Bagian Lima

16.5K 663 23
                                    

Hafiz sangat tahu bila sang istri begitu menyukai sepakbola. Tanpa diketahui Dira, Hafiz membeli dua tiket untuk pertandingan timnas hari ini. Ia akan memberi kejutan pada sang istri. Kebetulan timnas bermain di daerah Jawa Barat. Tepatnya di daerah Pakansari, Cibinong Bogor.

"Dir?" Panggil Hafiz.

"Iya Mas? Ada apa?" Sahut Dira.

"Kamu tahu sekarang timnas bermain?"

"Tahu dong mas! Apa sih yang aku gak tahu tentang jadwal bola?"

"Iya deh iya. Istriku ini kan penggila bola." Hafiz tertawa renyah. "Gimana kalo kita nobar? Mau ga?" Tawar Hafiz.

"Ayok Mas, Ayok! Nobar dimana?" Dira sangat antusias. 'pasti seru kalo nobar, bisa teriak-teriak barengan gitu kalo gol.' Batin Dira.

"Di daerah Braga. Atau ga dimana aja yang ada nobar."

"Oke! Kapan perginya?" Tanya Dira.

"Sekarang, cepet siap-siap sana!" Padahal pertandingan dimulai nanti malam, sedangkan sekarang baru pukul 10 pagi. Tapi mereka sudah siap.

Mungkin karena perjalanan cukup jauh, jadi mereka akan datang lebih awal.

"Siap, captain." Sambil bergaya hormat pada Hafiz.

Hafiz tersenyum senang, melihat kelakuan sang istri. Padahal bisa dikatakan jarang, jika wanita menyukai sepakbola. Tapi istrinya? Begitu gila bola. Aneh memang.

Sambil menunggu istrinya kembali, Hafiz memainkan game di handphone nya. Tak selang waktu lama, sang istri sudah turun menggunakan atribut timnas lengkap. Hafiz hanya geleng-geleng kepala.

"Ayo Mas! Aku udah siap."

"Iya ayo!"

Keduanya memasuki mobil, selama di perjalanan keduanya mendengarkan musik dari Adera yang berjudul muara. Seolah mewakili perasaan keduanya, mereka ikut bersenandung kecil.

Saat di perjalanan, Dira merasa heran karena jalan sudah lewat dari jalan Braga. Namun, ia tetap berfikir positif. Karena tadi suaminya berkata dimana saja yang ada tempat nobar.

Karena tak kunjung sampai, Dira memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. Selama kurang lebih 3jam di perjalanan, selama itu pun Dira tak kunjung bangun.

Sesampainya di tempat, Hafiz membangunkan Dira.

"Sayang, bangun udah sampai." Hafiz menepuk-nepuk pipi Dira.

Dira mengeluh, lalu membuka matanya menyesuaikan dengan cahaya disekitar. Ia masih mengumpulkan nyawa.

Saat sudah sadar, Dira bengong. 'Inikan stadion Pakansari. Tempat bermain timnas. Ini aku mimpi gak sih?' Batin Dira.

"Ayo keluar, sayang!" Ajak Hafiz sambil terkekeh geli melihat istrinya yang mangap-mangap gak jelas.

"Mas.."

"Hm.."

"Mas, aku gak mimpi kan? Cubit aku mas, cubit aku." Hafiz mencubit pipi Dira.

Serpihan Hati (END)Where stories live. Discover now