Kim Seokjin

145 20 5
                                    

* 1 day before summer * 5.30 p.m
Seokjin's Grandma House.

Tepat satu hari sebelum musim panas tiba, Seokjin mengunjungi rumah neneknya di pusat kota London. Ia baru mengetahui kalau neneknya tinggal di London dari ibunya. Semalam Seokjin berbincang dengan ibunya yang berada di Seoul.

Seperti kebiasaan Seokjin sehari-hari, jika sore tiba ia sering membuat teh lemon dengan beberapa kudapan. Walaupun sekarang berada di rumah neneknya, itu tidak menghalangi Seokjin untuk ritual membuat teh sore harinya.

"Nenek, mau kubuatkan teh lemon?" Tanya Seokjin pada neneknya yang sedang membaca sebuah buku di kursi goyangnya.

Sang nenek mendongakkan kepalanya dan menjawab pertanyaan dari cucu tersayangnya. "Boleh, kalau kau tidak keberatan".

"Tentu tidak keberatan nek. Baiklah, aku ke dapur dulu untuk membuat teh" nenek mengangguk mendengar Seokjin.

Rumah nenek Seokjin walaupun berada di pusat kota, namun masih terlihat seperti rumah zaman Victoria. Semua perabotan juga terlihat kuno dan memberikan sedikit kesan menyeramkan.

Rumah ini memiliki penerangan yang tidak terlalu terang. Bisa dibilang agak remang-remang. Seokjin beberapa kali tertabrak perabotan saat berjalan di dalam rumah nenek. Begitu juga sore ini saat ia akan membuat teh di dapur.

Di dapur.

Ctek...

Seokjin sudah menyalakan kompor untuk memasak air. Selagi menunggu air matang, Seokjin menyiapkan cangkir dan teh yang akan diseduh.

Ia mencari-cari di mana tempat gula. Seokjin mencari ke dalam kitchen set. Ia sedikit berjinjit ketika mencari gula. Awan gelap ternyata sudah menggantung di langit. Mungkin karena sudah sore, Seokjin tidak sadar kalau hujan akan segera turun.

Ptaaaarrrr..

Petir menggelegar. Seokjin yang sedang mencari gula pun terperanjat mendengar petir itu. Ia menghentikan pencarian gulanya. Ia melangkahkan kakinya melihat keluar jendela dapur.

"Wow, awannya gelap sekali. Sepertinya hujan akan turun sangat deras malam ini" gumam Seokjin seraya melihat keluar jendela.

Gemuruh terus berbunyi, membuat Seokjin sedikit takut. Di hari yang cerah saja rumah neneknya gelap, bagaimana jika seperti sekarang ini yang mendung. Rumah nenek Seokjin di saat mendung seperti ini terasa lebih mencekam.

Seokjin sebenarnya sangat takut berada di dapur sendirian. Tetapi, Ia tetap melanjutkan kegiatannya mencari gula. Akhirnya ia menemukan gula setelah mencarinya di dekat tumpukan tepung di sudut kitchen set. Ia menuangkan tiga sendok teh gula ke masing-masing cangkir. Saat Seokjin sedang menyendok gula, kerlingan matanya menangkap sesuatu yang bergerak di luar jendela dapur.

Ia berhenti menuang gula ke dalam cangkir. Seokjin memberi perhatian lebih ke arah jendela untuk memastikan apa yang ia lihat tadi. Ia mencoba mendatangi jendela dan membukanya.

"Tadi apa ya yang lewat?" Gumam Seokjin saat melihat-lihat keluar jendela. Ia tidak menemukan apapun di luar. Hanya suara angin yang menderu-deru dan berhembus ke arahnya yang membuat poni Seokjin sedikit melambai-lambai. Seokjin menutup kembali jendela dapur.

Tuuuuuuttt...

Teko sudah bersiul menandakan air yang dimasak oleh Seokjin sudah mendidih. Ia pun segera mematikan kompor dan menuang air mendidih tersebut ke dalam cangkir yang sudah ia sediakan.



