02. Klausa Tanpa Noda

1K 174 92
                                    

Semoga nggak bengek bacanya...

Sudah tengah wengi, dengan payoda yang menggantung manja di pelataran dirgantara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sudah tengah wengi, dengan payoda yang menggantung manja di pelataran dirgantara. Tak lupa jua pada cicitan meresahkan bagi kalangan mereka. Seumpama bersuara lagi mungkin ingin sekali diberi racun di sekitarnya. 

Tengah malam yang suram tak selalu terendam. Oleh wulan sebulat penuh akan bias yang kelam.

Ibu satu anak itu baru saja menyelesaikan puji astu pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia berbait-bait aksara atas keingin rasa dipermudahkan jalan hidupnya, maupun dilancarkan rezekinya. Tahajud di aram temaram yang masih menyingsing rembulan candra.

Dikecupnya perlahan surai anak kecil yang masih terlelap, bergerak ke sana kemari mungkin sedang resah? Ah, atau bahkan mengalami buruk rupa pada kembang lelapnya? 

Tepukan pada jaringan epidermis yang kenyal berirama. Hendak membangunkan sang Anak yang sedang tidak baik-baik saja. Lantas, ia pun mengangkat suara, “Bayu... Bayu? Kenapa, Nak?” tanyanya terselip khawatir. Nada bicaranya sedikit bergetar takut melihat netra Bayu terkatup gulir.

Balita itu tetap saja bergerak resah, membuat sang Ibunda merasa semakin gelebah. “Bayu... bangun dulu, Nak,” ujarnya sekali lagi. Meminta anaknya tuk membuka sekar mekar di indranya walau hanya sekali.

Berada di dalam petak kubikel, Bayu mengusung kembali sukma yang berlarian. Direnggutnya kembali agar ia sadar dari tidur malamnya. Manik jelaga itu terbuka kecil dan sipit, sebab intensitas cahaya menukik jauh di sana. 

“Bilang sama Ibu, Bayu kenapa? Mimpi buruk?” ayat tanya dikemukakan.

Bayu menggeleng.

Mustika terus bertanya kembali, “Bayu mau apa? Laper lagi? Atau digigitin sama nyamuk nakal?” beruntun tanya itu merangsek kedua rungu.

Anak lelaki satu-satunya di keluarga Hafid. Yang mana dengan asma lengkap Bayu Hafidz Renjana, beserta arti indah berupa kesempurnaan dan kebaikan seorang anak penghafal Al-Qur’an dengan rasa hati yang kuat, menggelengkan jemala. 

“Bayu kebelet pipis, Bu...” ujarnya polos. Ia kini terduduk berhadapan dengan Mustika yang masih mengenakan mukena.

Bu Tika menghela lega dan sedikit menggelengkan kepala gemas. Ia kira Bayu sedang dihantui mimpi buruk, namun balas tanya dari Bayu membuat hilang rasa yang takut.

“Ayo, sini... Ibu anter ke kamar mandi,” ajaknya seraya mengait pergelangan hasta Bayu. Renjana itu berjalan gontai masih dengan netra sedikit terkatup.

Selepasnya, tungkai mereka dirakit menuju kubangan tirta penuh berbulir-bulirnya basut. Bayu lekas masuk ke dalam kubikel tersebut.

“Ibu... Ayah mana?” tanya balita itu seusai berkutat dengan urusannya.

Menjawab, “Oh... Ayah di teras, barusan pulang kerja.” Mustika mengajak Bayu kembali ke ruang bagian depan. “Bayu mau ketemu ayah?”

Lentera Malam | JakeWhere stories live. Discover now