46

10.6K 1.4K 95
                                    

VOMMENT DONG BIAR AKU UP LAGI BESOK WKWKWKWKWKWKKWK 💖💖💖

--


"Ck. Choi Beomgyu, kau benar-benar sebucin itu, ya?" Lai Guanlin menggelengkan kepalanya dan kembali menyeruput americano-nya yang mulai mendingin.

Keduanya baru saja menyelesaikan laporan praktik dan langsung memilih untuk menghabiskan waktu di coffee shop terdekat. Kalau Guanlin sedang mencoba meringankan pikirannya dengan americano, Beomgyu lebih memilih untuk menaikkan mood-nya dengan ice caffe mocha.

"Aku tidak pernah melarang Saejin untuk berteman denganku, tapi kalau caranya serendahan itu, aku tidak bisa diam saja." ceritanya terlihat seperti anak abg yang frustasi. Baiklah, katakan saja begitu, karena Beomgyu benar-benar frustasi sekarang.

"Aku tahu, Saejin sangat menyukaimu. Itu inti permasalahannya."

Beomgyu menggeleng pelan, "Tidak salah menyukai seseorang. Kau bahkan berhak menyukai Dami jika kau mau. Hatimu tidak bisa kau atur, kita tidak bisa memilih siapa orang yang akan kita cintai. Namun tindakkanmu setelahnya yang akan membuat itu menjadi permasalahan."

Guanlin tersenyum, "Benar. Saejin hanya harus merelakanmu."

"Kau pernah dengar? Kalau seseorang yang kita cintai dan orang yang mencintai kita tidak akan pernah menjadi orang yang sama."

Guanlin menggeleng singkat membuat Beomgyu menarik sudut bibirnya dan tersenyum tipis. "Aku mendengar itu dari Woojin. Rasanya semua itu benar."

"Bagiku itu terdengar seperti sebuah pilihan, antara memperjuangkan sesuatu yang kau inginkan atau hanya berdiam diri dan membiarkannya pergi," ujar Guanlin memberikan senyum manisnya yang sangat berbanding terbalik dengan americano.

"Lalu, apa kau dan Dami saling mencintai?" tanya Guanlin mendapat tawaan ringan dari Beomgyu. "Aku tidak mau terlalu percaya diri, tapi bagaimana jika kukatakan ... iya?"

"Wah, Choi Beomgyu, kau benar-benar sombong! Aku benar-benar ingin merasakannya juga. Hanya saja aku tidak percaya diri dalam membagi waktuku. Aku takut kekasihku terabaikan karena aku terlalu sibuk."

"Kau tahu sendiri kan, jangankan memperhatikan orang lain, kita saja masih sulit memperhatikan diri sendiri." lanjut Guanlin disambut anggukkan kepala Beomgyu.

Tentu saja, Guanlin tidak salah. Saking sibuknya mengurus laporan dan praktik, rasanya semua anak kedokteran sangat sulit memiliki waktu luang. Beomgyu benar-benar harus bersyukur karena Dami memperhatikannya dengan baik dan sanggup mentoleransi kesibukkan Beomgyu.

Tak lama ponsel Beomgyu berdering, ia sempat terkejut melihat nama penelepon di layar ponselnya. Ia lantas cepat-cepat menjauh dari mejanya dan mencari tempat yang sepi. "Halo, sunbae?"

"Beomgyu! Wah... kau masih sangat cekatan ya?"

Beomgyu tertawa pelan sembari mengusap pelan leher bagian belakangnya. Kim Seokjin−dokter senior yang menjadi pembimbingnya− tiba-tiba saja menelepon dan membuat lelaki itu sedikit terkejut.

"Ada apa, sunbae?"

"Tidak ada apa-apa, kau lowong malam ini?"

"Mmm... sepertinya aku lowong, sunbae."

"Kalau begitu, bisa datang ke restoran Jihwaja? Daerah Jongno-gu, sekitar satu kilometer dari Gyeongbokgung. Aku sudah menyewa tempat private untuk makan malam. Kau bisa bawa kekasihmu. Aku akan mentraktirmu makan bersama istriku."

Beomgyu meneguk salivanya dengan susah payah. Maksudnya, sungguh? Seokjin akan mentraktirnya di restoran semahal itu? Apa dia serius?

"Beomgyu?"

NO LONGER | Choi Beomgyu✔Where stories live. Discover now