdengar olehku.

Kami berdua pun menaiki mobil, kita menuju kerumah mamah, mungkin memang nasib baik sedang berpihak padaku. Sekarang di jalan macet total, kita susah untuk melaju. Kenapa nasib baik? Karena dengan ini aku bisa menyalahkan Dira.

"Tuhkan, kata aku juga apa? Kita gak mungkin sampai tepat waktu. Udah tau kalo jam segini tuh jalanan macet," aku memulai pembicaraan.

"Terus aja salahin aku,"

"Yaiyalah, emang siapa lagi yang mau disalahin? Kucing tetangga? Mikir dong!" Aduh semakin tidak tega aku melihat wajahnya.

"Atuh, Mas da aku juga gak tahu bakalan macet. Udah atuh nyalahin akunya, da aku juga manusia punya salah," ucap Dira sambil tertunduk air matanya hampir saja turun.

"Cengeng banget sih, udah jangan nangis. Udah mah jelek ditambah nangis, jadi makin jelek kan," ucapku sedikit tegas.

Dira terdiam, ahh aku sangat ingin memeluknya.

Hampir satu jam kami terjebak macet, akhirnya kami tiba dirumah orang tuaku. Kami berdua turun dari mobil, saat akan masuk rumah, aku sengaja meninggalkannya sendirian.

Hafiz Pov end

***

Dira Pov

Astaghfirullah, aku harus banyak beristighfar melihat kelakuan Mas Hafiz, seenaknya saja dia memarah-marahiku. Aku kan orangnya cengeng, sekali dibentak bisa langsung nangis. Tega banget sih.

Sial, jalanan pake macet segala lagi. Mas Hafiz makin-makin kan nyalahin akunya, ahh aku sudah tidak kuat.

Hampir satu jam kami terjebak dikemacetan, bokong ku sudah panas, tidak enak duduk ditambah suami yang uring-uringan nggak jelas. Nambah merusak suasana hati.

Sampailah kita dirumah mertuaku, kita tirun bersama-sama. Aku memasuki rumah tapi sangat sepi, lampunya pun mati semua. Seperti tidak ada kehidupan gitu.

Aku menengik kebelakang, tapi Mas Hafiz tidak ada, aku takut karena aku sendiri dirumah ini dan akupun pernah mendengar hal mistis yang pernah dialami disini.

"Mas Hafiz, dimanaa kamu??" Air mataku sudah jatuh, aku ketakutan. Aku mencari saklar lampu, namun sialnya aku tidak menemukannya.

"Mas, aku takut hantu," ucapku sekali lagi. Mungkin jika suamiku mendengar dia bakalan tertawa.

Aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, karena teriak pun tak ada gunanya lagi. Aku memeluk kedua kakiku dan duduk dilantai, betapa mirisnya hidup aku ini.

Tiba-tiba, lampu semua menyala.

"Happy Birth Day Diiraa, Happy Birth Day Diiraa,"

Hah? Apakah ini mimpi? Aku menciba menepuk-nepuk pipiku, aku takut ini hanya mimpi. Disana ada Mamah, Papa, Ibu serta keluarga Baim. Ya Baim yang kemarin aku temui. Aku masih belum sadar akan semua ini, namun..

"Barakallah fii umrik istriku, selamat bertambah usia yang ke 21 tahun. Doaku semoga kau menjadi pendamping hidupku sampai akhir hayat, semoga menjadi istri yang sholehah dan semua keinginan kamu dapat tercapai, maafkan aku tadi mengerjaimu karena aku ingin memberi kejutan yang tidak mengejutkan ini." Suamiku sangat romantis ternyata.

"Ingat sayang, semakin bertambah umurmu di dunia, semakin berkurang pula kesempatan kamu untuk terus hidup. Berbuat baiklah dimanapun dan kapanpun itu. Jadilah orang yang berguna untuk orang lain, karena itulah sebaik-baiknya manusia. Jangan cepat puas dengan apa yang kamu peroleh. Dan jangan selalu melihat keatas, karena jika kamu melihat kebawah kamu akan menemukan orang yang sangat membutuhkanmu. Maafkan aku atas segala kesalahanku padamu, maafkan aku juga tidak bisa seromantis orang-orang diluaran sana. Sekali lagi barakallah fii umrik Adira Nisa Ardani."

Air mataku menyeluruh mendengarkan nasihat suamiku. Ternyata dia bisa sebijak itu. Ya benar semakin usiaku bertambah, semakin sedikit pula jatah hidupku di dunia. Aku memeluknya erat.

"Terimakasih, terimakasih atas semuanya. Aku akan selalu mengingat pesan-pesan yang Mas sampaikan. Dan ingat, aku tidak perlu lelaki yang romantis, aku hanya perlu lelaki yang setia dan bertanggung jawab." Mas Hafiz juga memelukku erat.

Betapa bahagianya hatiku saat ini. Kini orang-orang terdekatku mengucapkan hal yang hampir serupa. Aku sangat terharu mendengarnya. Tapi aku sedih karena diulang tahunku kali ini, aku tanpa ayah. Tapi walau begitu aku tetap ikhlas.

'Ayah, aku sangat bahagia! Jangan sudahi ini Tuhan.' ucapku dalam hati

Tbc:)
Ceritanya makin ga nyambung aja ya. Tapi jangan bosan membaca ceritaku inii🤗
Dan jangan lupa klik tanda bintang serta komen ya mentemen!!!:)

Selamat malam

Fdsfmly

Serpihan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang