"Apa kelas pertamamu?" tanya Lauren.

"Dasar-dasar antropologi" jawabku, mengecek kembali selembar kertas di tanganku.

Lauren dan Ashley saling melemparkan pandangan, "Apakah pengajarnya adalah Mrs Margaret Hilman?" tanya Ashley. Aku mengangguk.

"Kita punya kelas yang sama, mengapa kau tidak mengatakannya sejak tadi!" Pekik Lauren.

Ashley lagi-lagi tersenyum dan berkata, "Aku sudah tahu di mana ruangannya, ayo kita harus bergerak cepat jika tidak ingin terlambat, lima menit lagi kelas akan dimulai"

Aku dan Lauren berlari kecil mengikuti Ashley yang sudah mengetahui di mana kelas pertama kami berada. Jujur aku tidak ingin menjalin pertemanan yang baru, tapi mereka tampaknya cukup asyik dan tidak seserius mahasiswa yang lain. Dan aku pikir aku butuh setidaknya satu atau dua orang teman yang dapat kuandalkan untuk membantuku selama perkuliahan. Yeah, Lauren dan Ashley tampak sempurna. Kami dapat saling membantu dan bekerja sama.

Sesampainya di ruang kelas, kelas memang belum dimulai tapi Mrs Hilman sudah duduk di depan sambil menyiapkan presentasi untuk memulai mata kuliahnya. Aku, Lauren, dan Ashley mengambil duduk yang berdekatan. Lauren yang berada di depanku berbalik hanya untuk berkata, "Sekali lagi maaf soal kemejamu"

Aku tersenyum sambil menggeleng pelan, "Bukan apa-apa, Lauren"

"Jangan berisik, kelas akan dimulai!" interupsi Mrs Hilman. Lauren meringis dan kembali duduk menghadap ke depan setelah Mrs Hilman menegur kami, beliau memulai kelasnya dengan wajah yang tidak bersahabat. Oh, ini adalah kelas pertama di pagi yang cerah tapi kami sudah bertemu dengan dosen killer saja!


Kelas Mrs Hilman berlangsung selama empat puluh lima menit dan setelah kelas berakhir dia meninggalkan tugas untuk kami kerjakan. Dia ingin kami menulis secara manual resume dari materi yang baru saja dia ajarkan dan tugas ini akan dikumpul pada pertemuan yang selanjutnya yaitu minggu depan. Para mahasiswa tampak kesal dan menggerutu saat Mrs Hilman meninggalkan ruang kelas, tapi itu tak berlangsung lama sebab sekelompok mahasiswa semester tua masuk ke ruang kelas kami selang beberapa detik setelah Mrs Hilman pergi.

Jumlahnya ada enam orang dan mereka datang untuk menyebarkan undangan sebuah acara penyambutan mahasiswa baru yang dilakukan setiap tahunnya di universitas ini. Undangan mulai disebarkan oleh dua orang, dan seornag pria yang menyebarkan undangan pada barisanku berhenti saat ia berada tepat di hadapanku.

"Apakah kita pernah bertemu?" tanyanya dengan mata yang menyipit mencoba mengenaliku.

Aku menatapnya lekat. Wajah mirip Justin Bieber itu....tidak, kami tidak pernah bertemu.

"Sepertinya tidak" kataku, "Boleh aku minta undangannya?"

"Ini aneh, rasanya aku pernah melihatmu di suatu tempat"

Yeah, terserah dia saja.

"Please?"

Lelaki itu mengangguk lalu menyerahkan selembar undangan kepadaku sambil berkata, "Di sudut bawah terdapat kode, kau harus masuk ke dalam website terlebih dahulu lalu scan kodenya kemudian kau bisa terhubung dengan mahasiswa-mahasiswa yang ada di sini"

Aku mengangguk paham, "Baik, terima kasih" kataku.

