1. DEVANO [REPOST]

Start from the beginning
                                        

"Halo, gua Angga. Angga Pratama. Dan status gue bisa dibilang single, sampai saat ini, masih buka pendaftaran bagi yang mau mendaftar jadi cewek gua, Free," ujar Angga. Laki-laki itu berparas tampan dengan rambut yang dilempar kesamping.

"Kak, saya mau daftar, formulirnya masih ada kan?" teriak gadis yang berada di barisan paling depan dengan pedenya.

"Oh silahkan Dek, sini-sini merapat," Arin menyahut.

"Heh! Masih bicil Ngga, jangan di godain,"

"Sukanya yang daun muda emang,"

"Ehem! Keselek Kodok Pitu!" ujar Aris dengan suara sekeras-kerasnya.

"Oke guys, sekarang kita akan membagi kalian menjadi lima kelompok, bagi yang mendapat angka sesuai nomor, langsung merapat ke barisan, dan ikuti Kakak-Kakak yang membimbing kalian. Kalian mengerti?"

"Mengerti kak."

Para peserta MOS kini berbaris masing masing sesuai kubu kelompoknya masing masing.

"Semuanya baris yang rapi!" teriakan Aris begitu keras hingga anak-anak yang tidak begitu memperhatikan instruksi para OSIS langung terkejut dan berbaris rapi.

"Guys, disana ada balon. Kalian udah tau kan buat apa balon itu? tanya Sindi. "ya, jadi gini, kalian akan main joget balon sama kakak kakak OSIS, tapi salah satu perwakilan aja, dari kubu kalian masing-masing,"

"Dek, Sini Dek," Sindi memanggil gadis bertubuh kecil berkulit putih.

"Iya kamu, sini,"

"Ih iya Adek, sini maju,"

Viona menelan ludahnya dengan kasar begitu dirinya di tunjuk. Dulu, ia pernah melakukan ini sebelumya. Tepatnya waktu acara tujuh belasan di SMP nya waktu itu.

Viona berlari kecil menuju arena permainan. Disana sudah ada cowok, salah satu Kakak OSIS yang katanya pembimbingnya. Seketika, nyali Viona menciut melihat tatapan tajam nan menusuk kakak OSISnya yang bername tag Gavin.

Gavin begitu intens manatapnya, seolah-olah ingin mengulitinya hidup hidup. Viona ingat, dia adalah satu-satunya cowok yang tidak memperkenalkan namanya di depan tadi.

Viona mengambil balon itu dengan gugup. Sementara netra Gavin tak mengalihkan pandangannya darinya sedikitpun. Viona mulai gugup, ia pun meletakan balon itu di keningnya dan diikuti Gavin yang juga melakukan hal yang sama.

Musik dimulai,

Seketika, gugupnya bertambah tinggi saat Gavin perlahan mendekat ke arahnya hingga wajah Gavin berjarak dekat dengan wajahnya, Viona dapat merasakan deru nafas mint Gavin yang menerpa wajahnya dengan jarak sedekat ini.

Viona membulatkan matanya lalu mundur selangkah. Sontak balon yang berada di keningnya seketika terjatuh. Alis Gavin terangkat menatap Viona dengan tatapan bingung.

"Jangan deket deket," cicit Viona lirih, tanpa Viona sadari, sedari tadi Gavin tengah menahan tawanya untuk tidak meledak ketika melihat wajah merah dan gugup Viona. Sangat menggemaskan menurut Gavin. Ah, Gavin jadi ingin memiliki gadis imut di hadapanya ini.

"Kalau nggak deket-deket gimana joget balonya? musiknya udah muter,"

"Tapi-,"

"Gue nggak gigit, buruan kesini,"

••••√√••••

Beberapa game telah usai dilakukan.
Saatnya waktunya makan siang. Para peserta MOS berkumpul di kantin. Tak terkecuali Viona dan kedua sahabatnya.

DEVANO [TERBIT]Where stories live. Discover now