[ Chapter 9 : Lelah ]

37 10 0
                                    

Setiap orang memiliki cahaya yang akan mereka jaga agar tak redup. Begitupun dengan ku. Tak akan ku biarkan cahaya itu redup. Akan ku jaga semampu ku sampai tuhan berkata, "Hei Dimas, tugas mu telah selesai."

Hari ini ayah mengajak Dimas dan Farrel untuk makan bersama diluar. Sesuatu yang langka sebenarnya, mungkin mood ayah hari ini sedang baik.

"Kamu mau pesan apa Dim?" Tanya ayah saat sudah selesai bertanya pada Farrel yang izin untuk melihat-lihat sekitar.
"Biar ayah yang pesankan" lanjutnya.
Dimas menatap ayahnya hangat, lalu tersenyum. Ayah memanggil pelayan.
"Umm, 3 porsi seafood asam manis ya? Dan minumnya- "
"Ayah?" Dimas menatap sedikit kecewa, "aku alergi seafood"

Ah benar, bodohnya tuan Alvian yang tidak mengetahui itu.

"Maaf-"kata ayah, "bagaimana kalau nasi goreng super pedas??"
"Aku tidak bisa makan nasi goreng super pedas ayah"seru Dimas.
"Mungkin ayah sedang lelah, biar aku aja yang pesankan" ucap Dimas tersenyum sendu.

Ayah hanya bungkam, separah itu kah dirinya sampai tidak tau mana yang boleh dimakan dan tidak boleh di makan anaknya.

"Kami pesan 2 nasi goreng, 3 ayam bakar ,oiya aku minta nasi putihnya satu dan 2 sayur sop. Juga 2 gelas green tea dan 1 lemon tea. Yang green tea satu tidak usah pakai es, satunya lagi gulanya kurangi ya"pesan Dimas.
"Baik, tunggu sebentar ya" ucap pelayan itu meninggalkan meja.
"Dim?"
"Ga papa yah, aku tau itu semua makanan kesukaan Farrel. Ayah tidak sepenuh nya salah kok. Aku suka makanan seafood tapi aku alergi dengan itu. Aku juga suka nasi goreng super pedas, tapi aku takut asam lambung ku naik."jawab Dimas.
"Tapi Dimas tau makanan kesukaan ayah dan Farrel. Padahal kami tidak pernah memberi tau mu" kata ayah.
"Mama yang memberi tahu ku" ayah diam.
"Mama mu memang yang terbaik Dim, ini alasan kenapa ayah sangat mengkhawatirkan Farrel" ucap ayah.
"Ayah ga mau kehilangan untuk ke dua kalinya"lanjut ayah.

Tanpa sadar tagan Dimas mengepal di bawah meja,guna menahan emosinya. Beberapa detik setelahnya menghela nafas lelah.

"Wajah Farrel sama seperti mama mu, ayah akan rela menukar semuanya demi Farrel." Ucap ayah
"Lalu yah, jika aku adalah Farrel, mungkin kah ayah juga akan menukar semuanya demi aku?"
"Iya, selama itu Farrel."
Dimas menunduk menahan tangis yang akan keluar, "yah aku izin ketoilet"
"Ya"

•••

Dimas membasuh wajahnya, ia tak mengatakan apapun, ia hanya mengisyarat kan semua rasa dengan tatapan matanya. Setelah beberapa menit, Dimas keluar untuk kembali ke mejanya. Tapi ia heran, disana sudah tidak ada ayah dan adiknya.

Dimas menghampiri meja pesanannya, menemukan note yang di tuliskan di atas kertas stroke pembayaran,

° Ayah harus pergi ke rumah sakit Dim, Farrel tadi merintih ke sakitan, uangnya ada di dalam tas mu.

-ayah°

"Farrel..." Dimas tersenyum pedih dan kembali duduk menunggu pesanan nya.

•••

Dimas memasuki rumahnya tanpa suara, ia hanya berpikir tak akan ada yang menyambutnya ketika ia pulang. Ia lelah, perjalanan pulang dari restauran memakan banyak waktu dan tenaga. Ayah nya tidak memberi uang lebih padanya, jadi ia harus rela pulang berjalan kaki.

Baru saja Dimas masuk kamar dan hendak menidurkan tubuh lelahnya, suara ayahnya memanggilnya.

"DIMAS?!" Ayah mengebrak pintu kamar Dimas dengan kasar.
"Kau tidak punya telinga ya? Ayo ikut aku" lengan nya di tarik kasar, Dimas menghempaskan tangan ayahnya tanpa mengucapkan apapun.
"Kau berani melawan ku?"
"Jika begitu aku bisa bebas, kenapa tidak?" Jawab Dimas kesal.

PRANG

Vas bunga itu tepat mengenai kening Dimas, kepalanya mulai pening. Dimas nyaris tumbang kalau saja ia tidak bertumpu pada tempat tidurnya.

"Kau sungguh tidak tau diri Dim, Farrel adik mu sekarat, ia butuh jantung mu sekarang. Tak bisa kah kau membagi satu hal kecil itu untuk adik mu?jangan egois" kata ayah
"Kalau sampai Farrel kenapa-kenapa, aku akan membunuh mu dengan tanganku sendiri" lelaki paruh baya itu meninggal kan Dimas begitu saja, menyisakan Dimas yang terkulai lemah di atas tempat tidur.
"Tuhan, aku kan juga anak ayah. Kenapa hanya Farrel?"ucap Dimas lirih.
"Mama pernah bilang kalau aku adalah malaikat, apa aku adalah malaikat yang terkena kutukan? Bahkan engkau enggan mengajak ku pergi ke surga bersama mama"

Hening beberapa saat sampai Dimas benar-benar kehilangan kesadarannya.

Tbc or End?

- rakee_

B r o t h e r || JHS & JJKWhere stories live. Discover now