18. Gemuruh Palung Hati

159 20 12
                                    

Enjoy reading, fwends!
Sorry for late update :(

Hari telah berganti, begitu pula rotasi perputaran mentari kepada bumi asri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari telah berganti, begitu pula rotasi perputaran mentari kepada bumi asri. Suara kepakan sayap dara maupun cuitan burung sriti, mengawali sebuah hari baru di bulan berikutnya. Dengan sepotong seragam, tatanan surai gelap yang rapi, serta sebuah tas kecil yang menggantung di balik punggungnya menjadi sebuah figur lelaki dua ribu dua. Ia mempercepat betisnya melangkah pada bantalan keras paving dengan sol yang bergesekan.

Seperti biasa, Senin adalah hari di mana semua warga sekolah mengikuti upacara rutinnya. Mengibarkan sang Saka Merah Putih dengan khidmat, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, dan tiada lupa dengan puji astu maupun doa-doa kepada para pahlawan yang telah gugur di medan perang demi bangsa kita.

Hampir sepetak lagi dirinya mencapai ruang kelasnya di ujung lorong sendirian, (sudah tidak diantar Ibu lagi) ia pun harus memutar tubuh karena panggilan seseorang di belakangnya.

“Bayu!”

Ia berlari tergesa dengan dua kepangan lucu di samping kanan dan kiri kepalanya. Terayun ke sana kemari sebab ulahnya sendiri. Membawa sebuah topi di genggamannya sambil menghampiri Bayu Renjana. Kemudian dirinya tiba di hadapan seorang anak adam dengan senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya.

“Aku bareng ya ke lapangannya,” ucapnya lagi dengan garis bibir yang merekah bagai ladang kusuma.

Lawan bicaranya hanya mengangguk, ia buru-buru meletakkan tasnya sejenak dan bergegas menuju lapangan yang tak begitu jauh dari lokasinya berada. Sambil berjalan cepat, ia mengenakan topi merah-putih dengan rapi dan membenarkan dasinya yang sedikit berantakan. Sejak kecil, Bayu menyukai kerapian. Ibu yang mengajarkannya.

“Perilaku yang rapi, bersih, dan sopan itu membuat pribadi kita menjadi terarah, Nak,” kata Mustika, waktu Bayu acapkali membiarkan mobil-mobilannya tidak tertata rapi di dalam boks khusus miliknya.

Dulu ia seringkali mengabaikan perkataan-perkataan Ibunya yang menyuruh Bayu untuk membersihkan mainannya sendiri. Bayu pikir, itu adalah hal sepele yang dapat ia bereskan nanti-nanti saja.

Namun siapa sangka jika di dalam bilik kamarnya, ia menemukan sebuah hewan yang mirip sekali dengan kurma itu berada di sana. Ia beteriak kaget, sekaligus merasa geli saat mendapati kecoanya diam saja di dekat mainan Bayu. Langsung saja dia berlari pada Ibunya dan bilang bahwa, “Bayu janji, Bu. Bayu pasti beresin mainannya lagi di boks kokkk.” Mendengar hal itu, beliau pun hanya tersenyum saja menanggapi anaknya yang ketakutan. Dan sejak saat itu, ia tak lagi mengabaikan perilaku rapi dan bersih di dalam hidupnya.

Tapi, asal kalian tahu… yang dimaksud hewan berwarna coklat gelap oleh Bayu itu sebetulnya hanyalah mainan saja, kok. Ibu hanya ingin Bayu tahu, bahwa kebersihan dan kerapian adalah yang utama. Dengan begitu, anak semata wayangnya jadi paham akan dua hal penting tersebut.

Kembali lagi dengan Bayu dan seorang gadis yang kini sudah berada di lapangan. Ia baris di urutan ketiga setelah Nathan berada di nomor dua. Sedangkan gadis yang ikut bersamanya berada di barisan samping kirinya karena mereka berbeda kelas.

Lentera Malam | JakeWhere stories live. Discover now