Ting... nong....

Seokjin terkesiap saat sedang menuang air panas, ada yang menekan bel rumah neneknya. "Hah, siapa ya yang datang. Padahal hari sudah mau malam" - batin Seokjin.

Seokjin menyelesaikan kegiatannya membuat teh di dapur. Tidak lupa ia memotong lemon dan meletakkannya di atas piring tatakan cangkirnya. Setelah selesai, ia segera berlari ke pintu depan untuk memastikan siapa yang datang.

Saat ini Seokjin tepat berada di depan pintu. Ia berpikir, "kalau yang datang itu penting untuk bertemu nenek, pasti dia akan membunyikan belnya terus menerus. Aneh, belnya hanya berbunyi satu kali" - batin Seokjin. Rasa takut langsung menyelimutinya.

Ting.... nong...

Bel berbunyi lagi. Seokjin memberanikan dirinya untuk melihat siapa yang menekan bel rumah neneknya.

Ceklek..

Seokjin membuka pintu, ia mengedarkan pandangannya ke teras. Namun, ia tidak melihat siapapun di teras. Bulu-bulu di tubuh Seokjin seketika meremang. Angin berhembus lagi, tidak terlalu kencang namun cukup dingin dan membuat suasana mencekam.

Jantung Seokjin saat ini berdebar tidak karuan karena ketakutan. Lalu, Ia bergegas menutup pintu rumah.

Blaaam..

Seokjin menutup pintu dengan seluruh kekuatannya, jadi lah pintu itu terhempas cukup kuat. Diaturnya ritme jantungnya agar kembali beraturan. Ia memegangi dada sebelah kirinya merasakan kalau jantungnya sudah berdetak normal. Ia pun sudah bisa menguasai keadaan.

Ia kembali ke dapur untuk mengambil teh yang dibuatnya tadi. Neneknya ternyata kembali ke kamarnya selagi menunggu Seokjin membuat teh. Ia meletakkan teh lemonnya di atas meja. Ia bersiap untuk memanggil neneknya. Saat ia berjalan menuju kamar nenek, bel rumahnya berbunyi lagi.

"Siapa lagi itu? Tidak mungkin ada anak-anak yang jahil di sini" gumam Seokjin sambil membalikkan badannya menuju pintu utama.

Ia membuka kembali pintu yang sempat dibanting. Lagi, ia tidak menemukan apa-apa di luar sana. Agak kesal juga jika lama-lama seperti ini terus, begitu pikir Seokjin.

Seokjin mencoba keluar dari rumah, ia berdiri di teras. Tidak seorangpun yang lewat di depan rumah neneknya. Kalaupun ada anak-anak yang jahil, pasti terdengar suara tertawa mereka yang tertahan.

Suasana mencekam kembali terasa. Ia berjalan mundur masuk kembali ke dalam rumah. Tetapi kakinya seperti menginjak sesuatu. Ia langsung melihat apa yang terinjak olehnya.

"Hah, amplop?" Ujar Seokjin heran. Diambilnya amplop itu dan bergegas ia masuk kembali ke dalam rumah.

To: Kim Seokjin

Begitu yang tertulis di atas amplop tersebut. Penasaran, Seokjin membuka amplop tersebut dan menemukan ada secarik undangan di dalamnya.

To: Kim Seokjin

Datanglah ke Villa Luminous
34, Orchid Street
Datanglah pada hari ke-3 musim panas

From: H.V

Ia heran ketika melihat undangan itu tertuju padanya. Ia takut karena tidak mengenal siapa yang mengiriminya undangan seperti ini. Seokjin berencana akan memberitahu kepada sahabat-sahabatnya besok di kampus.
.

.

.

.

.

.

.
Tbc..

Seokjin ketakutan di rumah neneknya guys, ehehe.. besok mereka semua berkumpul untuk membahas undangan yang mereka dapatkan secara misterius.

Please, vote and comment ya readers.. thx 💕🙏✌

-N.C-

Where Are We? [BTS] (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now