20. Secret Admirer

752 140 85
                                    

Setelah pertemuan terakhir Seokmin dan Jisoo di Perpustakaan, banyak hal yang terjadi tanpa disadari oleh banyak pihak. Bahkan oleh Seokmin sekalipun, meski ia berperan sebagai objek utama. Jisoo memendam semua masalah sendiri. Berharap dapat meringankan masalah laki-laki bangir itu. Namun, apa yang Jisoo dapat? Masalah yang Seokmin hadapi memang berkurang. Tidak ada lagi yang datang untuk menindasnya. Akan tetapi, beban yang dipikul oleh Jisoo menjadi sangat berat. Seperti ribuan ton beratnya.

Begitu mengetahui bahwa selama menjelang ujian semester Seokmin dan Jun tidak pernah berhenti didatangi oleh Wonwoo, Jihoon, Seungkwan dan juga para kekasih mereka, Jisoo tidak tinggal diam. Memikirkan banyak hal. Mencari akal. Bagaimana caranya ia dapat membantu Seokmin, tanpa ketahuan. Seperti yang sebelum-sebelumnya. Tidak ada pilihan lain. Satu-satunya cara adalah dengan mencari keberadaan Wonwoo. Tidak perlu berkeliling, karena ia sudah tahu betul di mana mereka semua sering berkumpul. Lokasi pengeroyokan Seokmin dan Jun kemarin. Markas mereka.

Jisoo merasa seperti masuk ke dalam kandang singa. Tubuhnya tidak terkoyak. Kulit mulusnya masih utuh. Namun, apa yang disyaratkan Wonwoo agar mereka semua berhenti mendatangi Seokmin dan Jun adalah penyebab kesakitan Jisoo. Misi secret admirer kali ini sangat amat menyiksa Jisoo, setelah sebelumnya sangat menyenangkan.

"Kami berhenti mengganggu Seokmin dan Jun, kamu hindari Jeonghan dan Minghao. Bagaimana? Deal?" Wonwoo menyeringai penuh kemenangan saat mengucapkannya.

Sebelum mulai menceritakan semua masalahnya pada Seokmin dan hanya pada Seokmin, Jisoo membuat pengakuan yang membuat laki-laki itu mengalami serangan jantung. Selama ini, Jisoo lah yang memegang peran sebagai secret admirer.

Jisoo adalah gadis yang memesan meja khusus untuk Seokmin, saat laki-laki Lee itu kehujanan.

Jisoo adalah gadis yang mendatangi Seokmin saat ditinggalkan Wonwoo dan kawan-kawannya di atap gedung, sedangkan hujan lebat turun padahal kaki dan tangannya masih terikat.

Jisoo adalah gadis yang memasangkan alarm agar Seokmin dan Jun bangun sebelum jam kuliah dimulai.

Dan, masih banyak lagi hal yang secara diam-diam Jisoo lakukan untuk Seokmin. Termasuk menghentikan penindasan mereka semua dengan cara mengorbankan dirinya sendiri.

Seokmin menggigit bibirnya kuat-kuat. Mendengarkan penuturan Jisoo dengan seksama, tanpa sadar air matanya jatuh. Jisoo melihat setetes air mata itu. Tergenang di pangkal pahanya yang bertumpukan dengan kaki Seokmin. Keduanya tengah duduk berhadapan di sofa apartemen Jisoo. Kepala Jisoo sedari tadi menunduk. Tidak sadar bahwa Seokmin menangis selama mendengarkan pengakuannya.

Dengan hati-hati Jisoo mengangkat kepala. Membalas pandangan Seokmin yang nampak tidak pernah bisa berhenti menatapnya dengan lekat. Mata Jisoo ikut berkaca-kaca melihat mata basah Seokmin. Merah, dengan guratan kecil di sekitar matanya yang putih bersih. Selama ini Jisoo hanya dapat melihat mata Seokmin yang selalu tertutupi oleh kacamata. Tidak menyangka bahwa laki-laki Lee ini memiliki bentuk mata yang begitu indah. Juga beberapa kerutan yang terbentuk akibat terlalu sering tertawa. Itulah poin penting. Seokmin dan Jun masih bisa bahagia meski terus disiksa. Jisoo kagum.

"Kenapa kamu melakukannya?" tanya Seokmin, amat pelan. Nyaris berbisik. Suaranya begitu samar. Kalah dengan suara isak yang berusaha ditahan.

Jisoo kembali menunduk. Setetes air mata Seokmin tadi masih berada di atas pahanya. Setetes air mata itu seperti mengkristal. Jisoo menyentuhnya. Memecahkan genangan. Membaurkannya ke kulit. Menarik kedua kaki yang tadi bertumpuk dengan kaki Seokmin, menjadi duduk bersila. Namun masih berhadapan. Merasa sudah begitu nyaman dengan posisinya.

"Tidak ada alasan," Jisoo mengangkat bahu sekali. "Awalnya seperti itu. Tapi sekarang berubah. Ada rasa kepuasan tersendiri setiap kali melihat kamu dan Jun hidup dengan damai."

Fùzá (✓)Onde histórias criam vida. Descubra agora