Bagian Tujuh Belas

12.5K 437 5
                                    

Matahari mulai menampakkan sinarnya. Senyum terlukis indah di wajah Dira seraya menyambut pagi yang terlihat akan cerah ini.

Dira sangat menyukai pagi, karena pagi itu dia bisa menikmati panasnya matahari yang alami, maksudnya masih sehat untuk tulang. Serta pagi hari itu udara masih sangat sejuk, belum terkontaminasi dengan polusi udara akibat kendaraan motor atau sejenisnya.

"Alhamdulillah masih diberi kehidupan di pagi hari ini," ucap Dira seraya memandang indahya matahari.

Dita hampir lupa, dia belum membangunkan suaminya.

"Mas, bangun udah siang."

"Hah, jam berapa ini?" Hafiz masih memajamkan mata

"Jam setengah tujuh," jawab Dira

"Jam segitu berarti masih pagi sayang, kalo siang itu jam sembilannan lah, bentar ya lima menit lagi aku bangun," tawar Hafiz.

"Gak asa lima menit - lima menitan, sekarang pokonya bangun terus kita jogging," ucap Dira final

Harusnya setelah Shalat Shubuh itu ngga boleh tidur lagi, tapi itulah kebiasaan buruk Hafiz yang susah diubah. Dan juga berhubung ini hari libur, Dira mengajak Hafiz jogging, agar dia dan bayinya sehat.

"Mas, cepet dong! Aku kan mau olahraga biar aku sama debay nya sehat," saat Dira berkata seperti itu Hafiz langsung loncat ke kamar mandi, mendengar kata anak saja Hafiz tidak bisa berbuat apa-apa selain menurutinya.

"Tunggu lima menit," teriak Hafiz didalam kamar mandi.

"Iya, cepetan."

Dan benar saja, tidak sampai lima menit Hafiz sudah keluar dengan pakaian santainya.

"Kok udah lagi sih, Mas?"

"Tadi katanya disuruh cepet, sekarang udah cepet malah nanya mulu,"

"Ya habisnya aneh banget, masa mandi bentar banget," cerocos Dira

"Siapa bilang aku mandi? Orang aku ngga mandi, kan mau olahraga buat apa mandi nanti juga keringetan lagi," jelas Hafiz

"Serah lu dah," jawab Dira seenaknya.

"Ngomong apa hah kamu ini?" Hafiz menjewer telinga Dira.

"Ehh, ngga Mas ngga. Aku kelepasan. Hhehe," jawab Dira dengan wajah polosnya.

Jika boleh dikatakan, wajah Dira itu sangat baby face sekali, banyak orang yang menyangka bahwa umurnya masih dibawah 20 tahun. Harusnya dengan kelebihan Dira ini, Hafiz tidak perlu berpaling dari Dira. Tapi ya sudah lah, yang lalu biarlah berlalu.

Setelah perdebatan kecil tadi, akhirnya Hafiz dan Dira pergi keluar rumah untuk jogging.

Mereka pun pergi jogging kesebuah lapangan yang berada di daerah rumahnya. Dari kejauhan, Dira melihat anak kecil yang keadaannya sangat memprihatinkan. Sepertinya dia baru berusia 8 tahunan, rambutnya berwarna hitam, menggunakan baju berwarna biru tapi terlihat kucel.

"Mas, lihat deh kasihan sekali anak itu," ucap Dira sambil menunjuknya.

"Mana?"

"Itu Mas, yang pake baju biru." Dira menunjukkan kembali

"Ohh iya, yaudah kita samperin aja." Dira mengangguk setuju.

Mereka sudah bersama dengan anak kecil tersebut. Ternyata anak itu sedang menangis.

"Halo adek, kamu kenapa menangis?" Dira merasa tidak tega melihatnya, ia membayangkan jika anaknya berada di posisi ini.

Anak kecil itu mendongkakkan kepalanya.

Serpihan Hati (END)Where stories live. Discover now