[ Chapter 13 : The truth 2 ]

31 9 0
                                    

Rosa itu seorang yang polos, lugu, manis, cerdas sosial dan waras. Ia memiliki kakak kandung perempuan bernama Alyssa -guru homeschooling Farrel-, meskipun kakaknya membencinya karena keterbelakangan yang di buat-buatnya. Rosa pernah mencoba kabur selama 3 hari dari rumah. Tapi saat ia kembali pulang, kakaknya memeluknya dan berkata,

"Sesuatu akan lebih berharga saat kau benar-benar kehilangannya."

Rosa adalah salah seorang yang menyukai dan takut kehilangan Dimas, ia tau beberapa hal tentang teman baru nya itu.

Setiap kali ia akan tidur, ia mendengarkan curhatan sang kakak bersama ibu di kamar sebelah. Karena penasaran ia menguping pembicaraan keduanya.

"Ada apa lagi lys?" Tanya Ibu.
"Ada sedikit masalah bu" jawab Alyssa.
"Kenapa?"
"Aku tidak tau apa yang ada di pikiran ayahnya,tapi bukan kah ini keterlaluan?"
"Mungkin tuan Alvian marah,tapi pasti ada pelajaran baik yang ingin ia sampaikan pada Dimas." Kata Ibu.
"Walau pun meminta Dimas agar mati untuk Farrel secara perlahan adalah hal baik?"

Tak ada sahutan dari Ibu, terdengar helaan nafas kak Alyssa. Rosa yang mendengarnya cukup kaget dan merasa iba pada Dimas. Teman dinginnya itu,menyimpan banyak beban pada pundak kecilnya. Maka mulai dari sini, Rosa mulai berani menggangu -membantu- kehidupan Dimas.

"Aku pulang" ucap Dimas memasuki rumah, pandangannya teralih pada Ayah dan Farrel yang sudah duduk menunggunya makan siang.
"Selamat siang kak Dimas" sapa Farrel sambil senyum.
"Apa ada sesuatu?kenapa ayah sudah pulang?"tanya Dimas bingung.
"Nanti sore kita akan ke makam mama"jawab ayah dan di angguki oleh Farrel.
"Farrel yang meminta, ayah sempat kan waktu untuk menemaninya."lanjut ayah.
"Lalu jika ayah sibuk dan aku minta untuk bertemu mama apa akan terkabul?" Tanya Dimas.
Senyum yang tadi menghiasi wajah ayah kini menghilang, "kau kenapa si Dim, kau suka sekali membandingkan dirimu dengan Farrel. Kau sudah dewasa,bukan anak kecil lagi,bagaimana-"
"Aku tidak pernah merasa menjadi anak-anak yah,ayah menuntut ku menjadi dewasa ketika aku harusnya bermain bersama teman-teman. Yang aku lakukan hanya membantu Farrel,menjaga Farrel,memberinya makan dan menemaninya tidur. Aku tidak pernah marah,tidak pernah mengeluh dan tidak pernah banyak bertanya. Aku hanya minta satu atas hal yang telah aku lakukan,"Dimas menghela nafas sebentar.
"Sayangi aku bukan karena Farrel, berhenti memukul ku karena Farrel, sungguh demi apa pun,aku merasa sakit atas semuanya. Ambil saja jantungku, ambil semua yang ada di diri ku, aku lelah."lanjut Dimas, ia mengusap air matanya kasar.

Farrel yang mendengar kejujuran dari kakaknya merasa kaget, "a-apa kak?"
Ayah menatap Dimas tajam, "Kau?!kau tak berpikir apa dampak dari kelakuan bodoh mu ini?"
"Aku hanya-"
"Kau masih anak-anak yang seolah tau semuanya. Dan untuk tindakan mu ini, 20 cambuk mungkin masih kurang."
"Tidak. Jangan. Aku tidak mau ayah!" Dimas melepaskan cengkraman ayahnya, tapi sayang, ayah dapat kembali mencengkram tangan Dimas.
"Kau berani melawan orang tua, dan anak nakal harus di beri hukuman."ayah menyeret Dimas ke kamarnya.

20 cambukan lebih ayah berikan ke punggung Dimas, tanpa rasa kasian. Farrel yang di luar,tak bisa berbuat apa pun. Dimas menoleh menatap ayahnya, air matanya meluruh,nafasnya tercekat.

Dimas masih bernafas teratur. Hanya saja, semua terasa hening dan tampak buram. Matanya mengerjap,bayangan ayah mulai mendekatinya. Kemudian,semuanya gelap.

Dia paham bahwa aku terluka,tapi dia tetap saja diam seolah tak pernah terjadi apa-apa. Dia yang mengajari ku banyak hal menyakitkan, Dia yang mengajari ku mendewasakan diri, dan Dia adalah luka di hidup ku.

Tbc:)

Dikitkan?emg huehehe. 2 chap lagi akan selesai:)
Tuh dah keungkap kan sapa Rosa sebenernya. Jan lupa vommentnya berarti hiya2.

- rakee_

B r o t h e r || JHS & JJKWhere stories live. Discover now