Lelaki mirip Justin Bieber itu pergi dan Lauren segera berbalik menatapku lalu berbisik, "Apa yang ia katakan kepadamu?" gadis itu terlihat sangat penasaran.

"Dia yakin kami pernah bertemu"

Ashley yang duduk di sisiku berkata dengan suaranya yang datar, "Dia tertarik kepadamu, Sasha"

Oh, benarkah?

Aku menatap Ashley bingung, "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Berdasarkan pengalamanku itu adalah basa-basi kaum pria yang ingin berkenalan dengan lawan jenisnya"

Oh, klise sekali.

Aku melirik pria itu dan mendapati ia melemparkan senyum untukku. Sialan tidak, baru sehari aku menginjak kampus tidak mungkin ada lelaki yang langsung tertarik kepadaku. Mengabaikannya, aku mulai membuka website yang tertera pada kartu undangan yang mereka berikan lalu melakukan scan pada kode sesuai dengan arahannya. Aku membaca dengan detail tentang acara yang mereka selenggarakan, ternyata ini bukanlah acara resmi dari kampus melainkan cuma ide mahasiswa untuk saling mengenal dan menjadi akrab lewat sebuah acara yang mereka sebut dengan Welcome Party.

Oh, aku tidak yakin Paman Will akan mengizinkanku pergi!

Men-scroll ke bawah aku menemukan banyak dokumentasi Welcome Party yang dilakukan setiap tahunnya. Ibu jariku berhenti mengusap layar ponsel ketika aku menemukan wajah si Justin Bieber pada salah satu sampul vidio. Ia bernyanyi dan bermain gitar, ada juga sampul vidio yang menunjukkan kalau ia tampak mahir bermain voli pantai. Oh, ternyata dia cukup menyenangkan dan tidak freak seperti yang aku pikirkan sebelumnya.

Setelah para mahasiswa lama itu pergi meninggalkan ruang kelas kami, aku tetap melihat-lihat hasil dokumentasi Welcome Party tahun lalu. Aku memasang earphone ke telingaku sebelum memutar video di mana dia sedang bermain voli pantai di acara tahunan itu. Dia terlihat sangat mahir, seperti yang kuduga, dan dari video itu aku jadi tahu kalau namanya adalah Jayden.

Sialan, apa-apaan ini Sasha? Kau tidak mungkin tertarik kepada mahasiswa lain di hari pertama!

"Jayden McHugh, aku kenal dia" aku nyaris mengumpat mendapati Lauren dan Ashley sudah mengepung kedua sisi tubuhku dan ikut melihat video yang kuputar di ponselku.

Merasa malu, aku segera mematikannya. Lauren terkikik geli sementara Ashley hanya mendengus geli.

"Tidak perlu merasa malu Sasha, kau tahu dia cukup populer di kampus dan aku dengar dia tidak punya pacar saat ini" ucap Lauren.

Aku memutar mata dan bersikap acuh, "Aku tidak tanya"

"Tapi kau ingin tahu" sahut Lauren.

Aku merasa senang ketika Ashley mencubit lengannya, "Berhenti menggoda Sasha" celetuk gadis itu, "Jadi kau akan hadir di Welcome Party, bukan?"

Aku memandangi selembar undangan yang ada di tanganku dengan tatapan yang kosong. Oh, aku sangat ingin hadir tapi kalian tahu sendiri kepada siapa aku harus meminta izin untuk menghadiri acara ini.

Yeah, William Grissham.

Pamanku yang kejam itu tidak akan memberikan izinnya kepadaku untuk menghadiri pesta apa pun, tak terkecuali Welcome Party yang diadakan oleh mahasiswa-mahasiswa Colombia University dengan tujuan yang baik. Tapi tidak ada salahnya mencoba bukan? Aku harap dia sedang dalam suasana hati yang baik malam ini.

Semoga saja.

— TBC —

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apapun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

His Little Niece (Completed)Where stories live. Discover now