11. Kaus dari Amerika

669 137 85
                                    

Persis dengan dugaan sebelumnya. Wonwoo dan kedua temannya pasti menunggu Seokmin hingga benar-benar keluar dari apartemen Jisoo. Meski harus menunggu lebih dari dua jam lamanya. Melipat kedua tangan di depan dada. Menyambut kedatangan Seokmin. Mata ketiga gadis itu nampak sangat tajam menantikan cerita. Meminta penjelasan atas apa saja yang Seokmin lakukan di dalam apartemen Jisoo. Hingga betah berlama-lama di sana. Tentu mereka tidak akan percaya begitu saja tanpa bukti yang jelas.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa sangat lama?" tanya Seungkwan. Mata menyelidik penampilan Seokmin dari atas hingga bawah. "Kenapa rambutmu jadi basah seperti ini? Kamu datang ke apartemen Jisoo hanya untuk menumpang mandi, ya?"

Seokmin tergagap. Rambut basah itu memang salah satu rencananya dengan Jisoo. Sebenarnya Jisoo yang memiliki ide tersebut. Seokmin sempat menegur agar tak berlebihan dalam menyusun skenario. Namun gadis Hong itu membantah. Menurutnya tidak ada yang berlebihan dalam skenario kali ini. Ternyata Jisoo pun tak kalah tegasnya jika sudah memberi perintah. Dengan teriakan ia mengomel karena Seokmin sempat menolak rencananya. Bahkan mengancam Seokmin akan membocorkan rahasia pada Jeonghan dan Minghao. Seokmin tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti apa yang diinginkan Jisoo.

Bukan apa-apa. Seokmin hanya khawatir kalau nantinya ia akan terbawa perasaan. Jisoo memang tidak mungkin. Mustahil gadis yang berpenampilan bak seorang putri kerajaan meski hanya mengenakan haus kebesaran itu bisa jatuh cinta pada Seokmin. Tapi, Seokmin sebaliknya. Mustahil ia tidak jatuh cinta pada gadis seperti Jisoo. Selain itu, skenario yang diciptakan oleh Jisoo terlalu berbahaya.

"Y-ya... Aku sempat menumpang mandi di sana," jawab Seokmin sekenanya. Berusaha tak terlalu banyak bicara. Kalau bisa hindari argumen yang diinginkan Jisoo.

Kening Jihoon mengerut. Menangkap gelagat tak baik dari perilaku yang Seokmin tunjukkan. "Apa saja yang kalian lakukan sampai harus menumpang mandi di sana?"

Seokmin menelan ludah dengan susah payah. Bingung hendak menjawab apa. Ia sungguh tidak tega membawa Jisoo masuk ke dalam skenario yang malah akan membuat image-nya memburuk. "I-itu..."

Ucapan Seokmin terpotong berkat suara notifikasi ponselnya. Sebuah panggilan masuk. Selca cantik yang menampilkan senyum manis Jisoo terpampang jelas pada layar ponsel. Membuat Wonwoo takjub. Tak menyangka hubungan Seokmin dan Jisoo sudah sejauh itu.

"Cepat angkat," perintah Wonwoo. "Tapi di-speaker. Aku ingin dengar."

Suara tegas Wonwoo sungguh berbanding terbalik dengan Seokmin yang semakin panik dibuatnya. Ia khawatir kalau-kalau Jisoo akan membicarakan skenario mereka tadi. Dan, tentu Seokmin yakin bahwa topik itu yang akan dibicarakan oleh Jisoo. Memangnya apa lagi? Hanya itu yang bisa dijadikan alasan kenapa mereka bisa saling bertukar nomor telepon dan berkomunikasi.

Mengangguk lamban, penuh keraguan Seokmin mengangkat sambungan telepon dari Jisoo. Menekan tombol speaker. Berdo'a dalam hati. "H-halo?"

"Seokmin... Kamu di mana?"

Seokmin terbelalak. Tidak hanya laki-laki berhidung perosotan taman kota itu yang terkejut, namun juga tiga orang gadis yang berdiri di hadapannya. Tentu saja. Siapa yang tidak terkejut mendengar suara Jisoo? Gadis itu seperti baru saja bangun tidur dengan suara yang parau. Bahkan bagi Seokmin, panggilan itu seperti sebuah godaan besar. Jisoo seperti sedang melantunkan namanya dengan suara yang manja.

"A-aku dalam perjalanan pulang, ada apa?"

"Dan meninggalkanku begitu saja?" suara Jisoo mendadak lantang. Namun setelahnya, kembali lembut dan manja. "Dalam keadaan seperti ini? Tega sekali..."

"M-maaf, tapi..." Seokmin sungguh bingung hendak bicara apa. Skenario apa lagi yang tengah Jisoo susun untuknya?

"Sekarang di mana pakaianku?" tanya Jisoo.

Fùzá (✓)Where stories live. Discover now