PROLOG

2.9K 256 71
                                    

Ini murni dari hasil pemikiran dan imajinasi saya sendiri, bukan hasil copy dari cerita orang lain. Jika ada kesamaan kata, tempat, nama, itu adalah murni ketidaksengajaan penulis.

•••

"Selamat datang di awal dari segala
kehancuran yang ada."

-Author manis-

•••

"wah udara nya sejuk banget ya Dev, Keke suka deh disini." Senyum di pipi Keke tidak pernah luntur sama sekali sedari tadi.

Dev sangat bahagia melihat Keke tersenyum lepas. "Iya Ke, kapan-kapan kita kesini lagi ya." Dev mengusap kepala Keke dengan lembut, memberikan kenyaman di sana.

"Dev-Dev. Nanti kalo kita sudah besar, Dev janji ya sama Keke kita bakal sama-sama terus. Keke mau Dev nikah sama Keke nanti. Janji ya Dev." Keke mengangkat jari kelingkingnya.

"Em, Dev gak bisa janji Ke," ujar Dev, wajahnya kini berubah menjadi suram.

"Kenapa?" Mata Keke berkaca-kaca, ia berusaha dengan kuat menahan air mata yang hendak lolos dari mata besarnya itu, walau akhirnya ia gagal.

Dev tidak tega melihat Keke menangis, mau tidak mau akhirnya ia mengiyakan permintaan sahabatnya itu walau mustahil.

"Iya deh iya. Dev janji bakal selalu ada buat Keke, Dev juga janji kalo Keke itu bakal jadi segalanya buat Dev." Dev mengangkat wajah Keke yang menunduk, ia tersenyum lalu mengecup pipi Keke sekilas.

Pipi Keke memanas.

"Dev pipi Keke panas," ujar Keke dengan polosnya.

Gemas. Akhirnya Dev mencubit pelan pipi Keke yang semakin memerah.

"Ihh Dev sakit tau pipi Keke-nya." Keke mengerucutkan bibirnya membuat Dev semakin gemas.

"Hahahaha." Dev tertawa. "Yaudah kita pulang aja yuk, udah mau sore ini." Dev menarik tangan Keke meninggalkan taman.

•••

Terjaga.

Mata Aldev terbuka dan membulat sempurna.

Keringatnya bercucuran. Napasnya terengah-engah. Lidahnya mendadak kelu. Dan tubuhnya memanas.

Aldev menoleh ke arah sekitar, mendapati kenyataan bahwa dia sedang berada di kelas. Dia tertidur. Untung saja Dosen mereka berhalangan hadir, jika tidak bisa habis lelaki malas itu.

"Kenapa lo? mimpi lagi? Makanya jangan molor mulu di kelas."

Aldev menatap orang yang berbicara padanya barusan. Sorot mata Aldev menyiratkan bahwa ia sedang tidak ingin diganggu sekarang. Tapi, bukan Gavin namanya kalo menuruti Aldev begitu saja.

Gavin dan Aldev bersahabat sejak mereka masih kecil. Ya, mereka bertiga. Bahkan mereka mungkin sudah terikat satu sama lain.

Oh iya hampir lupa, yang di maksud dengan mereka bertiga adalah Aldev, Gavin, dan Kenya tentunya.

Aldev bangkit dari kursinya. Ia pergi meninggalkan kelas, di susul oleh Gavin di belakangnya.

"Kenapa sih Al, lo gila atau sinting? Gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba ninggalin kelas tanpa ngomong apa-apa, jangan-jangan lo kesambet setan kelas lagi Al," ujar Gavin heboh sendiri.

Memang kebiasaan Gavin mah gitu.

"Bisa diem gak sih! Berisik tau Gav!" Aldev menatap Gavin tajam.

"Memang lo mau kemana sih Al?" Gavin menyentak tangan Aldev agar berhenti berjalan.

Aldev berhenti, ia menghempaskan tangan Gavin. "Gue mau ke toilet. Mau boker!" ujar Aldev dengan santainya.

Gavin menganga. "Lah, terus gue sia-sia dong ngikutin lo dari kelas tadi. Ah sumpah ngeselin lo Al. Mending ke kantin gue tau gini!" Gavin pergi meninggalkan Aldev yang masih setia dengan wajah ngeselinnya.

"Lah, suruh siapa ngikutin gue. Emang bego lo Gav, untung sahabat." Aldev geleng-geleng kepala, lalu masuk ke dalam toilet memenuhi panggilan alam.

Aldev membuang puntung rokoknya ke tempat sampah. Ia mencuci wajahnya, berkumur-kumur, lalu mengeluarkan permen dari saku dan memakannya.

Aldev berjalan santai menuju kantin FEB, menghampiri Gavin yang duduk di kursi pojok milik mereka.

"Gav, pesenin gue makan dong, gue laper nih." Aldev mengelus-elus perutnya.

"Mager ah. Gue lagi makan ini, lo liatkan," ujar Gavin nyolot. Tidak terima disuruh membeli makanan.

"Yaudah santai aja kenapa Gav, jangan nyolot." Aldev menoyor kepala Gavin, lalu pergi memesan bakso mang iwan langganannya.

"Anjing Lo Al. Kalo gue keselek bakso emang lo mau tanggung jawab!" Gavin memekik keras, karena ulah Aldev tadi ia hampir saja tersedak bakso urat.

Aldev cekikikan melihat wajah sahabatnya yang sedang marah-marah dan menyumpah serapahi dirinya dari kejauhan.

•••

Prolog dulu ya.

Jangan lupa voment.

DEVANARAWhere stories live. Discover now