🔐 K&G 13

5.9K 1.2K 387
                                    

Jika kau melakukan dengan normal, semua akan baik-baik saja. Aku baik, kamu baik begitupun yang lainnya.

*
Sempatkan 2 detik berharga Anda untuk menekan bintang.
Terima kasih.
~~o0o~~


Sementara di dalam kamar, mata itu mengerjap lalu mengamati sekitar, Resha mengumpulkan kesadaran lalu bangkit bangun sambil memegangi kepala yang terasa berat. Bagian perutnya juga terasa nyeri dan sebuah benda terasa menempel di tangan kiri, hingga tersadar dirinya akan selang infus yang ada di sana. Resha menghela napas panjang, hingga tersadar dirinya akan selang infus yang menempel di sana. Resha menghela napas panjang, lalu mencabut perlahan infus dan melemparnya sembarang, mengusap darah yang keluar dari jarum infus lalu menyibak selimut.

"Mulai terasa sakit," rintihnya pelan sambil memegangi perut.

Dia duduk di tepi ranjang, sambil memejamkan mata mengingat kejadian sebelumnya, kedua tangan menangkup wajah, mengusapnya kasar lalu merasakan kering tenggorokkan. Nampak bungkusan obat di nakas, namun pandangannya tertuju pada segelas air putih, pelan dia raih dan teguk habis, namun terasa masih kurang, membuatnya memutuskan harus menuju kulkas. Resha bangkit, dengan kepala yang masih pusing, membuatnya menahan dengan ekspresi memejamkan mata juga tubuh terasa nyeri saat bergerak, perlahan dia melangkah meraba tembok menuju pintu yang nampak tidak terkunci.

"Sip lah, ini ngomong-ngomong si anak nakal kemana ya?" tanya Mysha penasaran mencari Resha.

Niken terkejut, mulai panik dan meneguk saliva, "sudah tidur Ma, dari tadi sore," alasan Niken, maaf Ma, Niken harus bohong. Niken takut membuat Mama khawatir.

"Yaelah itu anak, jam segin udah tidur. Kalah sama bocah Tayo," ejek Mysha membuat Niken menahan tawa.

"Iya Ma," ucap ragu Niken.

"Ya sudah, Mama tutup ya. Cuma kangen, pengen denger suara menantu saja ini. Daa sayang," jelas Mysha gembira lalu telepon terputus.

"Maafkan Niken Ma," gumam Niken pelan dan kembali tidak sadar dengan Resha yang sudah diambang pintu mendengarkan obrolannya.

Resha menghela napas panjang, perlahan menutup pintu lalu kembali ke dalam. Dia menyandarkan tubuhnya di tembok sambil memejamkan mata, lalu langsung saja meraih celana jeans yang tergantung di balik pintu dan mengenakannya, lanjut menuju lemari untuk mengambil kemeja dan terakhir jaket yang juga ada di balik pintu juga dia sambar. Pakaian rapi sudah Resha kenakan, dengan sentuhan akhir menyisir rambut dan mengecek kembali penampilan dari kaca. Dia segera membuka pintu bersiap untuk pergi, entah apa yang menghasutnya, Resha berencana untuk nongkrong di tempat favorit, tidak peduli dengan keadaan tubuh saat ini.

"Resha," teriak Niken tidak percaya setelah Resha keluar dari kamar lalu berlari menghampirinya, "kenapa lo bangun?" celetuknya begitu cemas.

Resha menghela napas, "lo mau gue pingsan terus? Enggak bangun?"

Niken meneguk saliva, "bukan gitu, maksudnya lo masih harus istirahat," perintahnya sambil menarik lengan Resha hingga tersadar akan sesuatu, "lo bisa lepas infusnya?"

"Bisa. Gue juga pusing di rumah, mau keluar."

Niken menghela napas, "lo pusing karena laper, makan dulu ya."

"Lepas, jangan terlalu sibuk ngurusin gue," ucapnya pelan karena Niken masih memegang lengannya.

"Res, udah ada sup itu. Bukan buatan gue, supnya beli kok. Lo dari siang belum makan, kan? Makan dulu ya," jelas Niken kembali sambil memohon namun tidak dipedulikan, dengan Resha yang segera melangkah menuju depan. "Resha," teriak Niken kembali lalu mengikutinya.

Kunci dan Gembok #1 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang